Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 27.

Udara pagi menyapa. Perlahan kelopak mata Kihyun terbuka setelah semalaman menunggu kepulangan Changkyun hingga ia yang tertidur di ruang tamu dengan posisi duduk dan kepala yang di taruh di atas meja.

Sedikit mengernyit ketika cahaya dari luar menyapa kedua netranya yang belum terbuka dengan seutuhnya. Pikirannya masih mengambang sampai ia menegakkan tubuhnya dan menyadari alasan kenapa ia sampai bisa tidur di sana.

Teringat akan Changkyun, Kihyun pun segera beranjak dari tempat duduknya dan bergegas menuju kamarnya dengan harapan bahwa adik angkatnya itu sudah berada di dalam kamar.

Pintu kayu itu terbuka oleh tangannya dan hanya membuatnya mendapati ruangan kosong yang masih rapi. Tak ingin menyerah begitu saja, Kihyun masuk dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

"Im Changkyun, kau di dalam?"

Pintu kamar mandi terbuka, dan kembali tak menemui sang adik angkat. Guratan khawatir tercetak dengan sempurna di wajah Kihyun pagi itu setelah menyadari bahwa Changkyun tidak kembali ke rumah.

"Apa yang sebenarnya dia sembunyikan?" gumam Kihyun.

Membawa keresahan hatinya, pagi itu juga Kihyun meninggalkan rumah untuk mencari keberadaan Changkyun. Berharap bahwa adik angkatnya itu tidak bertindak macam-macam.

Mencari ke sekitar pemukiman hingga langkahnya terhenti ketika ia di pertemukan dengan Hoseok kala ia ingin menuju Bukit terlarang.

"Mencari Changkyun?"

Kihyun terheran karena Hoseok bisa mengetahui tujuannya. "Dari mana Hyeong tahu?"

"Kalian bertengkar?"

Kihyun menggeleng. "Hyeong melihat anak itu?"

"Di kaki Bukit terlarang. Aku tidak tahu apa yang dia cari, tapi dia berdiri di area terlarang."

Raut wajah Kihyun menunjukkan reaksi keterkejutan karena area terlarang yang di maksud oleh Hoseok sebelumnya adalah area di mana banyak ranjau yang di tanam di sana.
Tanpa mengucapkan apapun, Kihyun berjalan melewati Hoseok dengan langkah yang terburu-buru dan menyisakan pertanyaan di wajah Hoseok ketika ia memandang punggung Kihyun yang dengan cepat menghilang dari pandangannya.

Kihyun menapakkan kakinya di kaki Bukit terlarang. Berjalan cukup jauh dari jalan setapak yang biasa mereka lewati untuk menuju puncak Bukit terlarang, pada akhirnya pandangannya menemukan sosok Changkyun yang berdiri memunggunginya.

Sembari memperhatikan setiap langkahnya, Kihyun berjalan mendekat dengan di temani hembusan angin yang mampu menyamarkan suara langkah kakinya hingga ia yang kemudian berdiri di jarak dua meter dari tempat Changkyun berdiri.

"Kenapa menghindariku?"

Batin Changkyun tersentak ketika suara familiar itu menyapa pendengarannya yang sebelumnya hanya di penuhi oleh suara hembusan angin. Perlahan Changkyun memutar kakinya hingga ia berhadapan dengan Kihyun yang memandangnya dengan tatapan lembut seperti biasanya.

"Di sini sangat berbahaya, kau tidak seharusnya berada di tempat ini."

"Aku akan pergi, sekarang," gumam Changkyun yang masih bisa di dengar oleh Kihyun.

"Kemana? Katakan tujuanmu dan aku akan mempertimbangkannya."

"Rumahku, aku ingin kembali ke rumah."

"Kau boleh pergi, tapi sebelum itu ... beritahu aku apa yang terjadi di rumahmu waktu itu."

Changkyun berdiam diri cukup lama hingga batin Kihyun tersentak ketika ia melihat air mata yang menuruni wajah datar pemuda itu.

"Punggungmu ... katakan padaku, apa yang mereka lakukan pada punggungmu. Setelah itu aku akan membebaskanmu."

Wajah Changkyun berpaling. "Selamat tinggal, Hyeong," gumam pemuda itu dan lantas berjalan menjauhi Kihyun tanpa memperhatikan langkahnya.

Netra Kihyun membulat terkejut. Dengan cepat ia menyusul Changkyun, sesekali melompat guna menghindari ranjau di depan kakinya. Ia berlari ketika langkah Changkyun semakin lebar dan dalam waktu singkat ia berhasil menghentikan pergerakan Changkyun. Menarik bahu pemuda itu dan membantingnya ke tanah lalu kemudian menindih dada pemuda itu menggunakan sikunya setelah ia menyadari bahwa selangkah lagi Changkyun akan menginjak ranjau yang mereka tanam di sana.

"Kau sudah gila!" Kihyun membentak dengan napas yang tiba-tiba memberat karena marah. "Perhatikan langkahmu! Di depan kakimu ada ranjau, tapi kenapa kau tidak menghindar?"

Tak berbeda dengan Kihyun, napas Changkyun pun tak beraturan. Namun tak ada sedikitpun niatannya untuk mendengarkan perkataan Kihyun. Ia hendak menyingkirkan tangan Kihyun yang menahan tubuhnya, namun saat itu Kihyun justru memukul wajahnya dengan cukup keras hingga wajahnya menghadap samping. Mengernyit ketika pukulan Kihyun berhasil melukai wajahnya.

"Jika kau ingin mati, jangan mati di depanku!" Kihyun lantas mencengkram pakaian Changkyun dan kembali meluapkan amarah yang bercampur dengan rasa khawatirnya.

"Katakan! Katakan padaku sekarang juga! Apa yang sudah mereka lakukan padamu? Katakan padaku, Im Changkyun! Jangan menjadi pengecut seperti ini!"

Changkyun menolak. Menolak memandang ataupun memberi jawaban ketika ia justru menjadi lemah dan membuat air mata meloloskan diri dari sudut matanya.

Kihyun membuang napasnya ke udara dan menundukkan kepalanya tanpa melepaskan cengkeramannya pada pakaian Changkyun. Mencoba untuk menguasai amarah yang sempat mengambil alih akal sehatnya.

"Maaf, maafkan aku."

Changkyun hanya berdiam diri, mencoba memberi waktu untuk dirinya sendiri. Namun saat itu pandangannya justru terjatuh pada bunga-bunga kecil Bukit terlarang yang berada di sekitar tangannya. Tampak mempertimbangkan sesuatu sebelum dengan cepat ia menyingkirkan Kihyun dan meraup bunga dengan asal, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.

Hal itu mengejutkan Kihyun yang langsung menarik baju Changkyun dan membuat keduanya kembali berhadapan. Kihyun panik.

"Apa yang kau lakukan? Cepat keluarkan! Jangan memakannya, cepat keluarkan sekarang! Ya!"

Kihyun mencengkram rahang Changkyun agar Changkyun membuka mulutnya, namun Changkyun menolak keras dan membuat Kihyun semakin panik ketika ia berusaha untuk menelan kelopak bunga yang baru saja ia masukkan ke mulutnya.

"Im Changkyun! Jangan seperti ini, buka mulutmu ... aku bilang cepat buka mulutmu!"

Changkyun memalingkan wajahnya dan berhasil menelan beberapa sebelum pada akhirnya batinnya tersentak ketika merasa dadanya yang tiba-tiba sesak. Tangannya terangkat untuk memegangi lehernya.

"Hentikan, muntahkan sekarang!"

Tubuh Changkyun berpaling dan merapat pada tanah. Pemuda itu terbatuk beberapa kali hingga keluar darah dari mulutnya.

"Changkyun..." Kihyun membalik tubuh Changkyun, namun kesadaran pemuda itu perlahan mulai memudar. "Bertahanlah, kau tidak bisa melakukan hal ini padaku."

"Kihyun..." pekik Hoseok yang segera berlari menghampiri Kihyun setelah sebelumnya merasa tak tenang akan keadaan keduanya dan memutuskan untuk kembali.

Netra Hoseok melebar ketika ia melihat keadaan Changkyun. Dengan cepat ia pun menghampiri keduanya dan segera menjatuhkan satu lututnya di hadapan Changkyun yang sudah tak sadarkan diri dengan bekas darah yang masih berada di sekitar mulutnya.

"Apa yang terjadi padanya?"

"Bunganya, dia memakan bunganya."

"Bantu aku, kita harus segera membawanya ke pak Han sebelum terlambat."

Hoseok berbalik, memunggungi Changkyun. Dengan bantuan Kihyun, ia menaruh Changkyun di punggungnya dan bergegas meninggalkan Bukit terlarang dengan langkah yang terburu-buru namun tetap berhati-hati mengingat satu kesalahan saja bisa berakibat fatal bagi mereka.

Berjalan di belakang. Rasa bersalah menyelimuti hati Kihyun meski hal itu bukan sepenuhnya kesalahannya. Bunga Bukit terlarang adalah lambang kehidupan Distrik 9. Bunga ajaib yang bisa berkembang biak tanpa akar. Namun sayangnya, bunga itu adalah bunga beracun di mana saat memakannya, maka akan mengakibatkan kematian. Itulah alasan lain kenapa para penduduk tidak pernah menjamah Bukit terlarang.

Hanya karena satu kelopak bunga yang bahkan hanya selebar ibu jari orang dewasa itu, nyawa seseorang bisa saja melayang. Lalu bagaimana dengan pemuda yang selalu membawa bunga tersebut di tangannya setiap waktu? Mungkinkah hal ini adalah pengecualian bagi pemuda dengan kulit putih pucat bernama Chae Hyungwon itu?










Selesai di tulis : 20.03.2020
Di publikasikan : 23.03.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro