Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 56

    "Kakekmu dan ayahmu adalah teman baik dari ayahku. Kedatanganku kemari adalah untuk balas budi terhadap keluargamu ... percaya atau tidak, kau yang memutuskan ..."

    Kihyun terbaring dalam posisi miring sejak Hyunjin kembali ke kamar itu setelah Mark pergi, dan hingga saat ini perkataan sang perwira itu terus memenuhi pikiran Kihyun. Pemuda itu ingin menyangkal, namun bayangan akan kebaikan Mark selama ini kembali berputar dalam ingatannya.

    Tak pernah sekalipun perwira asing itu menunjukkan sikap arogan seperti para perwira lainnya. Kihyun bingung, ia terjebak dalam pikirannya sendiri. Ia ingin pergi, namun ia sadar bahwa fisiknya belum mampu untuk melakukan apapun.

    Perkataan Mark sebelumnya lantas kembali memenuhi pendengaran Kihyun, "pihak Militer masih memantau kegiatan di Distrik 9 sebagai upaya pencegahan akan adanya aksi protes dari warga. Youngjae ada di sana. Aku dengar dia mengenal adikmu ... pikirkanlah baik-baik apa yang akan kau lakukan setelah ini. Jika kau ingin tinggal di Seoul, aku bisa mengantarmu ..."

    Seoul, tempat asing yang Kihyun sendiri tidak tahu bagaimana tempat itu. Bahkan pemuda itu tidak pernah membayangkan jika dia bisa hidup di tempat asing bernama Seoul. Yang ada dalam bayangannya hanyalah Distrik tempat ia dilahirkan suatu hari nanti akan menjadi tempat dimana jasadnya dimakamkan. Namun sayangnya, setelah ia mati maka abunya akan dihanyutkan ke lautan lepas—bukan dimakamkan. Dan itu berarti dia akan meninggalkan Distrik saat itu juga. Sangat sederhana, namun sekarang sesuatu yang sangat sederhana itu menjadi hal yang mustahil untuk sekedar dibayangkan.

    Kihyun berbalik, merasa punggungnya telah membaik dan menemukan Hyunjin yang duduk membelakanginya dengan bagian atas tubuh yang menopang pada meja. Kihyun tahu bahwa pemuda itu bosan.

    "Hyunjin."

    Hyunjin segera menegakkan tubuhnya dan memandang Kihyun dengan gerakan yang terlihat begitu terburu-buru.

    "Hyeong memanggilku?"

    Kihyun mengangguk.

    "Hyeong membutuhkan sesuatu?"

    "Kau, ingin kembali ke Distrik 9?"

    Hyunjin terlihat mempertimbangkan sesuatu sebelum memberi jawaban. "Anak itu ada di sana, tentu saja aku harus kembali. Bukan hanya itu, tapi semua temanku ada di sana ... meski kami tidak terlalu dekat, tapi kami sama-sama di besarkan di Distrik 1. Aku tidak bisa pergi sebagai pengkhianat."

    "Tahun berapa kau lahir?"

    "Musim semi tahun 1963."

    "Enam belas tahun yang lalu."

    Hyunjin mengangguk. "Kenapa Hyeong menanyakannya?"

    "Hanya ingin tahu saja. Kau tidak lelah seharian duduk di situ?"

    "Tidak ada yang bisa kulakukan di sini kecuali duduk."

    "Berbaringlah di sini. Jika kau kembali ke Distrik 9, kau tidak akan memiliki waktu yang baik untuk beristirahat."

    "Hyeong akan kembali?"

    "Akan kupikirkan sekali lagi," jawaban meragukan yang membuat Hyunjin tak berani untuk menuntut.

    Distrik 9.

    Siang itu keributan terjadi di Distrik 9. Di mana para warga sipil mendatangi Kantor Kepala Distrik dan melakukan unjuk rasa untuk menolak peraturan baru yang dibuat oleh Militer. Dimana mereka tak lagi memiliki kebebasan dan harus bekerja untuk Pemerintahan. Sama seperti yang terjadi pada kedelapan Distrik lainnya.

    Para pemuda yang masih mempertahankan kelompok aktivis mereka pun sudah kembali ke rumah Kihyun. Namun mereka tak ikut serta dalam aksi protes yang tengah berlangsung siang itu. Mereka lebih memilih untuk berdiam diri di rumah dan memikirkan langkah apa yang akan mereka ambil setelah ini.

    "Sekarang bagaimana?" gumam Yongbok yang saat itu berada di ruang tamu bersama rekan-rekannya. "Sejak awal sudah bisa dilihat siapa yang akan menang. Melawan mereka hanyalah mencari jalan untuk mati konyol."

    "Kalau begitu matilah sekarang dan aku akan menertawakanmu," celetuk Jooheon yang memang sengaja berbaur dengan pemuda Distrik 1 untuk mengawasi mereka. Ia kemudian menggerutu, "itu yang namanya mati konyol. Ada-ada saja ... jika kau terlahir sebagai pengecut, kau tidak perlu jauh-jauh datang kemari." Suara itu lantas sedikit meninggi, "tinggallah di Distrikmu dan menjadi budak orang-orang Pemerintahan itu."

    Jooheon langsung bungkam ketika melihat Minhyuk keluar dari kamar Changkyun. Wajah Jooheon tiba-tiba menunjukkan kecanggungan dan itu disebabkan oleh mulutnya yang susah untuk dikendalikan ketika membicarakan orang-orang Pemerintahan. Meski Minhyuk tidak begitu peduli dengan hal itu, Jooheon tetap saja merasa sungkan setelah mengetahui silsilah keluarga Minhyuk.

    Minhyuk kemudian bertanya, "di mana Hoseok Hyeong?"

    "Dia pergi bersama Minho Hyeong," sahut Jeongin.

    "Kemana?"

    Jeongin menggeleng dan pintu depan terbuka. Dari sana Hyunwoo masuk bersama Seungmin dan Bang Chan.

    "Kalian dari mana?" tegur Minhyuk.

    Hyunwoo menjawab, "melihat keadaan di luar."

    "Luka Hyeong belum sembuh, sebaiknya jangan pergi kemana-mana terlebih dulu."

    "Bukan masalah, apa Hoseok dan Minho sudah kembali?"

    "Belum, apa yang terjadi di luar?"

    Hyunwoo menarik kursi kosong dan mendudukinya. "Warga melangsungkan protes di depan Kantor Kepala Distrik."

    "Apa paman Hyunjae ada di sana?"

    "Ayahku mengatakan bahwa paman Hyunjae meninggalkan kantor sejak semalam."

    Tiba-tiba terdengar suara tembakan beruntun yang seketika mengejutkan semua orang. Sempat saling bertukar pandang, Hyunwoo, dan Minhyuk beranjak dari tempat mereka bersamaan dengan pintu kamar Changkyun yang terbuka sebelum Hyungwon berlari keluar.

    "Hyungwon, kau tetap di sini."

    Tak mendapatkan respon, Minhyuk lantas mengejar Hyungwon. Begitupun dengan para rekannya yang kemudian menyusul. Mereka mendekati asal suara tembakan itu dan kekhawatiran mulai muncul ketika mereka menyadari bahwa suara itu berasal dari Kantor Kepala Distrik.

    "Chae Hyungwon!" lantang Minhyuk, sedikit membentak ketika ia belum mampu menyusul Hyungwon yang hampir sampai di kerumunan para pendemo yang berakhir dengan ricuh ketika para anggota Militer justru menembaki mereka.

    Hoseok yang saat itu berada di antara kerumunan lantas memisahkan diri setelah mendengar suara Minhyuk. Dan ketika melihat Hyungwon berjalan mendekat ke arahnya, Hoseok segera menghampiri pemuda itu dan menahannya.

    "Kau ingin ke mana?"

    Hyungwon tak menjawab dan menepis tangan Hoseok. Namun saat itu Hoseok sedikit bermain kekerasan fisik dengan memutar lengan Hyungwon dan menahan tangan pemuda itu di balik punggung. Saat itu Minhyuk datang di susul oleh yang lainnya.

    "Situasinya sudah berbahaya, kita pergi dari sini."

    "Ada apa di sana?"

    "Mereka menembaki warga sipil, sebaiknya kita pergi."

    Hyungwon menepis kasar tangan Hoseok dan segera menegakkan tubuhnya, menatap nyalang pada kedua rekannya dan saat itu Minho yang baru saja keluar dari kerumunan lantas ikut bergabung.

    "Apa yang terjadi?" tegur Hyunwoo yang datang bersama yang lainnya.

    "Pihak Militer berbuat anarkis, terlalu berbahaya berada di sini."

    Kembali terdengar suara tembakan dan saat itu Hyungwon segera meninggalkan rekan-rekannya.

    "Chae Hyungwon!"

    "Changkyun, kau bawa mereka kembali ke rumah," ucap Hyunwoo sebelum menyusul Hyungwon bersama para pemuda Distrik 9 lainnya.

    Changkyun kemudian menjatuhkan pandangannya pada Bang Chan dan berucap, "kalian tahu jalan menuju rumah jika kalian ingin."

    Changkyun lantas menyusul rekan-rekannya dan berbaur dengan para pendemo. Sejenak para pemuda Distrik 1 itu merasakan kebimbangan sebelum Bang Chan yang berjalan lebih dulu tanpa mengucapkan apapun. Mengambil pilihan untuk bergabung dengan aktivis Distrik 9 dibandingkan harus bersembunyi di balik tembok layaknya pengecut. Tanpa paksaan, mereka yang telah mengakui bahwa mereka adalah bagian dari aktivis Distrik 1 lantas bergabung bersama para senior mereka.

    Satu tembakan terakhir terlepas dan mengenai seorang pria yang berdiri di samping Hyungwon. Pemuda itu lantas menampakkan diri dan salah seorang perwira memberikan isyarat agar rekan-rekannya menurunkan senjata mereka.

    Melewati orang-orang yang ketakutan. Hyungwon mengambil langkah maju dan berhenti di jarak dua meter dari barisan para perwira yang berjaga di depan Kantor Kepala Distrik. Dari arah belakang, aktivis Distrik 9 lainnya menyusul diikuti oleh para aktivis Distrik 1.

    Hyunwoo yang berdiri di belakang Hyungwon lantas berucap dengan pelan, "ayahmu tidak ada di sini."

    "Tidak ada yang peduli," jawaban acuh yang sedikit mengejutkan. "Suruh mereka pulang."

    "Kau memilih jalan yang sulit," gumam Minhyuk sebelum bergerak mundur dan berhenti di depan Minho dan Bang Chan.

    "Bubarkan warga dan pastikan mereka kembali ke rumah mereka."

    "Bagaimana jika mereka menolak?" tanya Minho."

    "Katakan pada mereka bahwa mereka akan mati jika masih bertahan di sini. Militer tidak akan memberi ampun." Minhyuk kemudian menepuk bahu Minho. "Aku percayakan mereka pada kalian," lantas kembali berdiri di samping Hyungwon.

    Para aktivis Distrik 1 itu sempat saling bertukar pandang sebelum melakukan apa yang di katakan oleh Minhyuk sebelumnya. Mencoba membujuk para warga untuk membubarkan diri dan membantu yang terluka. Membiarkan para senior yang berhadapan dengan para Militer yang belum menunjukkan respon apapun.

   Satu persatu warga kemudian menjauh. Dari dalam Kantor Kepala Distrik, keluarlah seorang perwira yang terlihat sudah berumur yang kemudian menghampiri mereka dan berdiri pada jarak satu meter tepat berhadapan dengan Hyungwon.

    Si perwira lantas berucap, "putra Kepala Distrik, kah? Apa keperluanmu datang kemari, anak muda?"

    "Tinggalkan tempat ini."

    Si perwira tersenyum tipis. "Kau pasti sudah tahu bahwa ayahmu telah menanda tangani petisi itu—"

    "Siapa yang peduli? Kau hanya perlu menutup mulutmu dan pergi dari sini."

    Perwira itu tertawa pelan, seakan sedang meremehkan ucapan Hyungwon. "Aku hargai keberanianmu, tapi sayangnya itu tidak akan merubah apapun. Ah ... bagaimana jika kita membuat kesepakatan terlebih dulu."

    "Katakan."

    "Bawakan kepala Yoo Kihyun padaku dan akan kukembalikan Distrik kalian."

    Tak terkejut. Sudut bibir Jooheon justru tersungging sebelum mulutnya yang kembali mencibir, "orang Distrik 1. Cih! Tidak heran jika dia terobsesi pada Kihyun Hyeong."

    Minhyuk kemudian berucap, "jika kalian mampu, kenapa tidak mencobanya sendiri? Menukar satu kepala untuk sebuah Distrik, siapa yang akan melakukan perjanjian gila itu?"

    "Itulah pikiran dangkal yang membuat kalian memilih jalan yang sulit."

    "Aku rasa perkataan itu lebih cocok jika ditujukan pada kalian," perkataan itu datang dari Changkyun.

    Si perwira itu hanya tersenyum sekilas sebelum kembali berucap, "aku dengar di antara kalian ada adik Yoo Kihyun, yang mana anak itu?"

    Kecuali Hyungwon, mereka serempak memandang Changkyun dan membimbing pandangan sang perwira untuk kembali menemukan sosok Changkyun.

    Tersenyum miring, perwira itu lantas kembali berucap, "jadi kau adik Yoo Kihyun? Tidak heran karena mulutmu sama dengan kakakmu itu."

    "Tidak perlu repot-repot untuk memberikan pujian," balas Changkyun.

    Perwira itu kemudian beranjak dari tempatnya, berinisiatif untuk menghampiri Changkyun sebelum Hyungwon menodongkan senjata api yang baru saja pemuda itu ambil dari balik punggungnya. Hal itu membuat para perwira yang berjaga di sana segera mengangkat kembali senjata mereka.

    Sedangkan sang perwira senior sama sekali tak merasa terancam dan sekilas mengangkat tangannya ke udara sebagai sebuah perintah kepada bawahannya.

    "Jangan berlebihan," bisik Minhyuk.

    Si perwira kemudian menegur, "tindakanmu ini terlalu gegabah jika dilakukan oleh putra dari seorang Kepala Distrik. Apa kau sedang berusaha mengkhianati ayahmu?"

    "Itu adalah urusan keluarga yang tidak mungkin untuk kau campuri."

    Si perwira kembali tertawa ringan. "Bagaimana jika kesepakatannya kuganti?" Perwira itu menjatuhkan pandangannya pada Changkyun dan berucap, "berikan kepala anak itu dan ambil kembali Distrikmu. Mudah, bukan?"

    Kecuali Hyungwon dan Changkyun, mereka terkejut. Namun keterkejutan mereka tak lebih besar dibandingkan dengan ketika untuk kali pertama mereka melihat senyum miring di wajah Hyungwon yang sempat menunduk. Untuk beberapa detik, Hyungwon berhasil menjadi orang asing.

    Hyungwon kemudian berucap, "bagaimana jika aku mengganti kesepakatannya?"

    "Jangan terprovokasi, Kawan," tegur Jooheon.

    Hyungwon tak bermaksud mendengarkan teguran Jooheon dan kembali berucap, "bagaimana jika yang kuberikan pada kalian adalah kepala Presiden?"

    Masing-masing orang menunjukkan reaksi keterkejutan yang berbeda. Namun tak banyak yang bisa bereaksi dengan pernyataan mengejutkan yang baru saja dikatakan oleh Hyungwon.

    Sempat tertegun, sang perwira tersenyum remeh dan berucap, "kau sedang mencoba bermain dengan kata-kata, begitu?"

    Hyungwon menurunkan senjatanya dan berucap, "katakan jika kau takut. Aku tidak takut terhadap apapun, jadi jangan berpikir bahwa aku tidak bisa mengambil kepala Presiden ... jika aku mengatakannya, aku akan melakukannya. Aku harap otak dangkal kalian bisa mengerti apa maksudku."

    Hyungwon berbalik. "Kita pulang," ujarnya yang kemudian meninggalkan rekan-rekannya.

    Hyunwoo meraih bahu Minhyuk yang masih belum beranjak dari tempat sebelumnya, begitupun Changkyun yang kemudian ditarik oleh Hoseok. Mereka kemudian meninggalkan halaman Kantor Kepala Distrik, dan saat itu seorang perwira menghampiri perwira senior yang baru saja berhadapan dengan para aktivis Distrik 9 itu.

    "Pak, apa perlu kami yang turun tangan?"

    "Jangan macam-macam, dua di antara mereka adalah putra dari pengurus Distrik. Dan satu lagi, aku mendengar rumor bahwa salah satu dari mereka ada putra dari mendiang Lee Byunghun ... cukup awasi pergerakan mereka dan laporkan padaku. Jangan bertindak di luar kuasa kalian."

    "Baik, Pak."

    Perwira itu memandang punggung para aktivis Distrik 9 dan saat itu perkataan Hyungwon sebelumnya kembali mengisi pendengarannya.

    "Membawa kepala Presiden?" gumam sang perwira, mencoba menemukan maksud lain dari perkataan Hyungwon sebelumnya. Namun dia belum memiliki bayangan lain atas perkataan Hyungwon hingga para pemuda itu tak lagi mampu di jangkau oleh pandangannya.

    Dia kembali bergumam, "mereka sangat berbahaya. Bagaimanapun caranya, mereka harus berada di pihak kita."

    Perwira yang lebih muda menyahut, "akan sangat mustahil mengajak mereka untuk bekerja sama. Yang aku dengar, beberapa dari mereka sudah pernah membunuh beberapa perwira Distrik 8."

    "Kita tunggu perkembangan selanjutnya. Jika mereka memperburuk situasi, kita terpaksa mengeksekusi mereka. Persetan dengan bangkai Lee Byunghun ... siapa saja yang menghalangi jalan kita, eksekusi mereka."

    "Baik, Pak."





Selesai di tulis : 10.06.2020
Di publikasikan : 11.06.2020

   

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro