Lembar 29.
Distrik 1.
Kembali menjadi anak pembangkang. Jongin lagi-lagi sengaja melintas di depan Camp Militer Distrik 1. Namun kali ini ada hal yang begitu menarik perhatiannya ketika ia melihat tenda darurat di dirikan di depan Camp Militer itu, di tambah dengan kehadiran beberapa orang asing di sekitar tenda. Tentu saja hal itu menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi anak yang memiliki keingintahuan yang sangat tinggi itu.
Sekilas memandang ke sekeliling, pemuda itu lantas berjalan mendekati kumpulan orang-orang dari Distrik 9 yang semalam bermalam di tenda darurat yang di dirikan oleh para anggota Militer.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Jongin memandang seorang pria yang baru saja bersuara tanpa menghentikan langkahnya dan karena kurang berhati-hati, ia tidak sengaja tersandung dan jatuh tersungkur.
"Aduh!"
"Kau baik-baik saja?"
Jongin mengangkat wajahnya yang mengernyit dan menemukan Sohye, wanita muda yang begitu asing di matanya itu berdiri di hadapannya. Ia pun segera berdiri dan membersihkan seragamnya yang sedikit kotor.
"Kau seorang pelajar?"
Jongin mengangguk.
"Lain kali berhati-hatilah."
Sohye lantas pergi meninggalkan Jongin dan kembali menghampiri ibu Hyungwon yang duduk bersama dengan ibu Jooheon. Jongin memutar kakinya mengikuti pergerakan Sohye. Entah apa yang membuat anak itu berani, bukannya pergi dia malah berjalan menghampiri Sohye.
"Noona."
Perhatian Sohye teralihkan oleh teguran Jongin yang sudah berdiri di hadapannya.
"Ada apa?"
"Boleh aku duduk di sini?"
"Duduk saja, tidak apa-apa."
Jongin lantas duduk di samping Sohye dan dengan terang-terangan menatap Sohye yang di buat bingung oleh kelakuan anak yang baru saja ia temui itu.
"Ada perlu apa?"
"Kalian semua dari mana? Aku tidak pernah melihat kalian sebelumnya."
"Kami dari Distrik 9."
Netra Jongin membulat. "Distrik 9? Distrik Yoo Kihyun Hyeong?"
Ibu Hyungwon dan ibu Jooheon serempak menatap Jongin, menyampaikan keterkejutan yang sama dengan Sohye.
"Kau mengenal Kihyun?"
Jongin segera mengangguk.
"Anak muda, apa kau berteman dengan Kihyun kami?" tanya ibu Jooheon.
Jongin menggeleng. "Aku hanya pernah bertemu sekali dengannya."
"Kapan?"
"Sekitar empat tahun yang lalu."
Ibu Jooheon tertawa. "Memang masih muda. Bertemu empat tahun yang lalu tapi masih ingat sampai sekarang ... tapi, apa yang di lakukan Kihyun di sini?"
"Aku bertemu Hyeong itu di Perpustakaan," celetuk Jongin.
"Ah... jadi dia ke sini untuk membaca buku. Benar-benar anak yang berbeda."
Ibu Jooheon lantas terlibat perbincangan dengan ibu Hyungwon. Membuat Sohye memiliki waktu untuk berbicara dengan Jongin.
"Siapa namamu?"
"Yang Jongin, Noona siapa?"
"Sohye, Kim Sohye ... kau tinggal di sini?"
Jongin mengangguk. "Rumahku tidak jauh dari sini, tapi aku sering tidur di rumah Kepala Distrik."
"Bisa kau ceritakan padaku bagaimana kau bisa mengenal Kihyun?"
"Waktu itu aku dan kakakku berada di depan Perpustakaan. Kemudian Kihyun Hyeong menghampiri kami."
"Kau yakin hanya pernah bertemu dengannya satu kali?"
Jongin mengangguk. "Noona mengenal Kihyun Hyeong?"
Ibu Jooheon yang mendengar pertanyaan Jongin pun menimpali, "bocah ... asal kau tahu, gadis ini adalah tunangan Yoo Kihyun."
"Hah?" Mulut Jongin sedikit terbuka dan mengundang tawa dari kedua wanita paruh baya itu. "Noona, tunangannya Kihyun Hyeong?"
Sohye mengangguk.
"Lalu, kenapa Noona bisa ada di sini?"
"Kami sedang dalam perjalanan menuju Jeolla, tapi mereka menghadang kami."
Jongin segera menggeleng. "Tidak boleh, Noona tidak seharusnya berada di sini."
Dahi Sohye sedikit berkerut. "Kenapa?"
"Noona tunggu di sini, jangan kemana-mana sebelum aku kembali." Jongin beranjak berdiri dan segera meninggalkan tempat itu dengan tergesa-gesa. Menyisakan keheranan di wajah Sohye.
Distrik 9.
Sore itu Changkyun sudah di bawa pulang ke rumah dan beristirahat di dalam kamar di saat Kihyun sendiri tengah menyampaikan kebohongannya untuk menutupi masalah yang sebenarnya kepada rekan-rekannya. Namun tentu saja hal itu tak bisa lagi di percaya oleh Minhyuk, ketika pemuda itu menemukan sesuatu yang benar-benar di rahasiakan oleh Kihyun dan juga Changkyun saat ini.
Setelah mendapatkan penjelasan singkat dari Kihyun, beberapa meninggalkan rumah Kihyun dan hanya menyisakan Minhyuk yang masih memberikan tatapan menuntutnya pada Kihyun.
Kihyun berpaling. "Kau tidak pulang?"
"Jelaskan dulu padaku."
Dengan ragu Kihyun kembali memandang rekannya itu. "Aku sudah menjelaskannya, apa lagi yang harus ku jelaskan?"
"Jangan berusaha melarikan diri, aku sudah tahu apa yang kau tutupi dari kami."
"Maka dari itu berpura-pura lah tidak tahu."
Minhyuk mencoba mengendalikan suasana agar mereka bisa melanjutkan pembicaraan dengan tenang tanpa ada amarah yang turut campur tangan.
"Tadi pagi aku dengar dari mereka bahwa kemarin sore, ada seorang pemuda yang di temukan tewas di pinggir hutan."
Rahang Kihyun sedikit mengeras, sejak awal dia tahu bahwa Minhyuk pasti akan membahas hal itu.
"Tidak ada hubungannya," sangkal Kihyun, bahkan sebelum Minhyuk mengutarakan pemikirannya.
"Pemuda itu memiliki luka bakar berupa angka di punggungnya, sama seperti milik Changkyun ... bukan begitu?" Mencoba untuk tak memancing kemarahan dari sang lawan bicara, Minhyuk terlihat sangat berhati-hati dalam berucap.
"Tidak ada hubungannya, lupakan tentang hari ini."
"Kau tidak mempercayaiku?"
Kihyun terlihat serba salah. Dia yang tidak bisa menuntut penjelasan dari Changkyun dan juga tidak bisa menjawab tuntutan dari Minhyuk.
"Dari mana sebenarnya anak itu berasal?"
"Aku tidak mau membahas hal ini."
"Tapi bagaimana dengan pemuda yang tewas kemarin? Apa kau tidak penasaran kenapa dia bisa tewas? ... katakan padaku apa yang terjadi dengan punggung mereka?"
"Aku tidak tahu."
"Kau berbohong."
"Aku tidak berbohong, sungguh!"
"Kalau begitu aku akan meminta jawaban itu dari Changkyun sendiri."
Minhyuk beranjak dari duduknya dan hendak menghampiri Changkyun, namun dengan cepat Kihyun berdiri dan menghadangnya.
"Jangan lakukan itu!"
"Kenapa?"
"Dia memakan bunga itu karena aku menanyakan hal ini padanya,"
Mata Minhyuk memicing tajam.
"hanya dia keluargaku yang tersisa. Biarkan saja seperti ini asalkan dia tetap berada di sampingku."
"Tapi ini adalah masalah serius. Apa yang terjadi pada punggungnya? Pasti ada alasan di balik itu semua ... seseorang tidak akan membuatnya tanpa alasan."
"Aku akan mencari tahu hal itu tanpa menanyakannya pada Changkyun. Tolong hargai keputusanku, bagaimanapun juga dia adalah adikku."
"Jangan gegabah, katakan padaku dari Distrik mana anak itu berasal."
"Hentikan, aku tidak ingin meneruskan pembicaraan ini." Tampak putus asa. Kihyun kembali ke tempat duduknya.
"Dia bisa saja menjadi seseorang yang berbahaya untukmu."
"Itu tidak akan terjadi."
"Siapa yang menjamin hal itu?"
"Tolong, tolong jangan menghasutku. Aku tidak ingin kehilangan siapapun lagi." Kihyun menjatuhkan pandangannya dan saat itu Minhyuk kembali ke tempat duduknya.
"Kihyun, jangan mengambil resiko. Kau sendiri sudah tahu bagaimana posisimu saat ini ... mereka semua sudah menunggumu meninggalkan Distrik dan menghabisimu. Jangan melakukan hal yang membuat mereka mudah mendapatkanmu."
"Changkyun tidak ada hubungannya dengan mereka."
"Kalau begitu katakan padaku, dari mana anak itu berasal."
Kihyun menghela napasnya, terlalu lelah untuk berdebat dengan Minhyuk. Terlebih jika sampai Changkyun mendengar perdebatan mereka.
"Katakan."
"Distrik 7."
Selesai di tulis : 24.03.2020
Di publikasikan : 24.03.2020
Anak-anak Distrik 1 Comeback, pakai seragam SMA lagi🤭🤭 Kebetulan sekali di sini mereka masih SMA🤧🤧🤧Imut sekali, jadi gak tega sama mereka🤣🤣🤣
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro