Lembar 42
Garis cahaya di ujung timur perlahan bergerak naik, menandai hari baru telah menyambut mereka. Sebelum matahari menampakkan wujudnya dengan sempurna dan menyingkirkan kegelapan yang tersisa dari langit. Para pemuda Distrik 9 dan Distrik 1 berkumpul di halaman rumah Kihyun, kecuali Kihyun yang tidak hadir di sekitar mereka.
Hyunwoo merobek kain putih kurang lebih berukuran satu meter lalu menyerahkannya pada Bang Chan. Sedangkan sisa kain di tangannya, ia serahkan pada Hoseok.
"Pasang ini di Bukit terlarang, Changkyun akan menunjukkan jalannya pada kalian."
Hyunwoo menjatuhkan pandangannya pada Changkyun dan memberikan anggukan singkat yang kemudian membimbing Changkyun melangkahkan kakinya terlebih dulu.
"Ikuti dia!"
Bang Chan memandang seluruh rekan-rekannya. Memberikan anggukan singkat sebelum mengikuti Changkyun meninggalkan halaman rumah Kihyun. Dan setelah kepergian mereka, Hyunwoo menjatuhkan pandangannya pada Hoseok.
"Kau dan Jooheon, gantilah pakaian kalian dan pasang itu di pintu masuk Distrik."
"Apa tidak masalah seperti ini?" tanya Hoseok yang di jawab oleh gelengan dari Hyunwoo.
Hoseok lantas memandang Jooheon. Menepuk bahu pemuda itu sebelum keduanya pergi dengan membawa kain putih yang di berikan oleh Hyunwoo sebelumnya. Setelah kepergian keduanya, Hyunwoo pun melangkahkan kakinya memasuki rumah untuk mempersiapkan upacara pemakaman.
Setelah pulang ke rumah dan mengganti pakaian mereka dengan pakaian serba putih, Hoseok dan Jooheon bergegas menuju pintu masuk Distrik ketika kegelapan di langit mulai terpecah dan membangunkan seluruh penduduk Distrik.
Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan Minhyuk dan juga Hyungwon. Tapi Minhyuk menjadi orang pertama yang memberi teguran dan berlari ke arah mereka. Tampak kebingungan di wajah Minhyuk.
"Hyeong, apa yang ... siapa?"
"Kihyun terbunuh tadi malam."
Kedua netra Minhyuk dan Hyungwon membulat terkejut, menatap tak percaya pada kedua rekannya. Minhyuk bergumam, "tidak mungkin ..." lantas berlari meninggalkan mereka.
Hyungwon menuntut, "jangan bercanda! Siapa yang melakukannya?"
"Pergilah ke rumah Kihyun, kau akan mendapatkan jawabannya di sana."
Tanpa berucap apapun, Hyungwon segera menyusul Minhyuk. Bukannya berlari, dia hanya melangkah dengan lebar. Hoseok sekilas bertukar pandang dengan Jooheon sebelum melanjutkan langkah mereka. Memasang bendera putih di pintu masuk Distrik dan membuat keributan di Distrik pagi itu juga ketika kabar kematian Kihyun menyebar luas dalam waktu singkat.
Di sisi lain, Changkyun membawa para pemuda Distrik 1 menuju puncak Bukit terlarang. Tak ada perbincangan di antara mereka, namun Changkyun melihat mereka menggunakan ekor matanya ketika mereka memasuki kawasan Bukit terlarang.
Changkyun berujar sedikit lantang, "ikuti langkahku dan jangan menginjak bunga di sini jika kalian tidak ingin mati sia-sia."
Berjalan di belakang Bang Chan. Minho menyahut, "kalian menanam ranjau di sini?"
Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Changkyun. Minho lantas menoleh ke belakang untuk mengingatkan rekan-rekannya agar berhati-hati. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di puncak Bukit terlarang dan di sambut oleh matahari yang perlahan naik dan mengusir sisa-sisa kegelapan dari malam yang tak bertuan.
Para pemuda Distrik 1 itu segera mengikat kain yang mereka terima sebelumnya pada tongkat yang lumayan panjang, lalu menancapkannya di bagian tertinggi dari Distrik 9 itu. Angin yang berhembus cukup kencang pagi itu membuat bendera putih itu berkibar dengan sempurna, seakan ingin membantu mereka untuk mengabarkan berita duka yang kini terjadi di Distrik 9.
Suasana tenang itu berubah tak mengenakkan ketika Yongbok tiba-tiba menghampiri Hyunjin dan memukul pemuda itu hingga terjatuh ke tanah. Changbin yang berada paling dekat dengan mereka pun segera menarik lengan Yongbok, berusaha menghentikan perkelahian yang mungkin akan terjadi.
"Pengkhianat!" umpat Yongbok.
"Cukup, tidak perlu di lanjutkan." Changbin menarik mundur Yongbok.
Jeongin menarik lengan Hyunjin, membantu kakaknya itu untuk berdiri dan Bang Chan pun menghampiri keduanya.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Seperti yang Hyeong lihat ... aku masih sanggup menghajar seseorang menggunakan tanganku." Bernada mencibir, Hyunjin sempat memandang Yongbok.
"Bagaimana bisa mereka melepaskanmu?"
"Tidak tahu ... mereka hanya menyuruhku pergi begitu saja."
Jisung menyahut, "mungkinkah mereka juga sudah membebaskan ayah kita?"
Changkyun menginterupsi. Tak ingin mendengar perdebatan para pemuda asing itu lebih jauh lagi, "sebaiknya kalian segera meninggalkan tempat ini."
Semua perhatian tertuju pada Changkyun. Bang Chan lantas berbicara, "seperti yang di katakan oleh orang itu sebelumnya ... aku dan satu orang lagi akan kembali ke Distrik, sisanya tetap tinggal di sini."
"Aku ikut," Yongbok menyahut dengan cepat namun segera di timpali oleh Changbin.
"Tidak. Kau tetap di sini, aku yang akan pergi bersama Bang Chan."
"Apa tidak masalah hanya pergi berdua saja," Minho mengungkapkan kekhawatirannya.
"Kami akan kembali setelah mendapatkan kabar, kau jaga yang lainnya di sini."
Perbincangan mereka berakhir dengan singkat. Mereka lantas menuruni bukit, dan pagi itu kabar kematian Kihyun menyebar luas dalam waktu singkat. Beberapa penduduk berbondong-bondong mendatangi rumah mendiang Kepala Distrik sebelumnya. Kebanyakan dari mereka tidak percaya dengan kabar yang baru saja mereka terima. Namun setelah mendapatkan berita dari tetangga Kihyun bahwa semalam terdengar keributan di rumah itu, mereka tak lagi bisa menyangkal dan sangat menyayangkan akan hal itu.
Dari dalam rumah, Changkyun yang telah mengganti pakaian seperti rekan-rekannya, berjalan paling depan di ikuti oleh rekan-rekannya. Di tangannya sendiri, ia membawa sebuah guci berpenutup kain putih yang biasa di gunakan untuk menyimpan abu seseorang yang sudah mati. Tak ada air mata di wajah mereka, hanya ada tatapan dingin dan juga keresahan ketika mereka melakukan upacara kematian untuk rekan mereka sendiri.
Ayah Hyunwoo yang baru mendengar kabar itupun tampak berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri putranya.
"Apa yang terjadi pada Kihyun?"
Hyunwoo tak mampu memberikan sebuah jawaban yang berarti hingga hanya sebuah gelengan lah yang mampu ia berikan kepada sang ayah sebelum ia yang berjalan pergi mengikuti langkah Changkyun yang berjalan menjauhi rumah dan mengantarkan guci di tangannya ke tempat di mana seharusnya benda itu berada.
Para pemuda Distrik 1 yang tetap tinggal di sana pun tampak berbaur dengan para penduduk dan merasa heran dengan apa yang di lakukan oleh pemuda Distrik 9 saat itu.
Jeongin berucap, "kenapa mereka semua memakai baju serba putih?"
Hyunjin sekilas memandang dan memberi jawaban, "mungkin ini sebuah tradisi."
"Di Distrik 1 tidak seperti ini."
"Mereka memiliki cara mereka sendiri."
Jooheon yang tak ikut dengan rombongan, menghampiri para pemuda itu dari arah belakang dan sempat membuat Jeongin terlonjak karena Jooheon tiba-tiba muncul di sampingnya.
"Jangan banyak bertanya dan ikuti aku," ucap Jooheon singkat dan lantas meninggalkan para pemuda yang kemudian mengikutinya dari belakang tersebut.
Di perbatasan Distrik 9, beberapa anggota Militer melihat kain putih yang di kibarkan di Bukit terlarang.
Salah satu dari mereka kemudian berucap, "sampaikan kabar baik ini pada Kolonel Shin. Anak-anak itu berhasil membunuh Yoo Kihyun."
Mereka lantas pergi, dan berita itu perlahan mulai menyebar ke luar Distrik dan membuat beberapa orang bersorak. Membuat pesta kecil atas kabar baik yang mereka terima pagi itu.
Kabar itu lantas sampai ke telinga Mark yang saat itu menetap di Distrik 8. Ada rasa tak percaya di wajah Mark ketika berita itu sampai ke telinga.
"Aku belum sempat melihat wajahnya dan dia lebih dulu tewas, sayang sekali ..." gumam Jaebum yang berdiri di samping Mark.
"Mustahil."
Jaebum memandang Mark dengan tatapan bertanya. "Apanya yang mustahil?"
"Aku akan pergi ke Distrik 1 sebentar." Mark lantas pergi begitu saja tanpa memberikan penjelasan pada Jaebum.
"Dia sedikit aneh ..." gumam Jaebum.
"Hyeong ..." sebuah teguran yang datang dari arah belakang dan mengambil alih perhatian Jaebum.
Yugyeom datang mendekat. "Siapa yang tewas? Kenapa ramai sekali?"
"Yoo Kihyun dari Distrik 9."
"Orang yang membunuh dua perwira minggu lalu?"
Jaebum mengangguk sembari bergumam.
"Bagaimana bisa? Apa yang terjadi padanya?"
"Aku dengar ada sekelompok pemuda dari Distrik 1 yang menyusup ke rumahnya semalam."
"Distrik 1?"
"Itu pasti siasat Kolonel Shin ... kau tahu di mana Youngjae?"
Yugyeom menggeleng. "Dia menghilang sejak pagi tadi."
"Kau cari dia dan bawa kembali ke Camp. Ada yang ingin kubicarakan dengannya."
"Ye." Yugyeom mengangguk paham dan segera meninggalkan Jaebum. Begitupun Jaebum yang segera beranjak dari tempatnya.
Selesai di tulis : 05.04.2020
Di publikasikan : 29.04.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro