Lembar 40.
Menjelang tengah hari, para pemuda Distrik 1 menginjakkan kaki mereka di Distrik 9. Keadaan yang jauh berbeda dari Distrik 1 dapat mereka lihat di Distrik 9, di mana para penduduk di sana masih bisa hidup dengan bebas. Dan di bandingkan Distrik lain, hanya ada segelintir anggota Militer yang terlihat di sana.
"Jadi ini yang namanya Distrik 9."
"Semua masih terlihat manusiawi di sini ... lalu kenapa para penduduk itu meninggalkan Distrik 9?" Semua orang serempak memandang Changbin, namun hanya sekilas.
Minho menjatuhkan pandangannya pada Bang Chan. "Apa rencana kita selanjutnya?"
"Mencari tahu tempat tinggal Yoo Kihyun ... jika ada yang bertanya dari mana asal kita, jawab saja dari Distrik sebelah."
Bang Chan melangkahkan kakinya terlebih dulu, membimbing yang lebih muda untuk mengikuti kemana ia akan pergi. Siang itu mereka menyisir Distrik 9 untuk menemukan keberadaan Kihyun. Sesekali mereka bertanya pada penduduk setempat dan hal itu sangat membantu meski beberapa orang menolak memberi jawaban dengan alasan tidak mengenal Kihyun.
Berselang tiga jam setelah kedatangan mereka. Hyunjin dan Jeongin sampai di Distrik 9. Keduanya berdiri di depan stasiun, merasa bingung harus pergi ke arah mana di saat mereka tidak tahu menahu tempat mereka berada saat ini.
"Hyeong, kita harus mencari mereka di mana?"
"Siapa yang ingin mencari mereka?"
"Maksud Hyeong?"
"Kita temukan Kihyun Hyeong terlebih dulu, baru kita urus mereka."
Jeongin mengangguk meski ia tidak mengerti apa yang saat ini di rencanakan oleh Hyunjin. Bagi pemuda itu, asal Hyunjin masih hidup, dia juga akan tetap hidup. Keduanya lantas meninggalkan stasiun dan bergegas mencari keberadaan Kihyun, bersaing dengan teman-teman mereka yang sudah datang terlebih dulu dan mungkin telah meninggalkan mereka sangat jauh.
Menjelang sore hari, kelompok Bang Chan yang bergerak lebih dulu berhasil menemukan Kihyun yang kala itu dalam perjalanan pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya hari itu.
"Kita menemukannya," ujar Minho yang seketika membuat pandangan semua orang tertuju pada sosok Kihyun yang berjalan menjauhi tempat mereka.
Jisung menyahut, sedikit meragu, "Hyeong yakin itu orangnya?"
Minho menunjukkan selebaran yang sebelumnya di berikan oleh Kolonel Shin, di mana terdapat potret Kihyun di sana.
"Tidak salah lagi ... habisi dia dan segera pulang." Changbin bergerak lebih dulu, namun Bang Chan segera menahan lengannya.
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Apa lagi? Tentu saja membunuhnya dan pulang."
"Ini bukan rumah kita, perhatikan langkahmu."
Semua orang saling bertukar pandang. Minho pun menengahi, "kau memiliki rencana?"
"Ikuti dia! Jangan lupakan kelompok Aktivis yang dia pimpin ... kita tidak bisa mengambil resiko dengan membunuhnya di siang hari, kita akan menyerangnya saat malam tiba."
Tak ada pemberontakan, mereka lantas mengikuti kemana Kihyun pergi dengan membagi kelompok dan berjalan berjauhan agar tidak menarik perhatian dari warga setempat. Namun tanpa mereka sadari bahwa kehadiran mereka telah berhasil menarik perhatian Hyunwoo yang saat itu berada di halaman sebuah rumah bersama dengan Jooheon.
"Siapa anak-anak itu?"
Jooheon yang mendengarnya pun lantas mendekat. "Siapa yang Hyeong maksud?"
Hyunwoo menggerakkan dagunya ke depan sebagai isyarat agar Jooheon mengikuti arah pandangnya. "Aku tidak pernah melihat mereka sebelumnya."
"Mungkin bocah-bocah dari Distrik sebelah. Sudah, biarkan saja ... jika urusan mereka sudah selesai, mereka pasti akan pergi."
Jooheon pergi dengan acuh, begitupun dengan Hyunwoo yang mengendikkan bahunya dan kembali ke pekerjaannya. Namun sepertinya keduanya tidak melihat ketika Kihyun melewati jalanan di depan mereka sebelumnya.
Waktu yang terus berjalan, mengantarkan malam yang kembali merengkuh Distrik yang perlahan mulai terlelap dan meninggalkan keheningan di setiap sudut. Malam itu setelah selesai makan malam, Kihyun dan Changkyun terlibat pembicaraan ringan di meja makan.
"Hyeong."
"Ada apa?" Kihyun kembali ke kursinya setelah selesai mencuci piring.
"Mulai besok aku akan membantu Hyeong bekerja di ladang pak Shin."
Kihyun sedikit terkejut mendengar hal itu. "Kenapa?"
"Pak Han meninggalkan Distrik."
"Apa? Kenapa tiba-tiba sekali?"
Changkyun menggeleng. "Dia mengatakan bahwa dia akan pergi ke Seoul."
"Lalu ... siapa yang akan mengurus klinik?"
"Klinik di tutup."
"Jika pak Han pergi ... berarti tidak ada lagi Dokter di Distrik."
"Jika ada apa-apa, berarti kita harus pergi ke Distrik 8."
Kihyun tiba-tiba terkekeh dan mengundang tanda tanya di wajah Changkyun.
"Kenapa Hyeong tertawa?"
"Bukannya akan mengobatiku, tapi mereka akan mempercepat kematianku jika aku ke sana."
"Untuk itu jangan sampai terluka lagi. Jika hanya luka luar aku masih bisa mengobati."
"Ya sudah, sudah malam ... masuklah ke kamar dan tidur."
"Hyeong ingin kemana?"
"Tidak kemana-mana, memangnya aku bisa pergi kemana malam-malam begini?"
"Lalu apa yang akan Hyeong lakukan?"
"Aku belum mengantuk ... aku akan membaca buku sebentar dan tidur setelahnya. Kau tidurlah lebih dulu."
Changkyun kemudian bergegas masuk ke dalam kamar dan tidur, sedangkan Kihyun membaca buku di ruang tamu. Cukup lama Kihyun duduk di sana dan meski sempat beberapa kali menguap, ia belum ingin beranjak dari duduknya.
Di halaman rumah sendiri, kelompok Bang Chan bergerak mendekati pintu rumah Kihyun. Tak butuh waktu lama, pintu kayu itu terbuka dengan gerakan pelan ketika Kihyun memang belum mengunci pintu tersebut.
Kihyun yang menyadari pergerakan di sekitarnya pun lantas mengangkat pandangannya dan langsung memandang kearah pintu, di mana setelahnya keterkejutan terlihat di wajah kedua kubu.
Kihyun segera bangkit sembari menaruh bukunya di atas meja. "Siapa kalian?"
"Bunuh dia!"
Rahang Kihyun mengeras ketika setelahnya anak-anak muda itu menghampirinya dan langsung melancarkan serangan mereka. Enam lawan satu, sungguh malam yang tragis bagi Kihyun di saat rasa kantuknya harus tersingkir ketika kematian menyergapnya di malam yang sunyi itu.
Sempat terjadi baku hantam di antara mereka. Bahkan kursi dan meja telah berpindah dari tempat semula, hingga keributan itu berhasil menarik Changkyun dari alam bawah sadarnya. Mendengar telah terjadi keributan di luar, Changkyun segera melompat dari ranjang dan bergegas keluar kamar.
Changkyun terkejut ketika melihat Kihyun di keroyok oleh orang-orang asing, dan kehadirannya itu berhasil menarik perhatian dari Changbin yang segera menghampirinya. Enam lawan dua. Di malam yang sunyi itu, semua justru bersembunyi ketika pendengaran mereka mendengar keributan di rumah mendiang Kepala Distrik sebelumnya. Memanjatkan doa dalam hati agar mereka masih bisa melihat matahari pada esok hari.
Beberapa menit berlalu, tubuh Changkyun terlempar ke samping dan sempat menabrak dinding dengan cukup keras. Ia ingin bangkit namun saat itu Changbin datang dan langsung menginjak bahunya. Hal itu membuat Kihyun lengah hingga sebuah kursi menghantam punggung Kihyun dan patah, di susul oleh tubuh Kihyun yang tersungkur ke lantai.
"Hyeong!"
Changkyun memberontak, namun saat itu Changbin menjatuhkan satu lututnya sekaligus memberikan pukulan di wajah Changkyun sebelum menahan kedua tangan Changkyun di balik punggung.
"Menurut saja, kami tidak ada urusan denganmu," Changbin memperingatkan.
"Berengsek! Siapa kalian?"
"Kau tidak perlu tahu."
Yongbok dan Seungmin menarik bahu Kihyun yang mengernyit menahan rasa sakit di punggungnya yang terasa remuk. Di paksa untuk berdiri, Kihyun berhadapan dengan Bang Chan di saat kedua pemuda di belakangnya menahan tangannya hingga ia tak mampu berkutik lagi.
Napas Kihyun sempat tersenggal ketika darah yang berasal dari kepalanya menuruni bagian samping wajahnya dan menetes ke lantai. Sepasang sepatu berhenti di depan Kihyun, membuatnya dengan terpaksa mengangkat wajahnya untuk melihat wajah pemuda asing yang kala itu berdiri di hadapannya.
"Siapa ... kalian sebenarnya?"
"Distrik 1 mengirimkan kematian untukmu, Yoo Kihyun."
Selesai di tulis : 05.04.2020
Di publikasikan : 23.04.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro