Lembar 34.
Malam datang. Di saat malam yang semakin larut telah membuat sebagian besar orang terlelap. Saat itu Sohye masih terjaga dengan perasaan gelisah, di saat ia yang tengah menunggu pemuda bernama Hyunjin yang sebelumnya mengatakan akan datang ke sana.
Namun, keberadaannya itu telah berhasil menarik perhatian dari salah seorang perwira yang tengah berpatroli di sekitar tenda yang kemudian datang menghampirinya. Raut wajah gadis itu menegang ketika perwira bersenjata itu berdiri di hadapannya.
"Kenapa kau tidak tidur?"
Sohye menghidari kontak mata dan menjawab, "aku belum mengantuk."
"Kau berencana untuk melarikan diri?"
Sohye dengan cepat kembali memandang perwira itu. "Ini daerah kekuasaan kalian, bagaimana aku bisa kabur dari sini?"
Sudut bibir perwira itu tersungging. "Gadis pintar ... menurutlah hingga bajingan kecil itu sendiri yang datang menjemputmu." Perwira itu lantas pergi. Melanjutkan tugas patrolinya.
Sohye memandang sekitar. Merasa ragu jika Hyunjin akan benar-benar datang ke sana. Lagi pula apa tujuan pemuda itu datang ke sana di tengah malam seperti itu?
Beberapa menit berlalu, di saat Sohye hendak berbaring. Saat itu perhatian gadis muda itu teralihkan oleh sesuatu yang memukul punggungnya dari belakang. Dia menoleh dan tak mendapati apapun.
Hyunjin yang saat itu bersembunyi di balik tenda, mencari kerikil di bawah kakinya dan kembali melemparkannya ke arah Sohye hingga pandangan keduanya di pertemukan. Hyunjin melambaikan tangannya, memberi isyarat agar Sohye ke tempatnya. Namun Sohye justru menatap bingung.
"Kemarilah! Cepat!" ujar Hyunjin dengan nada berbisik dan langsung bersembunyi ketika melihat beberapa perwira melintas di depan tenda.
Sohye sejenak memandang ke sekeliling dan segera berbaring untuk mengelabuhi beberapa perwira yang tengah melintas. Dan setelah semua aman, gadis itu bergerak dengan hati-hati. Menghampiri tempat persembunyian Hyunjin.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tegur Sohye dengan nada berbisik, namun dia sedikit tersentak ketika Hyunjin menarik lengannya mendekat.
Sohye ingin kembali bertanya, namun Hyunjin lebih dulu menaruh jari telunjuk di depan mulutnya sendiri. Mengisyaratkan agar gadis yang lebih tua darinya itu tidak berbicara apapun.
"Kita pergi dari sini sekarang."
Hyunjin meraih telapak tangan Sohye yang kemudian ia genggam lalu membawa pergi gadis itu. Melangkah lebar dengan hati-hati, keduanya sempat bersembunyi di dalam kegelapan ketika melihat beberapa perwira melintas. Dan setelah berhasil keluar dari area Camp Militer, keduanya langsung berlari. Atau lebih tepatnya Hyunjin lah yang membawa Sohye berlari tanpa melepaskan genggaman tangan keduanya.
Sohye bingung, namun gadis itu tetap berlari tanpa menyadari napasnya yang semakin memendek seiring dengan langkah kakinya yang terus mengimbangi langkah pemuda asing itu.
Dari arah berlawanan terdengar derap langkah beberapa orang. Hyunjin dengan cepat memutar kakinya. Mendorong bahu Sohye ke samping dan hampir membuat gadis itu terjatuh. Hyunjin membawa Sohye untuk bersembunyi di samping tumpukan kardus. Setidaknya tempat itu cukup gelap untuk menyembunyikan keberadaan mereka.
Suara derap langkah mendekat. Tanpa sadar Hyunjin menguatkan genggaman tangannya pada Sohye di saat netra tajamnya mengawasi area sekitar mereka. Namun perhatian Hyunjin teralihkan ketika Sohye merapat padanya. Dia beralih memandang Sohye yang saat itu tengah menutupi mulutnya sendiri menggunakan tangan yang terbebas. Tampak ketakutan.
"Kenapa?" Hyunjin berucap tanpa suara.
Sohye memandang takut ke ujung roknya, dan Hyunjin menemukan seekor tikus yang berada di sekitar ujung rok Sohye. Hyunjin dengan cepat memegang tikus itu dan langsung melemparnya.
"Bagaimana keadaan Distrik lain?" sebuah suara terdengar mendekat. Hyunjin kembali menaruh jari telunjuk di depan mulutnya sendiri dan menurunkannya kembali setelah suara derap langkah itu melewati tempat mereka.
Tak langsung beranjak dari tempatnya. Hyunjin memilih menunggu beberapa waktu hingga para perwira itu benar-benar menjauh dari tempat mereka. Dan setelah suasana kembali menjadi hening, pemuda itu menghadap Sohye.
"Noona masih kuat berlari?"
Sohye mengangguk. "Sebenarnya kita akan pergi kemana?"
"Aku tidak bisa memberi tahu Noona di sini, tempat yang kita tuju sudah dekat. Ayo!"
Hyunjin berdiri dan kembali menuntut Sohye agar mengikuti langkahnya. Tak seperti sebelumnya, kali ini Hyunjin lebih memilih berjalan cepat karena ia tahu bahwa Sohye pasti juga lelah untuk berlari. Dalam perjalanan mereka sempat bersembunyi beberapa kali di karenakan beberapa perwira yang terus melakukan patroli secara berganti.
Beberapa menit kemudian, Hyunjin dan Sohye sampai di rumah lama milik Jongin. Di bukanya pintu kayu di hadapannya.
"Masuklah."
Genggaman keduanya terlepas ketika Sohye berjalan masuk terlebih dulu, sementara Hyunjin memastikan sekeliling sebelum menyusul Sohye dan menutup pintu dari dalam.
"Hyeong," tegur Jongin yang saat itu berdiri di tengah ruangan.
Hyunjin menghampiri Jongin bersama dengan Sohye yang berjalan di belakangnya.
"Hyeong berhasil? Apa tidak ada yang tahu?"
"Kenapa kau belum tidur? Aku sudah mengatakan untuk tidak menungguku."
"Aku khawatir."
"Apa yang sedang kalian rencakan? Kenapa membawaku kemari?" tegur Sohye menengahi perdebatan keduanya.
"Noona duduklah dulu."
Ketiganya kemudian duduk di ruang tamu bangunan itu dengan Jongin yang duduk di samping Hyunjin dan berhadapan dengan Sohye.
"Katakan padaku," tuntut Sohye.
"Noona harus pergi dari sini."
Sohye terkejut, namun sebuah protes justru keluar dari mulut Jongin. "Hyeong ... bagaimana caranya? Mereka ada di mana-mana."
"Bagaimana pun caranya."
"Kalian jangan gila! Kenapa kalian bertindak sampai sejauh ini?" Sohye sedikit meninggikan suaranya karena marah.
"Kami ingin membantu Kihyun Hyeong, kami tidak akan membiarkannya berada dalam bahaya."
"Lupakan! Kalian tidak perlu melibatkan diri."
"Jika Noona ingin melihat mereka membunuh Kihyun Hyeong, Noona boleh tinggal di sini."
Sohye bingung, sama bingungnya seperti Jongin yang sejak awal hanya mengikuti Hyunjin tanpa tahu jalan pikiran pemuda itu.
"Kalian akan berada dalam bahaya." Suara Sohye melembut, mengutarakan sebuah kekhawatiran.
"Tidak, selama kita tidak ketahuan."
Malam yang semakin larut. Menidurkan Distrik dengan segala kegelisahan bagi yang bernaung di dalamnya. Malam itu, Hyunjin berusaha membawa Sohye keluar dari Distrik 1. Menantang kematian dan meninggalkan Jongin sendirian.
Malam itu, Changkyun terduduk di atas ranjang. Bertahan dengan perasaan tak tenang ketika ia yang di tinggal seorang diri. Malam itu, iblis kecil penjaga Distrik berdiri di atas Bukit terlarang. Meninggalkan kekhawatiran dari seorang pemuda yang menetap di rumahnya.
Pandangan Kihyun menembus kegelapan yang di suguhkan di hadapannya. Menatap jauh, sejauh yang ia mampu. Tangannya yang tak terluka itu bergerak menggenggam udara yang bersinggah pada telapak tangannya.
Hati itu lantas mengucapkan sebuah sumpah yang hanya dirinya, Tuhan dan Bukit terlarang yang boleh mengetahuinya, "sebelum musim dingin datang, ku pastikan akan menjemputmu di sana ... tunggulah aku, Sohye."
Langkah itu kemudian berbalik dan membawa kaki itu kembali menuruni bukit yang gelap. Menuntun langkah demi langkah untuk kembali ke rumah. Tempat di mana ia meninggalkan saudara termuda yang tengah menunggunya dalam kegelisahan yang tak mampu tertangkap oleh penglihatan orang lain.
Selesai di tulis : 04.04.2020
Di publikasikan : 11.04.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro