Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 44

    Menjauh dari keramaian, Changkyun memilih duduk di kaki Bukit terlarang yang cukup jauh dari pemukiman. Setelah beberapa waktu hanya di isi oleh kesunyian, dari kejauhan netra Changkyun menangkap pergerakan seseorang yang datang mendekat. Tatapan sayu itu perlahan menajam ketika ia mengenali pakaian yang di kenakan oleh sosok yang tengah berjalan ke tempatnya saat itu.

    Dalam waktu singkat, Sersan muda Choi Youngjae mampu menjangkau tempat Changkyun. "Kau orang sini?"

    "Pergilah di saat aku masih berbaik hati."

    Terdengar begitu acuh dan sangat dingin, menegaskan bahwa ia benar-benar penghuni Distrik 9. Bukannya menyingkir, Youngjae justru duduk di samping Changkyun.

    "Kau sudah salah paham ... aku datang bukan untuk mengambil Distrikmu."

    Changkyun memandang, memberikan tuntutan atas pernyataan Youngjae barusan.

    Youngjae balik memandang lalu berucap, "aku hanya datang untuk mencari seorang teman yang menghilang dalam tugas."

    "Kau pikir siapa yang akan percaya padamu?" Changkyun memalingkan wajahnya.

    Youngjae sejenak terdiam sebelum akhirnya mengambil sebuah foto dari balik seragam Militer yang ia kenakan dan menunjukkannya pada Changkyun.

    "Kau pernah melihat orang ini?"

    Changkyun menjatuhkan pandangannya pada foto yang berada di tangan Youngjae, dan perhatiannya tertuju pada salah satu sosok pada foto itu yang di tunjuk oleh si perwira muda di sampingnya.

    "Dia menghilang beberapa tahun yang lalu setelah di tugaskan di Distrik 1 ... aku sudah tahu desas-desus tentang kalian. Tapi tujuanku datang kemari hanyalah satu ..."

    "Dia mungkin sudah tewas,"celetuk Changkyun.

    "Kau pernah melihatnya?"

    "Tidak."

    "Jika kami menemukannya, kami akan segera meninggalkan Distrik."

    Pandangan Changkyun terjatuh dengan seulas senyum yang tersungging tak percaya. "Kau kira sedang berbicara dengan anak kecil?"

    "Ada lima orang dari divisiku ... aku pastikan kami akan meninggalkan Distrik setelah menemukan orang itu." Youngjae kemudian beranjak berdiri, berniat untuk meninggalkan tempat itu.

    "Siapa nama orang itu?"

    Youngjae menjatuhkan pandangannya pada Changkyun. "Park Jinyoung, Sersan Park Jinyoung."

    Changkyun beranjak berdiri dan membelakangi Youngjae. Dia berucap, "pastikan kau tidak menginjak bunga di sini ... besok pagi, kembalilah kemari."

    Changkyun lantas pergi meninggalkan Youngjae terlebih dulu. Membuat sang perwira berdiam diri di tempatnya untuk memandang punggungnya yang berjalan menjauh.

    Distrik 1.

    Pintu rumah Jeongin di ketuk. Ibu Hyungwon segera berjalan ke depan dan membuka pintu, namun wanita paruh baya itu tampak terkejut ketika pintu telah terbuka dan memperlihatkan Mark yang berdiri di sana.

    "Ada perlu apa?"

    "Apa nona Kim Sohye ada di sini?"

    Tampak ragu, ibu Hyungwon lantas menjawab, "benar, dia ada di sini."

    "Bolehkah aku menemuinya?"

    Ibu Hyungwon bingung sekaligus takut jika perwira muda di hadapannya itu datang hanya untuk menyakiti Sohye. Namun tutur kata Mark yang terdengar sangat sopan itu membuat ibu Hyungwon tak bisa menolak, karena menolak pun juga pasti percuma.

    "Silahkan masuk, dia ada di kamar sebelah sana."

    "Terima kasih."

    Mark berjalan masuk, melewati ibu Hyungwon dan segera bergegas menuju pintu yang sebelumnya di tunjuk oleh ibu Hyungwon. Dengan tiga kali ketukan, Mark membuka pintu kayu di hadapannya dan berhasil mengejutkan Sohye yang kala itu duduk di tepi ranjang dan menangis tanpa suara.

    "Sersan Mark?"

    Mark masuk dan segera menutup pintu, begitupun dengan Sohye yang langsung beranjak berdiri. "Nona baik-baik saja?"

    Sohye mencengkram kedua lengan Mark lalu menuntut, "Kihyun, apa yang terjadi padanya?"

    "Nona sudah mendengarnya?"

    Sohye menggeleng, kembali menyangkal berita buruk itu. "Tidak, ini tidak benar ... dia tidak mungkin mati, mereka pasti hanya berbohong ..."

    "Aku sempat mampir ke Distrik 9 dan upacara pemakaman telah selesai di laksanakan."

    Kaki Sohye kembali melemas hingga tubuhnya merosot dan membuatnya terduduk di lantai dengan tatapan kosong. Air mata itu terlihat kerap meloloskan diri dari kelopak matanya, namun tak ada lagi isakan yang mampu keluar dari mulutnya.

    Mark lantas menjatuhkan satu lututnya di hadapan Sohye dan memegang kedua bahu gadis muda itu. "Apa mereka melakukan sesuatu yang buruk pada Nona?"

    Sohye menggeleng lalu mengusap air matanya.

    "Aku datang hanya untuk memastikan keadaan Nona ... jaga diri Nona baik-baik, aku akan pergi sekarang."

    Mark hendak beranjak, namun lengannya di tahan oleh Sohye. "Bawa aku bersamamu," ucap Sohye tanpa keraguan. Namun keraguan itu justru muncul di wajah Mark.

    "Aku harus kembali ke Distrik 9."

    "Sebaiknya Nona tetap berada di sini, Distrik 9 terlalu berbahaya."

    "Aku tidak peduli!" suara Sohye tiba-tiba mengeras. "Aku harus melihatnya dengan mata kepalaku sendiri ... aku harus kembali ke Distrik 9!"

    "Dengarkan aku baik-baik ... sebentar lagi Militer akan mengambil alih Distrik 9, kami tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi di sana."

    "Tidak bisakah kau mencegahnya? Apa salah kami pada kalian?"

    "Aku bukanlah orang yang memiliki wewenang atas hal ini ... jaga diri Nona baik-baik."

    Mark beranjak berdiri dan langsung meninggalkan Sohye yang kembali jatuh dalam keputus asaan. Tak mampu lagi menahan air mata di pelupuk matanya yang terasa sakit, gadis muda itu kembali menangis dengan wajah yang menghadap lantai. Sedangkan Mark, meninggalkan rumah itu dan menghentikan langkahnya di ujung halaman.

    Langkah itu berbalik dengan hati yang lantas berucap, "Tuhan memberkatimu." Sersan muda itu lantas pergi meninggalkan Distrik 1.

    Distrik 9.

    Changkyun kembali ke rumah dan kedatangannya di sambut oleh Jooheon yang saat itu berada di halaman. "Kau dari mana saja?"

    "Mencari angin segar."

    "Masuklah! Dia ingin bicara denganmu."

    Netra Jooheon memicing ketika ia menangkap sosok Hyunjae datang mendekat. Ia dengan cepat menepuk bahu Changkyun. "Cepat masuk! Paman Hyunjae datang kemari."

    Changkyun sekilas memandang Hyunjae dan bergegas masuk ke dalam.

    "Paman Hyunjae datang," ucap Changkyun begitu masuk rumah dan segera masuk ke dalam kamarnya.

    Dari kamar tersebut, Minhyuk keluar dan duduk di ruang tamu bersama yang lainnya. Sedang di luar rumah sendiri, Jooheon sekilas menundukkan kepalanya ketika Hyunjae melewati tempatnya.

    Tepat setelah Hyunjae masuk ke rumah Kihyun, Jooheon bergegas menuju rumah Sohye dan sedikit mengejutkan para pemuda Distrik 1 yang masih tinggal di sana.

    "Semuanya ... tutup mulut kalian jika masih sayang dengan nyawa kalian."

    Minho menyahut, "ada apa?"

    "Kepala Distrik kemari, pastikan dia tidak melihat kalian."

    Jooheon lantas segera beralih ke rumah Kihyun, di mana saat itu Hyunjae berhadapan dengan Hyunwoo, Hoseok, Minhyuk dan putranya sendiri.

    "Ada apa ini?"

    Minhyuk mewakilkan rekan-rekannya untuk menjawab, "semalam ada orang yang menyusup ke rumah dan mencelakai Kihyun."

    Tak puas dengan jawaban Minhyuk, Hyunjae lantas bergegas ke kamar Kihyun dan menemukan Changkyun berdiri menghadap jendela yang terbuka. Hyunjae memeriksa kamar mandi terlebih dulu, dan setelah tak menemukan siapapun, dia baru menghampiri Changkyun.

    "Di mana kakakmu?"

    Tanpa berniat mengalihkan pandangannya dari luar jendela. Changkyun menjawab, "dia sudah pergi."

    Hyunjae lantas keluar, dan saat itu ekor mata Changkyun memandang ke bawah jendela dengan tatapan yang tak mampu di ungkapkan. Kembali ke ruang tamu, Hyunjae lantas marah besar kepada para pemuda itu, termasuk dengan Jooheon yang sudah bergabung di sana.

    "Apa maksud kalian semua dengan melakukan hal semacama ini?"

    Hyunwoo menyahut dengan sopan, "apa yang Paman maksud?"

    "Melakukan upacara pemakaman tanpa tetua ... di mana sopan santun kalian?"

    "Ini adalah keinginan Kihyun. Dia ... menolak para tetua menyentuh jasadnya," ucap Hyungwon yang berhasil membuat semua orang terkejut.

    Hyunjae meredam amarahnya dan berucap, "paman harap, ini menjadi pembelajaran bagi kalian. Berhenti menyia-nyiakan hidup kalian dengan mengikuti pembangkang itu ... Kihyun sudah tidak ada sekarang, kembalilah hidup dengan normal." Hyunjae lantas pergi.

    Jooheon kemudian mencibir dengan seulas senyum yang tersungging, "hidup normal? Paman itu sangat lucu."

    Hoseok menyenggol bahu Jooheon, bermaksud memperingatkan Jooheon bahwa di sana masih ada Hyungwon. Namun Hyungwon bersikap acuh dan bergegas masuk ke dalam kamar Kihyun tanpa mengucapkan sepatah katapun.






Selesai di tulis : 05.04.2020
Di publikasikan : 01.05.2020

   

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro