Lembar 50
Mark masuk ke ruangan dimana para tamu mereka berada bersama dengan Jaebum. Keduanya membawa tiga nampan berisikan makanan, dengan dua nampan di bawa oleh Mark. Dan kehadiran keduanya menarik perhatian dari Hyungwon yang berdiri di dekat jendela dan Hyunjin yang duduk di tepi ranjang, dimana Kihyun terbaring di sana.
Mark dan Jaebum meletakkan nampan yang mereka bawa di atas meja yang terletak di sudut ruangan. Mark kemudian memandang Hyunjin dan berucap, "makanlah, berikan untuk kakakmu juga jika dia sudah bangun."
"Terima kasih," gumam Hyunjin.
Pandangan Jaebum terjatuh pada sosok Kihyun yang masih terlelap setelah mendapatkan sedikit perawatan pada punggungnya. Namun saat itu, pandangan Mark justru bertemu dengan tatapan menuntut milik Hyungwon.
Tak ingin terlibat pembicaraan dengan pemuda Distrik 9 itu, Mark memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu sebelum sebuah teguran berhasil menghentikan langkahnya.
"Kenapa?"
Tiga orang yang terjaga di sana segera mengarahkan pandangan mereka pada Hyungwon yang baru saja berbicara.
"Kenapa kau melakukan hal ini?"
"Itu urusanku dengan Yoo Kihyun. Pastikan kau tidak meninggalkan ruangan ini jika kau tidak ingin temanmu itu terbunuh."
Mark lantas benar-benar meninggalkan ruangan itu dengan Jaebum yang berjalan di belakangnya dan menutup pintu dari luar.
Jaebum menegur, "kau yakin tidak masalah dengan ini?"
Mark memandang rekannya itu dan berucap, "mereka tidak akan menjarah tempat ini."
"Tapi kenapa kau menyelamatkan mereka? Kau mengenal pemuda itu?"
"Balas budi di masa lalu. Dia satu-satunya harapan Distrik 9 yang tersisa ... aku hanya ingin menyampaikan maafku pada Yoo Sejin."
"Itukah sebabnya kau melindungi putranya?"
"Aku sudah memperhatikan pemuda itu sejak lama. Aku hanya melakukan apa yang menurutku baik ... seperti yang pernah Youngjae katakan, kita akan pergi setelah menemukan kejelasan tentang Jinyoung."
Mark lantas pergi. Jaebum sekilas menggaruk keningnya dan menyusul Mark. Keduanya keluar dari rumah yang mereka tempati dan mendapati Yugyeom serta Jackson kembali dengan membawa luka di wajah masing-masing.
"Ada apa dengan wajah kalian?" tegur Jaebum.
Yugyeom menjawab, "orang ini sudah gila, dia yang sudah membuat wajahku seperti ini," terdengar kesal.
Jackson sekilas tersenyum dan mendapatkan teguran dari Mark. "Apa yang sebenarnya kalian lakukan?"
Jackson menjawab, "hanya sebagai pengalihan. Jika mereka menemukan kami dalam keadaan baik-baik saja, maka mereka sudah pasti akan mengadili kami sebagai pengkhianat. Bagaimanapun ini salahmu, karena kau yang membuat rencana konyol ini."
"Tapi tidak harus sampai memukuliku!" ucap Yugyeom tak terima.
Jackson kembali tersenyum sebelum mengacuhkan. "Bagaimana dengan orang-orang itu?"
"Mereka ada di dalam. Jangan mengganggu mereka dan pastikan tidak ada yang datang kemari."
"Kau ingin pergi?"
"Aku akan memeriksa sesuatu." Mark berjalan pergi.
"Sendiri?" tegur Jaebum.
"Ya," jawab Mark tanpa ada keinginan untuk kembali melihat rekan-rekannya.
Hyunjin mendekat ke meja, menarik sebuah kursi dan bersiap untuk makan tanpa ada sedikitpun rasa khawatir ataupun curiga. Namun pergerakan pemuda itu sejenak terhenti sebelum pandangannya mengarah pada Hyungwon yang kembali menatap ke luar jendela.
Hyunjin lantas menegur, "Hyeong tidak ingin makan?"
Hyungwon memandang pemuda itu lalu berucap, "kau makan saja duluan."
Hyunjin terlihat ragu sebelum kembali menghadap meja dan mulai memakan sarapannya. Menepis semua pikirannya tentang apa yang kini terjadi di luar sana.
Saat itu pandangannya Hyungwon terjatuh pada sosok Kihyun. Sejenak memperhatikan sebelum langkahnya bergerak mendekati Kihyun dan duduk di tepi ranjang. Membiarkan tangannya saling bertahutan di antara pahanya, pandangan Hyungwon menemukan wajah Kihyun yang lebih pucat dari kemarin, hingga pada akhirnya wajah penuh sesal itu terjatuh pada kedua telapak tangannya yang saling bertautan. Bukan untuk menguatkan, melainkan saling menyembunyikan diri.
Penjarahan di Distrik 9 masih berlangsung. Namun keributan itu sedikit demi sedikit menjauhi pemukiman tempat tinggal Kihyun. Dan saat ini rekan-rekan Kihyun beserta para pemuda Distrik 1 telah kembali menempati rumahnya.
Terpisah menjadi beberapa kelompok, ada yang berada di meja makan, ruang tamu dan para pemuda Distrik 9 yang lebih memilih untuk menetap di kamar Changkyun.
"Bagaimana Kihyun bisa berada di Distrik 8?" pertanyaan dari Minhyuk yang sontak menjadikan Changkyun sebagai pusat perhatian, di saat Jooheon sendiri yang terlihat bingung.
Pemuda bermata sipit itu lantas mengutarakan kebingungannya, "tunggu sebentar. Kihyun Hyeong, ada di Distrik 8? Bagaimana bisa?"
Hyunwoo menyahut, "itu bukan masalah. Aku ingin kau menjelaskan semuanya pada kami, Changkyun."
Changkyun yang kala itu menjadi satu-satunya orang yang duduk di tepi ranjang pun memalingkan wajahnya. Mencoba menghindari tuntutan yang mungkin akan segera ia dapatkan.
Hyunwoo kembali berucap, "kau mengenal perwira itu?"
"Hanya sekedar tahu," jawaban yang sama sekali tak memihak, keluar dari mulut Changkyun.
Hoseok menyahut, "apa orang itu bisa di percaya?"
Changkyun kembali memberi jawaban, "seharusnya Kihyun Hyeong baik-baik saja di sana."
"Kenapa kau begitu yakin?" tanya Minhyuk yang membuat pandangan Changkyun mengarah padanya.
"Apa kau sudah menaruh kepercayaan pada mereka?"
"Tidak sedikitpun. Tapi jika itu Choi Youngjae ... Hyeong bisa memegang ucapan orang itu."
Yang lebih tua saling bertukar pandang hingga si sipit berucap, "aku merasa bahwa di sini hanya aku yang tidak tahu apa-apa. Di mana Kihyun Hyeong sekarang? Apakah mereka baik-baik saja?"
"Berdoalah dan tunggu saja kabar baiknya," ucap Hoseok yang sama sekali tak memberikan solusi pada Jooheon.
"Sekarang—" ucapan Hyunwoo terhenti ketika pintu kamar terbuka dari luar dengan kasar.
Hyunjae datang dengan kemarahan yang terlihat di wajahnya dan membuat para pemuda itu sempat terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba. Dari belakang ayah Hyunwoo menyusul dengan raut wajah yang menunjukkan kekhawatiran.
Hyunjae berhenti di tengah ruangan, memandang marah pada kumpulan pemuda di hadapannya. Dengan suara penuh penekanan yang sarat akan kemarahan, Kepala Distrik 9 itu menghardik, "apa yang sebenarnya kalian rencanakan! Kalian menganggap semua ini sebagai lelucon!"
Hyunwoo yang sedari tadi duduk di sebuah kursi kayu lantas bangkit dengan sedikit menahan lengan kirinya, dimana pergerakan kecilnya mampu memicu rasa sakit di bahu kirinya akibat luka tembak yang ia dapatkan pagi tadi.
"Paman sudah salah paham."
"Apa maksudmu dengan salah paham? Sudah cukup kalian bermain-main ... kapankah kalian bisa sadar bahwa yang kalian lakukan hanyalah hal yang sia-sia!"
Napas Hyunjae terdengar naik turun, menegaskan bahwa ia benar-benar marah. Ia kemudian kembali berucap, "di mana Kihyun sekarang?"
Tanpa di duga justru Changkyun lah yang menyahut, "upacara pemakamannya sudah selesai dilaksanakan."
"Kalian pikir aku percaya dengan permainan kekanak-kanakan kalian!"
Jooheon menyahut dengan sedikit jengah, "jika Paman tidak percaya, apa yang bisa kami lakukan? Kami baru saja kehilangan Kihyun ... Paman pikir mudah bagi kami untuk menerima semua itu? Bahkan Paman tidak tahu bagaimana perasaan putra Paman ketika mendengar kabar kematian itu."
Hyunjae tak berniat menyahuti perkataan Jooheon, dan saat itu ia baru sadar bahwa putranya tidak ada di sana. Pandangannya pun jatuh pada Minhyuk.
"Di mana adikmu?"
Minhyuk sekilas memalingkan wajahnya lalu berujar, "dia pergi ke Distrik 1."
"Apa?"
Hoseok menengahi, "para rombongan yang hendak pergi ke Gwangju di tahan oleh Militer Distrik 1. Hyungwon datang ke sana untuk memastikan keadaan bibi Yoona."
Hyunjae tentu saja terkejut akan hal itu. Pandangannya pun kembali pada Minhyuk. "Apa itu benar, Minhyuk?"
"Benar."
Hyunjae menghampiri Minhyuk dan langsung memukul wajah pemuda itu. "Dan kau tidak berusaha menghalangi adikmu! Apa yang sebenarnya ada di dalam pikiranmu!"
Minhyuk tak memberi respon dan bahkan tak berniat untuk kembali mengangkat wajahnya.
Hyunjae kembali berucap, "sekarang, katakan di mana kalian menyembunyikan Kihyun?"
"Kami sudah membuangnya ke laut," sahut Changkyun.
"Kalian pikir ini sebuah lelucon?"
Ayah Hyunwoo yang sedari tadi hanya menyimak, lantas turut dalam pembicaraan itu. "Hyunjae, lebih baik kau segera kembali ke kantor."
"Masih tidak ingin bicara!" hardik Hyunjae sekali lagi dan tak mendapatkan respon dari siapapun. "Pastikan ini yang terakhir, atau paman tidak akan memaafkan kalian. Dan kau Minhyuk, bawa adikmu pulang secepatnya."
Hyunjae lantas pergi meninggalkan suasana buruk yang ia buat sebelumnya. Ayah Hyunwoo kemudian menghampiri putranya dan tampak lebih khawatir dari sebelumnya.
"Apa yang terjadi? Duduklah, apa yang terjadi pada bahumu?"
Hyunwoo kembali duduk dan menjawab pertanyaan sang ayah, "hanya kecelakaan kecil, ayah tidak perlu cemas."
"Sebenarnya apa yang terjadi? Benarkah Kihyun masih hidup? Apa yang sedang kalian rencanakan?"
"Kami tidak bisa mengatakan apa-apa untuk saat ini, aku minta maaf pada ayah."
"Hyunwoo."
Hyunwoo memberikan sebuah gelengan yang menambah kerutan di wajah sang ayah. Setelahnya ayah Hyunwoo meninggalkan tempat itu tanpa mendapatkan satupun informasi yang jelas. Dan para pemuda Distrik 9 itu kembali menyusun rencana hingga mereka mendengar kabar terbaru tentang keadaan Kihyun, Hyungwon dan juga Hyunjin.
Selesai di tulis : 03.06.2020
Di publikasikan : 05.06.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro