Lembar 18.
Senja menyapa, membimbing para pemuda Distrik 9 menemukan jalan mereka masing-masing untuk bisa sampai di Distrik. Minhyuk dan Hyungwon mendekati perbatasan Distrik 1. Sekilas memandang matahari dari jendela kaca yang ia buka, kegusaran itu terlihat di wajah Minhyuk. Untuk beberapa waktu, tangan kirinya mengambil alih kemudi ketika tangan kanannya menyangga kepala dengan siku yang bersandar pada jendela mobil.
Tak ada lagi perbincangan di antara mereka sejak beberapa menit yang lalu di saat Hyungwon sendiri tampak memejamkan matanya meski pemuda itu masih terjaga. Netra Minhyuk memicing ketika jauh di depan mereka terlihat beberapa orang yang berdiri di tengah jalan dan sedikit keterkejutan terlihat di wajahnya ketika ia menaruh kembali tangannya pada kemudi.
"Sial!" gumamnya dengan rahang yang mengeras ketika perjalanan pulang mereka tidak selancar saat berangkat tadi pagi. Terlihat beberapa anggota Militer yang sedang berpatroli di perbatasan.
"Hyungwon, bangunlah."
Perlahan kelopak mata Hyungwon terbuka dan langsung mengarah pada Minhyuk.
"Kita mendapatkan sedikit masalah."
Hyungwon mengikuti arah pandang Minhyuk dan tak memiliki perubahan ekspresi ketika ia menemukan masalah yang di maksud oleh Minhyuk.
Para anggota Militer itu menghadang jalan dan memberi isyarat untuk berhenti. Minhyuk lantas memelankan laju mobilnya sebelum berhenti tepat satu meter dari para anggota Militer dengan tatapan tak bersahabat tersebut.
"Tetap di tempatmu," satu peringatan. Minhyuk lantas turun dari mobil, meninggalkan Hyungwon dan berjalan menghampiri para anggota Militer tersebut.
"Dari mana asalmu?"
"Distrik 9."
Ujung senapan lantas segera menempel pada dada Minhyuk, menyatakan bahwa mereka menolak kehadiran pemuda itu. Sedangkan di sisi lain, salah seorang menghampiri Hyungwon dan mengetuk kaca jendela dengan tak bersahabat sehingga Hyungwon membuka kaca di sampingnya.
Si perwira muda itu merendahkan tubuhnya untuk bisa melihat wajah Hyungwon. "Siapa namamu?"
"Chae Hyungwon, putra dari Chae Hyunjae."
Perwira itu tampak terkejut dan segera meninggalkan Hyungwon, bergegas menghampiri si perwira dengan jabatan yang lebih tinggi yang masih sibuk menginterogasi Minhyuk.
"Kau mengenal Yoo Kihyun?"
Netra Minhyuk bereaksi, namun otaknya bekerja dengan cepat dan mampu mengingat pesan Kihyun pagi tadi. "Tidak."
"Apa tujuanmu hingga kau pergi sejauh ini, anak muda?"
"Hanya bersinggah."
"Hanya bersinggah, ya?" Terdengar begitu sinis, Minhyuk merasakan sedikit tekanan dari ujung senapan yang masih menempel di dadanya. Namun perhatian mereka teralihkan oleh kehadiran si perwira muda yang sebelumnya menemui Hyungwon.
Sempat memandang Minhyuk, si perwira muda itu lantas berbisik kepada atasannya, "putra dari Kepala Distrik 9 ada di sini, Pak."
Yang di panggil 'Pak' tampak terkejut dan lantas menjatuhkan pandangannya ke arah Hyungwon sebelum menurunkan senjatanya dan kembali bertemu pandang dengan Minhyuk.
"Anggap kau beruntung hari ini, tapi jangan harap ada lain kali untukmu."
Para perwira itu naik ke mobil mereka dan segera kembali ke Distrik 1, meninggalkan Minhyuk yang masih berdiri memandang kepergian mereka sebelum suara klakson dari arah belakang berhasil mengalihkan perhatian pemuda itu.
Minhyuk lantas kembali ke dalam mobil dan sekilas memandang Hyungwon sebelum menyalakan mesin mobilnya. "Mereka bicara padamu?"
"Tidak," jawab Hyungwon yang terkesan acuh dengan pandangan yang mengarah ke luar jendela.
"Aku harap yang lain mendapatkan tempat yang lebih bagus." Minhyuk kembali melajukan mobilnya, berusaha memutus jarak dengan Distrik 9 sebelum matahari benar-benar menghilang dari langit.
Terdiam cukup lama, pada akhirnya Hyungwon memilih untuk kembali memulai pembicaraan. Memandang sekilas, pemuda itu lantas menegur, "Hyeongnim."
"Ada apa?"
"Aku ingin membuat sebuah pengakuan."
Minhyuk sekilas memandang. "Pengakuan? Apa itu?"
"Aku menyukai seseorang."
"Benarkah? Siapa?" Seulas senyum tercipta di kedua sudut bibir Minhyuk, tak menyangka jika Hyungwon telah memiliki tambatan hati mengingat pemuda itu sangat tertutup.
"Kim Sohye," satu nama yang membuat batin Minhyuk tersentak.
Seketika garis senyum di wajah pemuda itu menghilang dan kembali menampakkan rahangnya yang mengeras. "Apa maksudmu?"
"Aku menyukai Sohye."
Minhyuk mengerjap tak percaya, merasa semua ini konyol namun pada kenyataannya pemuda di sampingnya itu bahkan tidak tahu bagaimana cara melontarkan lelucon dengan benar.
Kembali memandang, Minhyuk masih bertahan dengan ketenangannya. "Hentikan! Kau sudah berlebihan."
Hyungwon diam tanpa ada keinginan untuk merespon Minhyuk hingga helaan nafas berat itu terdengar dari pemuda yang lebih tua. Menekan perasaannya sendiri yang berkecamuk, Minhyuk mencoba bicara secara baik-baik tanpa menghentikan laju mobilnya.
"Sejak kapan?"
"Sebelum mereka bertunangan."
"Lupakan dia, masih banyak gadis lain di luar sana."
"Aku akan mengatakannya."
Minhyuk segera menepikan mobilnya dan segera menghadap Hyungwon dengan tatapan yang menajam. "Dengarkan aku baik-baik! Perasaanmu adalah sebuah kesalahan, kau tahu orang seperti apa Kihyun itu."
"Aku sudah memikirkannya."
"Chae Hyungwon!" Minhyuk membentak untuk kali pertama pada pemuda di hadapannya yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya. Tak cukup sampai di situ, Minhyuk beranjak dari duduknya dan menarik kerah baju Hyungwon.
Dengan suara yang merendah, dia kembali berucap, "sadarlah! Aku tidak bisa berbuat apa-apa jika itu Kihyun."
"Aku benci!" gumam Hyungwon penuh penekanan dan sempat membuat batin Minhyuk tersentak.
"Jangan lakukan itu."
"Aku benci ketika kalian semua takut padanya, aku benci, aku benci, aku benci..."
Minhyuk menempatkan kedua tangannya pada pipi Hyungwon dan menepuknya dengan pelan untuk beberapa kali. "Sadarlah! Kau tidak harus mengatakan hal seperti ini. Dia adalah teman kita, dia saudara kita. Tolong jangan seperti ini."
"Jadi, apakah dia akan membunuhku hanya karena seorang wanita?"
"Hentikan! Perasaanmu jatuh kepada orang yang salah."
"Aku akan mengatakannya."
"Mundurlah!" Minhyuk kembali membentak bersamaan dengan tangan yang kembali mencengkram kerah pakaian Hyungwon. Memberikan sedikit guncangan guna menyadarkan pemuda itu, "kau tidak akan pernah bisa lebih unggul dari Kihyun."
"Hyeongnim..." Suara Hyungwon sedikit meninggi, berbanding terbalik dengan suara Minhyuk yang justru terdengar memohon setelahnya.
"Dia akan membunuhmu kali ini. Dengarkan aku, lupakan Sohye! Gadis itu milik Kihyun."
"Aku tidak ingin menjadi pecundang."
"Kau bisa melupakan nya, jadilah pecundang dan tetap hidup bersamaku. Kau bisa mengusik siapapun, siapapun kecuali Yoo Kihyun... Jadilah pecundang! Jika kau tidak bisa melakukannya untuk dirimu sendiri, maka lakukan hal itu untukku. Jangan membuatku kehilangan dirimu, jangan lakukan itu. Kau mengerti?"
Hyungwon tak menjawab dan justru memalingkan wajahnya hingga perlahan Minhyuk melepaskan cengkramannya dan mengusap keningnya dengan sedikit penekanan dan juga helaan nafas beratnya. Merasa semua bertambah rumit ketika ia sendiri tidak menyadari perseteruan yang telah terjadi di dalam kelompok mereka. Merasa terlalu bodoh ketika ia tak pernah menyadari perasaan Hyungwon meski mereka tinggal satu atap.
Kembali ke tempat duduknya, Minhyuk mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Maaf," satu gumaman lolos dan tak mendapat respon dari yang di tuju.
"Lupakan hari ini, aku akan berpura-pura tidak mendengar apapun. Dan juga, jauhi Sohye."
Tangan Hyungwon terkepal kuat, namun tak ada respon yang ia tunjukkan. Minhyuk kemudian kembali menyalakan mesin mobilnya ketika tanpa mereka sadari bahwa matahari benar-benar telah meninggalkan Distrik. Namun pergerakan Minhyuk terhenti ketika melihat sesuatu yang terbang dan jatuh ke kaca mobil tepat di depannya.
Minhyuk lantas turun dan mengambil selembar kertas itu. Merasa penasaran, ia pun membaliknya dan sisa cahaya yang masih tertinggal di langit membuatnya mampu melihat apa yang berada di dalam kertas tersebut. Meskipun samar, dia masih bisa mengenali sosok Kihyun yang terpajang di dalam kertas tersebut. Rahang pemuda itu mengeras ketika melihat beberapa tulisan yang berada di sana, dan inikah alasan kenapa Kihyun menyuruhnya untuk berpura-pura tidak mengenalnya saat berada di luar Distrik.
Tak ingin menunda kepulangan mereka lagi, Minhyuk segera kembali masuk ke mobil dan bergegas meninggalkan tempat itu sembari memikirkan solusi terbaik untuk permasalahan Hyungwon. Bagaimanapun juga Kihyun tidak dapat di prediksi. Dia tidak ingin ada pertumpahan darah di antara saudara-saudaranya, terlebih hanya karena soal wanita.
Selesai di tulis : 03.02.2020
Di publikasikan : 11.03.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro