Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 19.

Langit menggelap, malam yang kembali menyapa. Keempat pemuda yang telah kembali lebih dulu langsung berkumpul di rumah Kihyun, namun hingga malam yang semakin larut, dua orang belum kembali dan memicu kekhawatiran.

Jooheon dan Changkyun yang sebelumnya pergi ke pintu masuk Distrik untuk menunggu kedatangan kedua rekan mereka pun, kembali tanpa membawa hasil.

"Bagaimana?" pertanyaan itu terlontar oleh Kihyun setelah kedua pemuda itu masuk ke dalam rumah dan kemudian di jawab gelengan kepala oleh Jooheon.

"Mungkinkah terjadi sesuatu?" Hoseok menerka dan justru membuat suasana menjadi lebih buruk.

Hyunwoo lantas menyahut, "jika ke arah timur, harusnya mereka melewati perbatasan Distrik 1."

"Kalian tunggu di sini." Kihyun beranjak dari duduknya dan hendak pergi, namun Hyunwoo ikut berdiri dan menahan lengannya.

"Kau ingin pergi kemana?"

"Hanya ingin memastikan."

"Kau tidak bisa pergi kemanapun, kita tidak bisa mengambil resiko. Jika kau pergi, maka kami tidak bisa tetap tinggal."

"Aku bisa pergi sendiri." Kihyun menarik lembut tangannya hingga terlepas dari tangan Hyunwoo.

"Kau bisa, tapi aku tidak bisa memberimu izin. Maaf."

"Hyeongnim."

Situasi sedikit memanas hingga mengharuskan Jooheon menengahi keduanya. "Eih ... sudah, sudah. Kenapa malah jadi begini?"

Hoseok menyahut, "kita sudah membuat kesepakatan sebelumnya. Kita tunggu sebentar dan jika mereka tidak kunjung kembali, baru kita menyusul mereka."

Sekali lagi memandang Hyunwoo, Kihyun lantas pergi meninggalkan ruang tamu dan masuk ke kamarnya. Sedangkan Hyunwoo menggaruk pelan kepalanya dan kembali duduk.

"Dia terlalu keras kepala."

Setelah beberapa menit berlalu, Changkyun yang sedari tadi berdiri di ambang pintu melihat dua siluet yang datang mendekat. "Mereka datang."

Ketiga pemuda yang duduk mengelilingi meja lantas berdiri dan mendekati Changkyun. Bisa di lihat oleh mereka bahwa kedua rekannya sudah sampai. Hyunwoo pun segera bergegas menyusul Kihyun.

Di bukanya pintu kayu di hadapannya yang seketika menarik perhatian Kihyun. "Mereka sudah kembali."

Mendengar hal itu, Kihyun pun segera beranjak dan bergegas keluar. Tepat saat Kihyun menjangkau ruang tamu, saat itu Minhyuk dan Hyungwon baru saja masuk ke dalam rumah.

"Dari mana saja kalian? Kenapa sampai selarut ini?" pertanyaan bernada lembut itu terlontar dari Hoseok.

"Ada sedikit masalah di jalan."

"Masalah apa?" selidik Kihyun.

Minhyuk menjawab dengan wajah yang lesu, "bukan apa-apa."

"Kalian melewati perbatasan Distrik 1?"

"Kami baik-baik saja, tidak perlu membahasnya. Lebih baik kita bahas rencana untuk besok." Minhyuk lantas duduk dan membimbing semua rekannya untuk duduk mengelilingi meja, kecuali Changkyun yang lebih memilih untuk tetap berdiri di ambang pintu.

"Changkyun, kenapa kau masih berdiri di situ?" tegur Jooheon.

"Kalian bicara saja, aku hanya ingin memastikan bahwa tidak ada orang yang datang."

Semua lantas fokus pada apa yang akan mereka bicarakan malam ini. Di mulai dari Kihyun, pemuda itu langsung melontarkan pertanyaan kepada Minhyuk, "bagaimana? Kalian mendapatkannya?"

"Bagaimana dengan yang lain?"

Jooheon menggeleng. "Aku dan Hyunwoo Hyeongnim sudah berkeliling, tapi tidak ada yang bersedia membantu kita."

"Hoseok Hyeongnim?" Minhyuk beralih pada Hoseok.

Hoseok pun menggeleng dan di sambut oleh Hyunwoo, "bagaimana dengan kalian?"

Minhyuk menghela napasnya. "Kami mendapatkannya."

"Di mana?"

"Masih berada di kawasan Jeolla."

Hyungwon menyahut, "dan masalahnya kita harus melewati perbatasan Distrik 1."

Itulah masalah utama yang menghambat rencana mereka. Semua yang mengelilingi meja sempat bertukar pandang sebelum menjatuhkan pandangan mereka pada Kihyun yang tampak tengah mempertimbangkan sesuatu.

"Bagaimana sekarang?" suara tenang Hyunwoo menginterupsi.

Jooheon menyahut, "terlalu bahaya, sebaiknya lupakan saja."

"Kita ambil tempat itu," celetuk Kihyun yang seketika memancing reaksi terkejut dari Jooheon.

"Hyeongnim, jangan gegabah. Kau tahu seperti apa Distrik 1."

"Kita akan mengambil waktu di pagi hari. Orang-orang itu tidak akan berada di perbatasan saat pagi hari," celetuk Hyungwon yang seketika menarik perhatian semua orang.

Hoseok menjadi orang pertama yang memberikan responnya, "dari mana kau tahu?"

Tak ada jawaban, Hyungwon lebih memilih untuk diam dan membiarkan rekan-rekannya berpikir semau mereka.

"Aku dan Hyungwon Hyeongnim sering datang ke sana," suara itu berasal dari arah pintu, dan tentunya pengakuan dari anggota termuda mereka itulah yang membuat tatapan Kihyun bertemu dengan Hyungwon.

"Distrik 1 sangat berbahaya, kenapa kalian begitu ceroboh?" gumam Kihyun, namun suasana kali itu sedikit berbeda setiap kali ia bertemu pandang dengan Hyungwon.

Kihyun tidak tahu kenapa, namun setiap kali ia berhadapan dengan Hyungwon. Pemuda itu seperti ingin mengatakan sesuatu sebelum akhirnya pergi tanpa berucap sepatah katapun.

Minhyuk yang menyadari tatapan Hyungwon pun segera menengahi, "jadi bagaimana?"

Tanpa memutus kontak mata dengan Hyungwon. Kihyun berucap, "jika kalian sudah yakin. Besok kita harus membujuk para penduduk untuk segera meninggalkan Distrik, lusa."

Jooheon menyahut, "itupun jika mereka tidak menertawakan kita."

"Oleh sebab itu hanya aku dan Hyungwon yang akan menemui mereka. Mereka tidak mungkin menganggap ini sebagai lelucon jika putra dari Kepala Distrik sendiri yang mengatakannya."

Hoseok, Hyunwoo dan Jooheon sekilas bertukar pandang ketika pandangan Kihyun masih beradu dengan Hyungwon hingga sesuatu berhasil menarik perhatian Kihyun malam itu. "Ada yang ingin kau katakan, Hyungwon?"

"Ada."

Minhyuk segera menjatuhkan pandangannya pada Hyungwon. Berharap Hyungwon tidak berbuat nekad.

"Apa itu?"

"Siapa saja yang harus pergi?"

Kelopak mata Minhyuk sekilas terpejam dengan hembusan napas berat yang berhembus dengan pelan ketika kecurigaannya pada Hyungwon tak terbukti.

"Utamakan wanita dan anak-anak."

"Semua, asal itu wanita dan anak-anak?"

"Benar."

Rekan-rekannya mulai menaruh kecurigaan dengan pertanyaan Hyungwon yang terdengar sedikit konyol. Namun jawaban itu hanya datang pada Minhyuk ketika Hyungwon kembali berucap.

"Tidak terkecuali Sohye?"

Kihyun tak langsung menjawab, justru pandangannya terjatuh pada meja. "Itu bukanlah sesuatu yang bisa kau campuri," sebuah peringatan kecil yang terucap dengan lembut sebelum pandangan keduanya yang kembali di pertemukan. Menjadikan suasana menjadi sedikit tak bersahabat.

Jooheon lantas menengahi, "sudah selesai, kan?"

"Kau ingin kemana?" sahut Hyunwoo.

"Hyeongnim tahu sendiri jika tadi pagi aku kabur dari rumah, ibuku pasti sudah bersiap untuk meneriaki ku sekarang."

"Katakan pada ibumu juga bahwa dia harus meninggalkan Distrik, lusa."

"Wanita itu sangat keras kepala, aku tidak yakin bisa membujuknya atau tidak."

Kihyun menyahut, "bawa berapapun yang bersedia, tidak ada yang menjamin sampai kapan Distrik 9 dalam keadaan aman."

"Ya sudah, kalau begitu tunggu apa lagi? Aku pergi dulu, sampai jumpa besok."

Jooheon menjadi orang pertama yang pergi, namun hanya berselang beberapa detik, Hyungwon pun beranjak dari duduknya tanpa berucap sepatah katapun.

"Langsung pulang saja, jangan kemana-mana," tegur Minhyuk yang tak mendapat respon dari Hyungwon ketika pemuda itu berjalan melewati Changkyun begitu saja.

Tersisa empat orang yang masih duduk mengelilingi meja di tambah satu, Changkyun yang masih berdiri di ambang pintu.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?"

Minhyuk menyahuti pertanyaan Hyunwoo, "tidak ada, kalian bisa pulang dan istirahat."

"Kau tidak pulang?" tanya Hoseok.

"Aku masih ada sedikit keperluan."

"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa besok."

Hoseok beranjak dari duduknya di ikuti oleh Hyunwoo, mereka saling berjabat tangan sebagai salam perpisahan sebelum meninggalkan rumah Kihyun dan menyisakan tiga orang yang berada di sana.

"Ada perlu apa?" tegur Kihyun setelah semua benar-benar menjadi hening."

Tak langsung memberi jawaban, Minhyuk justru mengarahkan pandangannya pada Changkyun. "Jangan berdiri di sana, tutup pintunya dan datang kemari."

Changkyun menurut. Menutup pintu dan berjalan menghampiri keduanya. Kihyun menepuk kursi kosong di sampingnya sebagai isyarat agar Changkyun duduk di sampingnya, dan setelah pemuda itu mendapatkan tempat duduknya. Kihyun pun memulai kembali pembicaraan.

"Ada perlu apa?" pertanyaan kedua yang kembali tak mendapatkan jawaban di saat Minhyuk justru merogoh saku jaket yang ia kenakan dan menaruh selembar kertas yang terlipat di atas meja.

"Apa itu?"

"Kau benar-benar tidak boleh meninggalkan Distrik mulai detik ini, apapun tujuanmu."

Dahi Kihyun mengernyit, merasa ada yang aneh dengan ucapan Minhyuk. Dan saat itu Changkyun lah yang mengambil kertas tersebut dan membuka lipatannya hingga beberapa garis tercetak di keningnya sebelum Kihyun mengambil kertas di tangannya.

Netra Kihyun melebar dengan rahang yang mengeras ketika melihat potretnya tercetak dalam kertas usang itu. Di mana di sana menyerukan bahwa hidup atau mati, Distrik 1 menginginkannya.

"Apa tidak sebaiknya Hyeongnim ikut meniggalkan Distrik?" Changkyun berujar sedikit memaksa.

"Aku tidak bisa pergi. Meski harus mati, aku tidak bisa meninggalkan tempat ini." Tangan Kihyun mengepal kuat di atas meja.

Minhyuk dan Changkyun lantas saling bertukar pandang. Pada kenyataannya di antara dua orang kepercayaan Kihyun itu, pemuda itu telah menaruh kepercayaan yang lebih besar terhadap pendiriannya. Dan seperti sumpahnya, jikapun ia harus mati, Yoo Kihyun tidak akan pernah meninggalkan Distrik 9.

Selesai di tulis : 13.03.2020
Di publikasikan : 19.03.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro