Lembar 48
Seorang perwira muda memasuki ruangan Kolonel Shin. Berdiri di depan meja kerja Kolonel Shin, perwira itu sekilas menundukkan kepalanya sebagai sebuah penghormatan.
"Ada apa?"
"Ada hal penting yang harus Kolonel ketahui."
"Apa itu?"
Perwira itu mendekat dan membisikkan sesuatu di samping telinga Kolonel Shin, membuat rahang pria tua itu mengeras hingga keduanya kembali bertemu pandang.
"Kau yakin dengan hal itu?"
Si perwira muda mengangguk yakin dan membuat tangan Kolonel Shin yang terkepal jatuh di atas meja sebelum seulas tawa ringan tak percaya terdengar selama beberapa detik.
"Bocah-bocah itu, di mana mereka sekarang?"
"Mereka semua menghilang dari Distrik."
Sudut bibir Kolonel Shin tersungging. "Mereka ingin bermain-main denganku." Tatapan itu lantas semakin menajam hingga sebuah perintah terucap oleh mulutnya, "bunuh mereka, jangan biarkan satupun dari mereka meninggalkan Distrik 1 dalam keadaan hidup."
"Bagaimana dengan putra Kepala Distrik 9?"
Pandangan Kolonel Shin jatuh pada pintu. Pria tua itu kembali berucap, "tidak ada pengecualian, bunuh dia!"
Menjelang tengah malam, Kihyun dan rombongannya meninggalkan rumah Jeongin. Berjalan dengan langkah lebar yang sangat berhati-hati dan sempat beberapa kali bersembunyi dalam kegelapan ketika melihat beberapa perwira yang tengah melakukan patroli.
Seperti saat ini, keempatnya bersembunyi di balik tembok ketika melihat seorang perwira di sekitar tempat mereka. Merapatkan punggung mereka ke dinding, tangan Kihyun yang sedari tadi menggenggam tangan Sohye berkeringat meski udara malam itu cukup dingin.
Hyungwon yang sebelumnya berjalan memimpin dan kini berdiri di samping Kihyun sejenak memeriksa keadaan di sekitar dan kembali menarik kepalanya ketika melihat perwira yang sebelumnya, mendekati tempat mereka.
Hyungwon kemudian mengambil senjata api di balik bajunya, namun Kihyun dengan cepat menahan pergelangan tangannya dan membuat keduanya bertemu pandang. Saat itu Kihyun memberikan sebuah gelengan sebagai peringatan untuk Hyungwon.
Genggaman pada tangan Sohye terlepas. Kihyun menarik pelan Hyungwon agar berganti posisi dengannya.
"Jaga Sohye," ucap Kihyun dengan nada berbisik.
Cahaya lampu yang berada di belakang perwira itu membuat bayangannya tercetak jelas di hadapan Kihyun. Kihyun memberi isyarat menggunakan tangannya agar semua merendahkan tubuh mereka, dan ketiga orang di sampingnya serempak berjongkok. Kecuali ia yang tetap berdiri.
Terdengar suara langkah mendekat seiring dengan bayangan perwira itu yang semakin membesar. Saat itu Kihyun menampakkan diri dan membuat si perwira sedikit terlonjak.
"Siapa—"
Perkataan perwira itu terhenti ketika Kihyun menghampirinya dan langsung naik ke atas bahunya dengan satu tangan membekap mulutnya. Sebelum ia sempat memberi perlawanan, tubuhnya lebih dulu tumbang setelah Kihyun mengunci leher dan kepalanya lalu menariknya ke arah yang berlawanan.
Kihyun berdiri dan segera menghampiri ketiga orang yang ia bawa. "Ayo."
Kihyun berjalan lebih dulu, di susul oleh Hyungwon yang menarik tangan Sohye. Menggantikan posisi Kihyun untuk menjaga gadis itu, sedangkan Hyunjin yang berjalan paling belakang meraih senapan milik si perwira yang tergeletak di tanah.
Kembali bergerak. Mereka kerap memutar jalan hanya untuk menghindari patroli malam itu, dan setelah lewat tengah malam, mereka baru bisa keluar dari pemukiman.
Menyusuri jalanan besar sebelum masuk ke hutan. Langkah mereka terhenti ketika beberapa perwira tiba-tiba datang dan mengepung mereka dengan todongan senjata. Hal itu membuat ketiganya refleks membalas todongan senjata dari para anggota Militer itu.
Merapatkan punggung satu sama lain. Pandangan mereka mengabsen orang-orang yang tengah mengepung mereka dan pastinya mereka kalah jumlah. Dan apa artinya pistol di tangan Kihyun dan juga Hyungwon jika yang dihadapkan pada mereka saat ini adalah puluhan senapan.
Salah satu dari perwira itu lantas berucap dengan lantang, "menyerahlah, Yoo Kihyun."
Tiga orang di sana tampak terkejut, namun Kihyun justru menyunggingkan senyumnya dan membuang topinya. Membiarkan para perwira itu melihat wajahnya.
Perwira yang sebelumnya berbicara tampak menyunggingkan senyumnya. "Mengesankan, tapi sayang ..." Netra perwira itu menajam. "Eksekusi mereka semua!"
Sebelum satu tembakan berhasil lolos, mereka di kejutkan ketika para perwira itu justru saling serang. Terhitung tiga perwira justru menyerang rekan mereka. Sebatas membuat mereka tumbang tanpa membunuh.
"Pengkhianat! Siapa kalian?" geram perwira sebelumnya. Dan bukannya mendapatkan jawaban, perwira yang berdiri di hadapannya justru menendang perutnya.
Mark, salah satu dari perwira itu mendekati Kihyun. "Ikuti aku!"
Netra Kihyun membulat, namun tidak ada waktu untuk berpikir apa yang dilakukan oleh Mark di sana. Mereka lantas pergi, mengikuti arahan dari ketiga perwira asing yang mengamankan jalan mereka. Namun satu tembakan yang terlepas malam itu justru memperburuk keadaan ketika perburuan dimulai, di bawah bayangan gelap malam yang menutupi kesembilan Distrik.
Mark membimbing keempat warga sipil itu untuk memasuki sebuah bangunan sebelum ia dan kedua rekannya yang lain menyusul, tak lupa dengan menutup pintu terlebih.
Kihyun segera menarik tangan Sohye sedikit kasar hingga genggaman tangan Hyungwon pada gadis itu terlepas. Tatapan tajam Kihyun mengarah pada tiga perwira yang berjalan ke arah mereka dan tangannya semakin bergerak ke belakang seakan ingin menyembunyikan Sohye di balik punggungnya.
Mark melepas topi Militernya, di susul oleh kedua orang rekannya yang tidak lain adalah Kim Yugyeom dan juga Jackson Wang. Dengan Mark yang berada paling depan, kedua kelompok itu berhadapan dengan suasana tak bersahabat.
"Apa maksudmu dengan melakukan hal ini?" pertanyaan dengan nada bicara yang dingin itu terlontar dari mulut Kihyun.
"Kami akan membawa kalian kembali ke Distrik 9."
Semudah itu? Jangan harap bahwa dengan perkataan manis semacam itu, para pemuda Distrik 9 itu akan menaruh kepercayaan dengan begitu mudah.
Kihyun kembali berucap, "katakan tujuanmu."
"Balas budi."
"Semudah itu?" Pandangan Kihyun sekilas mengarah pada dua rekan Mark, dan tampaknya perwira asing itu tahu apa maksud dari Kihyun.
"Mereka adalah orang dari divisiku. Aku tidak meminta kepercayaan darimu, cukup biarkan kami membawa kalian keluar dari tempat ini."
Kihyun tak memberi respon, masih terlalu awal untuk menaruh kepercayaan terhadap musuh besar mereka. Meski pada kenyataannya perwira asing itu memang tidak pernah terlibat masalah dengannya.
"Berpikir hanya akan memperpendek umurmu, Bung," tegur Jackson.
"Lupakan —"
"Tunjukkan jalannya pada kami," celetuk Hyungwon yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Kihyun.
Hyungwon sekilas memandang Kihyun sebelum mengembalikannya pada Mark. "Bagaimana cara kalian membawa kami keluar dari sini?"
Mark sekilas memandang kedua rekannya dan memberikan anggukan ringan yang membuat kedua rekannya itu segera melepaskan seragam Militer mereka, kemudian menyodorkannya ke hadapan Hyungwon dan Kihyun.
Jackson berucap, "pakai ini jika kalian ingin selamat."
Tanpa pikir panjang, Hyungwon menerima pakaian dari Jackson disaat Kihyun yang masih ragu. Hingga pada akhirnya Sohye lah yang menerima pakaian dari Yugyeom dan memberikannya pada Kihyun.
"Pakailah ini, kita tidak memiliki banyak waktu."
Menghembuskan napas yang terdengar sedikit berat, Kihyun menerima pakaian itu dan segera menghampiri Hyungwon yang berada di sudut ruangan lalu memakai seragam Militer tersebut. Sementara keadaan di luar benar-benar tak terkendali. Dimana para anggota Militer menggeledah rumah para penduduk untuk menemukan pemuda Distrik 9 itu.
Setelah beberapa menit, Kihyun dan Hyungwon kembali menghampiri mereka dengan pakaian Militer yang terlihat pas di tubuh mereka. Namun jujur, Kihyun sangat membenci hal itu.
"Kita pergi sekarang," ucap Mark, namun pandangannya menemukan sosok Hyunjin. "Bagaimana denganmu, Bocah?"
"Aku tinggal di Distrik 1, tidak masalah jika aku pergi begini saja."
"Jangan berpencar dan ikuti aku. Jika kita bertemu anggota Militer, segera jadikan Nona Sohye serta bocah ini sebagai sandera."
Tak ada kalimat persetujuan. Mark lantas berbalik dan membimbing langkah para warga sipil itu. Melewati tempat Jackson, rekannya itu menepuk bahunya sembari berucap, "Tuhan menyertai niat baikmu, Bung."
"Jaga diri kalian baik-baik."
"Tentu, temui kami di Distrik 8 besok pagi."
Hyungwon dan Kihyun berjalan paling belakang dan serempak mengenakan topi Militer guna menyamarkan wajah mereka. Namun tubuh Kihyun sedikit tersentak ketika hendak keluar, hingga ia memegangi pintu untuk menahan tubuhnya. Rasa sakit di punggungnya kembali di waktu yang tidak tepat, dan Hyungwon yang berjalan di belakangnya sontak memegangi bahunya.
Keduanya bertemu pandang. Bisa di lihat oleh Kihyun wajah Hyungwon yang menunjukkan kekhawatiran. Namun keadaan tak mengizinkan mereka untuk sekedar mengkhawatirkan satu sama lain. Dengan gelengan singkat, Kihyun kembali berdiri dengan menekan rasa sakitnya dan kembali berjalan mengikuti arahan Mark.
"Bagaimana dengan kita?" ujar Yugyeom dengan tangan yang berkacak pinggang ketika pintu bangunan itu kembali tertutup dari luar.
Jackson memandang perwira yang lebih muda darinya itu dan berucap sembari melakukan peregangan, "apa lagi? Tentu saja bermain-main di sini."
Yugyeom memandang dengan wajah yang mengernyit. "Maksud—" tak sempat bicara lebih banyak lagi, Yugyeom langsung di bungkam oleh kepalan tangan Jackson.
"Apa maksudmu?" ucap Yugyeom tak terima setelah sebelumnya sempat limbung.
"Buat luka sebanyak mungkin jika kau masih ingin berumur panjang."
"Apa?" Yugyeom masih kebingungan, namun saat itu Jackson segera mendatanginya dan memukul wajahnya untuk beberapa kali.
Berjalan di pemukiman, Mark menghentikan langkahnya dan memberikan aba-aba. Kihyun dan Hyungwon yang mengerti akan hal itupun segera menahan kedua tangan Sohye dan Hyunjin di balik tubuh kedua orang itu masing-masing.
"Maaf," gumam Kihyun, tak lupa dengan merendahkan topinya.
Empat perwira menghampiri mereka dan sempat memberikan hormat pada Mark.
"Sersan Mark, boleh kami melihat siapa yang kau bawa?"
"Aku menangkap mereka berdua di perbatasan, sepertinya mereka ingin melarikan diri."
Satu perwira memberikan aba-aba kepada dua rekannya yang kemudian memeriksa Hyunjin dan Sohye. Hanya sebentar dan mereka kembali ke tempat mereka, lalu salah satu dari mereka membisikkan sesuatu pada perwira dengan jabatan yang lebih tinggi.
"Kau membawa penyusup dari Distrik 9?"
"Aku berencana membawanya ke Camp Militer."
"Kalau begitu aku akan mengambil alih."
Kihyun tentu saja terkejut dengan perkataan itu, namun tak banyak reaksi yang bisa ia tunjukkan ketika Hyungwon menahan tangannya dan memberikan sebuah gelengan.
"Bawa gadis itu."
"Aku yang akan membawanya," sergah Mark.
"Membawa penyusup ke Camp adalah tugas kami. Seharusnya kau tetap berada di Distrik 8, Sersan Mark."
"Aku yang menangkapnya, maka aku yang akan membawanya."
Perwira itu tersenyum tipis. "Kau ingin mencari nama baik di depan Kolonel Shin? Lupakan ..." Suara perwira itu lantas mengeras, "bawa gadis itu!"
Dua perwira mengangguk dan segera menghampiri Sohye yang terlihat panik. Namun gadis itu bergumam sebelum kedua perwira itu sampai di tempatnya, "jaga dirimu baik-baik."
"Jangan bercanda," sahut Kihyun dengan suara yang sama sekali tak menunjukkan perasaan apapun.
"Kembalilah ke Distrik dengan selamat."
Sohye kembali menangis tanpa suara ketika genggaman tangan Kihyun kembali melepaskannya untuk yang ke dua kalinya. Dua perwira itu menarik bahunya dengan sedikit kasar dan membawanya menjauh.
Tampak kemarahan di wajah Kihyun. Pandangannya terangkat, disusul kemudian tangannya yang bergerak mengangkat senapan di tangannya. Namun niatannya itu di gagalkan oleh Hyungwon yang menahan pergelangan tangannya dan memberikan gelengan penuh penekanan.
Si perwira yang berhadapan dengan Mark lantas berucap, "terima kasih atas kerja samanya. Akan lebih baik jika kau segera meninggalkan tempat ini, orang asing ... selamat malam."
Keempat perwira itu membawa Sohye pergi. Memutus pandangan Sohye yang tetap berusaha memandang sosok Kihyun hingga akhir. Setelah mereka pergi, Kihyun melampiaskan kemarahannya pada Mark. Dia segera membalik dengan kasar tubuh perwira yang lebih tinggi darinya dan mencengkram kerah baju perwira itu.
"Apakah ini bagian dari rencanamu?" ucap Kihyun penuh penekanan.
"Kita pergi dari sini sekarang."
"Bajingan sepertimu memang tidak seharusnya mendapatkan kepercayaan."
Kihyun melepaskan cengkramannya dan hendak menyusul Sohye, namun Hyungwon segera bergerak dan menahan tangannya.
"Jangan gegabah, kita pergi dari sini sekarang."
"Kau pergilah, aku bisa pergi tanpamu."
"Tapi aku tidak bisa pergi tanpamu."
Disaat kedua pemuda Distrik 9 itu terlibat perselisihan, saat itu alat komunikasi yang berada di saku seragam Militer Mark berbunyi. Memberikan tanda bahwa seseorang ingin melakukan komunikasi dengannya.
Mark segera mengambil alat komunikasi itu dan menerima permintaan. "Ada apa?"
"Kau dalam bahaya, cepat pergi dari sini," suara Jackson terdengar berbisik dan terburu-buru.
"Ada apa?"
"Mereka menangkap kami dan tahu jika penyusup yang kau bawa menyamar sebagai Militer. Cepat pergi dari sini, aku akan menahan sebisaku."
Sambungan terputus, dan Hyunjin yang berada di dekat Mark tentunya turut mendengar berita itu. Mark segera menghampiri pemuda Distrik 9 itu dan menarik kerah baju Kihyun.
"Pergi sekarang atau kau akan mati sia-sia di sini. Mereka ... sudah tahu jika kalian menyamar sebagai Militer."
Kabar mengejutkan yang membuat kedua pemuda itu terkejut. Mark melepaskan cengkramannya dan berjalan lebih dulu.
"Hyeong, adikku menunggu di sana," ucap Hyunjin yang datang mendekat hingga tak ada pilihan lain bagi Kihyun selain mengikuti langkah Mark.
Keadaan semakin tak terkendali, dimana semakin banyak anggota Militer yang menjarah pemukiman Distrik 1 malam itu. Hingga sebuah suara lantang memicu suara tembakan yang saling bersahutan.
"Mereka ada di sini! Tangkap mereka!"
Bergerak semakin cepat, keempatnya berlari dengan sesekali melepaskan tembakan untuk menyelamatkan diri mereka malam itu yang terkepung di lembah kematian Distrik 1, hingga pada akhirnya pelarian mereka sampai di hutan yang menjadi jalan pintas antar Distrik.
Berlari di jalan setapak yang cukup gelap dengan hanya sinar bulan sebagai penerangan. Tubuh mereka basah oleh keringat yang mungkin sudah menutupi air mata. Detak jantung yang bahkan terdengar berkali-kali lipat lebih keras, dan jangan lupakan napas kasar yang terdengar begitu serakah.
Semua rasa sakit menghilang ketika mereka tak diizinkan untuk berhenti, hingga akhirnya tubuh Kihyun tersungkur ketika punggungnya menyerah untuk membiarkan kakinya tetap berlari. Hal itu sontak menghentikan langkah tiga orang lainnya.
Hyungwon dan Hyunjin segera menghampiri Kihyun.
"Hyeong, apa yang terjadi?" panik Hyunjin.
Wajah Kihyun mengernyit dengan satu tangan bertumpu pada tanah dan tangan lainnya memegang pinggangnya. Hyungwon yang menyadari hal itupun dengan hati-hati memegang bahu Kihyun.
"Hyeong masih sanggup berjalan?"
"Tinggalkan aku, larilah," terdengar begitu susah payah.
"Apa yang terjadi padanya?" tegur Mark.
"Cedera punggungnya kambuh, mustahil tetap menyuruhnya untuk berlari," jawab Hyungwon.
Kihyun menyahut, "aku baik-baik saja, pergilah lebih dulu."
"Jangan mengatakan omong kosong."
Tatapan kesakitan Kihyun bertemu dengan tatapan khawatir Hyungwon. Perlahan Kihyun pun mencoba untuk berdiri dengan bantuan dari Hyungwon.
"Hyeong masih sanggup?"
"Ayo." Kihyun mengambil langkah, namun langkahnya itu tak bisa sempurna ketika tubuhnya limbung dan beruntung Hyungwon menahannya hingga ia tak sampai terjatuh.
"Jangan memaksakan diri."
Mark memandang ke arah mereka datang sebelumnya dan terlihat beberapa cahaya yang sepertinya menuju ke tempat mereka. Tanpa pikir panjang lagi, Mark segera mendekati Kihyun dan memunggungi pemuda itu sebelum merendahkan tubuhnya.
"Naiklah ke punggungku," ujar Mark.
Menatap ragu, namun Hyungwon memberikan anggukan ketika mereka tak di berikan banyak pilihan. Pada akhirnya Kihyun kembali menyambut pertolongan dari seseorang yang selalu ia anggap sebagai musuh, meski pada kenyataannya orang tersebut belum pernah berbuat kesalahan padanya.
Dini hari itu, pelarian mereka masih berlangsung. Dan setelah sampai di Distrik sebelah, Mark berhasil mendapatkan sebuah mobil dari Camp Militer di sana dan membawa para pemuda itu kembali ke Distrik 9 sebelum keributan di Distrik 1 menyebar luas dan memancing keributan di kedelapan Distrik lainnya.
Selesai di tulis : 02.06.2020
Di publikasikan : 05.06.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro