Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 46

    Pagi itu, Minhyuk membantu Kihyun melilit punggung pemuda itu menggunakan kain putih sebagai penyangga. Tampak kekhawatiran di wajah Minhyuk ketika pandangannya sempat menangkap wajah kesakitan Kihyun.

    "Kau yakin ingin pergi dengan keadaan seperti ini?"

    "Mereka tidak akan melepaskan Sohye jika mereka tahu bahwa aku masih hidup."

    "Biar aku saja yang pergi, Hyeong tetap di sini," ucap Changkyun yang duduk di tepi ranjang dan mendapatkan persetujuan dari Minhyuk.

    "Changkyun ada benarnya. Jika kau yang pergi, kemungkinan besar mereka akan mengenalimu dengan cepat."

    "Aku tidak seterkenal yang kau pikirkan."

    "Tapi Militer Distrik 1 sudah menyebarkan selebaran tentangmu."

    Kihyun memandang sekitar dengan waswas sebelum kembali memandang Minhyuk. "Hati-hati dengan ucapanmu, jangan biarkan siapapun tahu tentang hal itu."

    "Tapi tindakanmu ini benar-benar berbahaya."

    "Aku akan berhati-hati. Tapi jika bisa ... bujuk Hyungwon agar tidak pergi."

    "Apa yang bisa kulakukan? Kalian sama keras kepalanya."

    Mengakhiri perdebatan singkat mereka. Changkyun serta Minhyuk keluar dan di gantikan oleh Hyungwon yang masuk ke kamar lalu menghampiri Kihyun yang tengah mengenakan kaosnya.

    Berhenti di depan Kihyun. Hyungwon mengambil sesuatu dari balik bajunya dan membuat Kihyun terkejut ketika pemuda itu menyodorkan sebuah senjata api ke arahnya.

    "Untuk berjaga-jaga," ucap Hyungwon.

    "Dari mana kau mendapatkan benda ini?"

    "Apakah itu penting?"

    Kihyun tak ingin mempermasalahkan hal itu. Dia mengambil senjata api di tangan Hyungwon dan menyusupkannya di belakang pinggang.

    "Lebih baik kau tetap tinggal di sini."

    "Jika aku tidak pergi, Hyeong juga tidak akan pergi. Aku tidak mau menjadi pecundang sendirian."

    "Kau tidak takut pada ayahmu?"

    "Aku sudah siap kapanpun dia membunuhku."

    "Batalkan saja, aku akan pergi sendiri."

    "Mari berjalan di jalan masing-masing."

    Kihyun menjatuhkan pandangannya dengan helaaan napas singkat yang kemudian membimbing pandangannya kembali bertemu dengan Hyungwon.

    "Lindungi dirimu sendiri, dan pastikan kau kembali dalam keadaan baik-baik saja."

    "Pikirkan dirimu sendiri."

    Kihyun meraih topi yang tergeletak di atas laci dan memakainya. "Kita pergi sekarang," ucapnya, membimbing Hyungwon berjalan keluar.

    Pagi itu, keduanya meninggalkan Distrik 9 bersama Hyunjin sebagai penunjuk arah ketika mereka sampai di Distrik 1 nantinya. Dan sepeninggalan mereka, Changkyun turut meninggalkan rumah seorang diri dan kembali menapakkan kakinya di kaki Bukit Terlarang.

    Berjalan melawan arus angin yang kadang berhembus dengan kasar. Changkyun menemukan perwira muda yang kemarin bertemu dengannya, duduk di tempat yang sama dengan kemarin.

    "Di sini bukanlah tempat dimana kau bisa bermain."

    Youngjae menoleh ke samping dan sedikit mendongak. Changkyun kemudian duduk di jarak satu meter dengan tempat Youngjae tanpa berniat memandang perwira muda itu.

    "Kau mengenal Yoo Kihyun?" satu pertanyaan yang kemudian membawa pandangan Changkyun mengarah pada Youngjae.

    "Kau seorang mata-mata?"

    "Hanya bertanya. Saat aku kembali kemarin, aku dengar dia sudah tewas."

    Changkyun kembali memalingkan wajahnya dan berucap, "kalian pasti senang mendengar berita itu."

    "Itu bukan urusanku ... kenapa kau ingin bertemu?"

    "Hanya sekedar menguji."

    "Aku tidak mengerti apa maksudmu."

    Changkyun kembali memandang. "Apa yang kalian rencanakan untuk Distrik 9?"

    "Kau mengenal Yoo Kihyun?"

    "Dia kakakku."

    Youngjae terkejut. "Kau serius? Siapa namamu?"

    "Im Changkyun."

    Youngjae menatap tak percaya.

    "Sekarang katakan, apa yang sedang kalian rencanakan?"

    "Itu diluar wewenangku. Tapi beberapa bulan terakhir, Kolonel William sering melakukan pertemuan dengan Kepala Distrik 9."

    "Apa yang mereka bicarakan?"

    "Sudah kukatakan bahwa itu bukanlah wewenangku. Aku hanya bergerak jika mendapat perintah."

    Changkyun sekilas menjatuhkan pandangannya dengan senyum meremehkan. Dia lantas bergumam, "boneka Pemerintahan."

    Hening sesaat ketika keduanya memilih untuk berdiam diri. Berada dalam pikiran masing-masing sebelum Changkyun yang memutuskan untuk kembali memulai pembicaraan.

    "Temanmu itu, di mana terakhir kali kalian mendengar kabarnya?"

    Youngjae memandang, namun tidak dengan Changkyun. Dia lantas menjawab, "terakhir kali, dia mengatakan akan melakukan patroli di Distrik 7."

    "Berikan fotonya padaku."

    Dari tempatnya, Youngjae mengulurkan sebuah foto yang dimaksud oleh Changkyun. Dan dari tempatnya pula, Changkyun menerima foto tersebut.

    "Terima kasih."

    "Aku tidak pernah berniat untuk membantumu." Changkyun beranjak berdiri dan menjatuhkan pandangannya pada Youngjae. "Jangan pernah kembali kemari jika kau masih sayang dengan nyawamu."

    Dia, pergi.

    Youngjae dengan cepat berdiri dan sejenak membuat langkah Changkyun terhenti oleh suaranya. "Choi Youngjae. Jika kau memiliki waktu, kau bisa mengingat nama itu."

    Tak berniat memberi respon, Changkyun kembali melanjutkan langkahnya. Begitupun dengan Youngjae yang mengambil langkah menjauhi Distrik 9.

    Kihyun, Hyunjin serta Hyungwon saat ini tengah berada di dalam kereta api. Berbeda dengan Kihyun yang mencoba menyamarkan wajahnya dengan topi yang ia kenakan, Hyunjin dan Hyungwon tidak segan-segan untuk menunjukkan wajah mereka di depan publik.
   
    Beberapa menit setelah memasuki kawasan Distrik 8, kereta berhenti di Stasiun. Dan di luar dugaan karena saat itu beberapa anggota Militer memasuki gerbong dan melakukan patroli.

    Hyunjin menjadi orang pertama yang menyadari hal itu dan segera menegur kedua pemuda yang lebih tua darinya itu. "Hyeong, mereka di sini."

    Hyungwon dan Kihyun memandang ke arah yang di maksud oleh Hyunjin dan sama-sama terkejut sebelum saling bertukar pandang.

    "Apa yang harus kita lakukan?"

    Kihyun dan Hyungwon berdiri dalam waktu bersamaan, menegaskan bahwa mereka memiliki pemikiran yang sama. Hyunjin yang tak tahu apa-apa turut berdiri.

    "Cepat turun," ucap Hyungwon.

    Hyunjin segera turun melalui pintu lain, di susul oleh Kihyun dan Hyungwon yang berjalan paling belakang. Namun salah satu perwira di ujung gerbong menyadari kehadiran Hyungwon.

    "Bukankah itu putra Kepala Distrik 9?" ucap salah seorang perwira dan membuat kedua rekan di sampingnya berhasil menemukan sosok Hyungwon yang kala itu hendak turun dari kereta.

    "Apa yang dia lakukan di sini?"

    "Ikuti dia."

    Mereka bergegas turun. Dan pada nyatanya bukan hanya para perwira itu yang menyadari kehadiran Hyungwon di sana, melainkan Mark yang saat itu juga berada di sana bersama Jackson. Namun bukan Hyungwon yang berhasil menarik perhatian Mark saat itu, melainkan sosok Kihyun yang tampak familiar.

    "Tidak mungkin,"gumam perwira muda itu.

    "Apanya yang tidak mungkin?" tegur Jackson.

    "Dia di sini."

    "Siapa?" Jackson memandang ke sekeliling namun tak menemukan siapa yang di maksud oleh Mark.

    Perhatian Mark teralihkan oleh ketiga perwira yang keluar dari gerbong dan berjalan dengan terburu-buru ke arah Hyungwon pergi sebelumnya. Dengan cepat Mark menyusul ketiganya dan menyisakan rasa heran bagi Jackson.

    "Sersan Choi," tegur Mark yang seketika menghentikan langkah ketiga perwira itu.

    "Sersan Mark, ada apa?"

    "Kolonel William memanggil kalian."

    Sebelah alis perwira yang di panggil dengan sebutan 'Sersan Choi' oleh Mark itu terangkat. "Ada apa?"

    "Untuk pastinya, datanglah sendiri ke sana."

    Sersan Choi tampak ragu. Namun ketika ia kembali memandang ke arah Hyungwon pergi, pemuda itu sudah menghilang dari sana. Tak memiliki pilihan lain, Sersan Choi beserta kedua rekannya lantas pergi.

    Jackson datang dari belakang dan menegur, "kapan Kolonel William memanggil mereka?"

    "Itu bukan masalah besar."

    "Siapa yang sebenarnya kau maksud?"

    Mark memandang Jackson. "Kau ingin membantu?"

    "Apa?"

    "Kita pergi ke Distrik 1 sekarang."

    "Kau baru saja dari sana, apa yang sebenarnya kau lakukan di sana?"

    "Jangan banyak bertanya dan ikuti saja." Mark segera meninggalkan stasiun.

    "Ya! Tidak bisa sekarang. Kolonel William mengadakan rapat siang nanti," lantang Jackson yang kemudian menyusul langkah lebar Mark.

    Dan benar, bahwa pagi itu mereka tidak bisa meninggalkan Distrik 8 karena harus menghadiri pertemuan yang akan di adakan pada siang harinya.






Selesai di tulis : 21.05.2020
Di publikasikan : 24.05.2020

   

 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro