Bab 5 : Kembalinya bocah Distrik 7 yang hilang [Lembar 69]
Distrik 9.
Sore itu, ketika langit telah menggelap. Youngjae mengetuk pintu rumah Kihyun dan Hyunjin yang saat itu berada di sana lantas membuka pintu.
"Oh! Hyeongnim?"
"Di mana teman-temanmu?"
"Ada di dalam, aku panggilkan sebentar."
"Tidak perlu. Katakan pada mereka untuk datang ke Gereja."
Youngjae lantas pergi dan saat itu Jooheon datang dari arah belakang Hyunjin. "Siapa yang datang?"
"Sersan Choi?"
"Kau mengenalnya?"
"Teman Sersan Mark."
"Apa yang dia katakan padamu?" Jooheon menutup pintu dari dalam.
"Dia menyuruh kita pergi ke Gereja, tapi tidak mengatakan Gereja yang mana."
"Hanya ada satu Gereja di dekat sini." Tampak acuh, Jooheon lantas kembali menghampiri rekan-rekannya yang sebelumnya memang tengah mengadakan rapat di kamar Changkyun. Hyunjin pun mengikuti di belakang.
"Apa mereka sudah kembali?" tegur Hyunwoo begitu keduanya kembali memasuki ruangan.
"Belum."
"Lalu siapa yang datang?" sahut Hoseok.
"Perwira yang mengenal Changkyun."
Minhyuk menyahut, "Choi Youngjae?"
Jooheon mengangguk dan kembali bergabung dengan rekan-rekannya. Melanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda.
"Mereka tidak kembali, jadi bagaimana selanjutnya?"
"Sesuai rencana awal, kita rebut Distrik secara paksa." Hyungwon berjalan mendekati nakas dan mengambil satu ikat kecil bunga yang sebelumnya ia dan Changkyun kumpulkan. Hyungwon berbalik dan mendekati Hyunjin, berdiri tepat di depan pemuda yang tampak bingung tersebut.
Hyungwon lantas berucap, "kau ingin bergabung bersama teman-temanmu?"
Semua orang kecuali Changkyun menatap Hyungwon penuh selidik di saat pemuda Distrik 1 itu tampak ragu sebelum memberikan sebuah anggukan.
"Ambil ini."
Hyunjin mengambil bunga yang disodorkan oleh Hyungwon.
"Kenapa Hyeong memberiku bunga ini?"
"Bunga ini adalah bunga beracun, jika kau memakannya kau akan mati ... kau sudah pernah tinggal di Camp Militer Distrik 8, kau tentunya sudah tahu bagaimana tempat itu."
"Apa yang sedang kau rencanakan?" tegur Minhyuk namun diabaikan oleh Hyungwon.
"Aku tanya sekali lagi padamu, kau benar-benar ingin bergabung bersama kami?"
Hyunjin mengangguk, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Karena mundur pun dia hanya akan menjadi pecundang seorang diri di saat rekan-rekannya telah bergerak lebih dulu.
"Gunakan mulutmu untuk berbicara."
"Aku tidak bisa mundur, aku tidak ingin menjadi pecundang sendirian," sebuah pernyataan yang mengingatkan Hyungwon pada apa yang pernah ia katakan pada Kihyun.
Sejenak berdiam diri, Hyungwon lantas kembali berucap, "tugasmu adalah pergi ke Distrik 8. Masuk ke bagian dapur dan masukkan bunga ini pada makanan mereka."
"Dia tidak bisa pergi," sahut Hyunwoo. "Terlalu berbahaya, biar aku saja yang pergi."
"Sebelum Hyeong memasuki Camp Militer, mereka pasti akan menangkap Hyeong terlebih dulu. Di antara kita semua, hanya anak ini yang bisa pergi ke Distrik 8."
Hoseok turut menimpali, "resikonya terlalu tinggi."
"Tidak ada kemenangan tanpa pengorbanan."
"Kau ingin mengorbankan anak itu?" sahut Jooheon, membuat Hyungwon tak langsung memberikan pembelaan. "Jangan membuatku tertawa, aku yang akan pergi ke sana."
"Biarkan aku yang pergi."
Pandangan semua orang tertuju pada Hyunjin yang baru saja berbicara.
"Jangan bermain-main dengan nyawamu, Bocah," Jooheon memperingatkan.
"Mohon, berikan kepercayaan kalian padaku. Teman-temanku sudah mengambil peran mereka, setidaknya aku ingin melakukan hal yang berguna meski hanya sekali."
"Kau yakin bisa masuk ke sana?" tanya Minhyuk.
Hyunjin mengangguk yakin. "Aku mengenal beberapa orang di sana. Mereka tidak akan mencurigaiku jika aku kembali ke sana."
"Bocah sinting," cibir Jooheon.
"Lalu, bagaimana dengan kita?" tanya Hyunwoo kemudian.
Jooheon kembali menyahut, "hanya berdiam diri dan menunggu hasil."
Minhyuk memandang Jooheon, berniat memberikan peringatan melalui tatapan mata. Namun Jooheon malah memalingkan wajahnya.
Hyungwon kemudian kembali mengambil perannya. "Changkyun akan pergi ke Distrik 7 dan aku akan menangani Distrik 9."
"Sendiri?" ucap Jooheon tak percaya.
"Jika sesuatu yang buruk terjadi, segera lari ke Bukit terlarang."
Jooheon menyunggingkan senyumnya dan membawa tawa ringannya meninggalkan ruangan. Namun tepat setelah ia menutup pintu dari luar, tawa itu terhenti ketika ia teringat bahwa dia melupakan satu hal. Si sipit itu kembali membuka pintu dan menginterupsi pembicaraan yang masih berlanjut.
"Ada yang terlupakan."
"Apa?" tanya Hoseok.
"Perwira tadi mengatakan bahwa kita harus pergi ke Gereja sekarang."
Semua orang kecuali Hyunjin tampak bertanya-tanya. Minhyuk lantas menjatuhkan pandangannya pada Hyunjin. "Apa saja yang dia katakan padamu?"
"Hanya itu, dan dia langsung pergi begitu saja."
Mereka saling bertukar pandang, dan Changkyun menjadi orang pertama yang beranjak dari tempatnya sebelum siapapun berucap. Namun saat itu Hoseok menahan lengan pemuda itu.
"Bagaimana jika ini jebakan?"
"Aku akan pergi sendiri." Changkyun menepis pelan tangan Hoseok.
"Kita pergi bersama," celetuk Hyunwoo dan sepertinya tak ada yang keberatan di antara mereka.
Mereka lantas meninggalkan kediaman Kihyun dan menyusuri jalanan pemukiman menuju Gereja yang cukup jauh dari rumah Kihyun. Mereka sempat berpencar agar tak menarik perhatian dari beberapa perwira yang tengah melakukan patroli malam itu sebelum berkumpul di halaman sebuah Gereja yang tampak begitu sepi.
"Apa benar Gereja yang ini?" tanya Jooheon memastikan.
Hoseok menyahut, "jika bukan, berarti orang itu sudah sinting. Hanya ada satu Gereja di pemukiman kita."
"Pastikan tidak ada yang mengikuti kita," ucap Hyunwoo yang mulai melangkahkan kakinya menuju pintu Gereja.
Yang berjalan di belakang Hyunwoo sejenak mengawasi keadaan sekitar, dan Changkyun menjadi orang terakhir yang masuk ke Gereja. Mereka berjalan ke dalam dan bangunan yang cukup besar namun kosong itu membuat suara langkah mereka terdengar jelas di malam hari.
Pandangan mereka menemukan Mark dan anggota divisinya tepat di barisan bangku terdepan. Tampak sudah menunggu kedatangan mereka. Hyunwoo masih memimpin dan berhadapan dengan para perwira yang tampak tak ingin mengibarkan bendera perang terhadap mereka.
"Ada perlu apa?" tegur Hyunwoo tanpa basa-basi.
"Kalian sudah memastikan bahwa tidak ada yang mengikuti kalian?" balas Jaebum.
Jooheon menyahut, "jikapun ada, penggal saja kepalanya."
Jackson yang mendengar hal itu tersenyum tak percaya dan lantas berucap, "mulutmu benar-benar mengagumkan, Bung."
"Terima kasih untuk pujiannya, Bung," balas Jooheon, tak terlalu peduli.
"Di mana Kihyun?" pertanyaan itu keluar dari mulut Hyungwon.
"Kau bisa keluar sekarang," Mark berujar sedikit lantang dan menciptakan kebingungan di wajah para pemuda itu.
Dari arah samping, Kihyun menampakkan diri dan mengejutkan rekan-rekannya yang kemudian datang menghampirinya kecuali Hyungwon dan juga Changkyun yang sama sekali tak berpindah dari tempat mereka.
"Kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja." Kihyun memberikan senyuman tipisnya.
Pandangan Kihyun sekilas memperhatikan keempat rekannya yang memandangnya khawatir hingga pandangannya itu terhenti pada sosok Changkyun yang memandangnya dari tempat pemuda itu berdiri.
"Beri aku waktu sebentar," ucap Kihyun yang kemudian meninggalkan keempat rekannya.
Menghampiri tempat para perwira itu, berdiri di hadapan Changkyun. Kihyun tersenyum lembut dan menarik tengkuk Changkyun, menyatakan permintaan maafnya dalam rengkuhan seorang kakak pada adik kecil yang selalu mengkhawatirkannya setiap waktu.
"Maaf, tidak seharusnya aku pergi selama ini."
Changkyun tak menyahut ataupun membalas pelukan Kihyun. Kedua tangan pemuda itu justru mengepal dengan pandangan yang mengarah ke bawah.
Mark yang tak ingin mengganggu reuni mereka pun lantas membawa rekan-rekannya pergi dari sana. "Kita kembali sekarang."
Satu persatu dari mereka beranjak dari tempat mereka dan berjalan menuju pintu keluar. Mark sempat menghentikan langkahnya ketika berpapasan dengan Kihyun. Perwira itu berucap, "hubungi aku kapanpun kau membutuhkan bantuan."
"Terima kasih," gumam Kihyun namun masih bisa terdengar oleh tiga orang di sekitarnya.
Para perwira itu pergi dan saat itu Changkyun baru bersedia membalas pelukan Kihyun. Pemuda itu bersyukur karena semua pikiran buruknya tak terbukti, namun ia tidak bisa membiarkan dirinya menangis di hadapan semua orang dan kembali menjadi anak kecil di hadapan sang kakak.
Kihyun lantas melepaskan pelukannya dan menunjukkan senyum lebar di wajahnya. Usakan singkat lantas mendarat di puncak kepala Changkyun.
"Kau bertambah kurus, apa kau tidak makan?"
"Dia lebih suka memakan angin saat Hyeong tidak ada," celetuk Jooheon yang datang mendekat bersama yang lain.
Minhyuk menyahut, "sekarang jelaskan pada kami kemana kau selama ini."
"Aku baru saja kembali, kalian tidak merindukanmu?"
"Punggungmu baik-baik saja?" tanya Hoseok.
Jooheon menimpali, "pakaianmu keren."
Kihyun kembali mengulas senyumnya dan pandangannya terjatuh pada Hyunjin. "Kenapa kau ikut dengan mereka? Di mana teman-temanku?"
"Mereka pergi ke Seoul," jawab Hyunwoo.
Kihyun tak terkejut, namun juga tak ingin mengatakan kebenaran bahwa dia juga baru saja menginjakkan kakinya di Seoul.
"Kenapa mereka pergi ke sana?"
"Menemui Presiden," Hoseok menimpali.
Kihyun beralih pada Hyungwon. "Kenapa kau tidak mendengarkan ucapanku waktu itu?" tak terdengar menuntut.
"Tidak ada yang memaksa mereka untuk pergi."
"Aku tahu, aku tidak akan menyalahkan siapapun. Tapi di mana mereka sekarang?"
Jooheon menjawab, "mereka belum kembali."
"Mungkin saja mereka mampir ke Distrik 1," timpal Hyunjin.
Minhyuk menengahi, "sekarang jelaskan, ke mana saja kau selama ini."
"Aku menetap di Distrik 8."
"Sungguh?" selidik Minhyuk.
"Aku tidak bisa pergi ke mana-mana."
"Lalu bagaimana dengan Sohye?" celetuk Hyungwon.
Garis senyum di wajah Kihyun memudar. "Itu bukanlah masalah. Bagaimana keadaan Distrik sekarang?"
Hyungwon memutuskan untuk duduk. Menolak untuk mendebat Kihyun, meski ia tak setuju dengan jawaban Kihyun yang terdengar begitu mudah untuk di ucapkan.
Hyunwoo menyahut untuk menjelaskan situasi yang ada saat ini, "Kantor Kepala Distrik sudah beralih fungsi menjadi Camp Militer sekarang."
"Apa mereka melakukan hal yang buruk pada kalian?"
"Tidak—"
"Belum," ralat Hyungwon. "Mereka masih segan pada kita, tapi itu tidak akan bertahan lama."
"Apa rencana kalian?"
"Membunuh masal mereka menggunakan bunga Bukit terlarang," jawaban Hyunwoo berhasil mengejutkan Kihyun.
"Bagaimana caranya?"
"Menyusup ke dapur militer dan memasukkan bunga itu ke dalam makanan mereka, aku rasa itu bukanlah ide yang buruk," sahut Jooheon.
"Siapa yang akan pergi?"
"Hyungwon, Changkyun dan Hyunjin. Masing-masing akan pergi ke Distrik yang berbeda."
"Distrik berapa?"
"7, 8 dan 9."
"Siapa yang akan pergi ke Distrik 7?"
"Changkyun."
Kihyun sekilas memandang Changkyun. "Batalkan saja."
Hyungwon menyahut, "menunda hanya akan memperburuk keadaan."
"Aku, telah membuat perjanjian dengan seseorang."
"Siapa?"
"Kalian tidak perlu tahu. Untuk saat ini, kita harus menunggu."
"Sampai kapan?" ucap Hyungwon.
"Tidak lama."
"Perjanjian apa yang sudah kau buat?" selidik Minhyuk.
"Percayalah padaku, sekali lagi."
"Bagaimana jika orang itu mengkhianatimu?"
"Dia akan menepatinya, itu pasti. Batalkan rencana kalian dan kita tunggu saudara-saudara kita yang belum kembali."
Batin Hyunjin tersentak, tak percaya bahwa ia dan rekan-rekannya sudah dianggap saudara oleh para pemuda Distrik 9.
Jooheon menyahut, "sebenarnya, firasatku buruk buruk pada anak itu."
"Mereka mungkin akan datang besok pagi."
Jooheon menghela napasnya. "Aku harap aku masih memiliki hari untuk esok."
"Aku minta maaf karena sudah membuat kalian khawatir."
Hoseok tersenyum lebar. "Oleh sebab itu jangan mengulanginya lagi. Sekarang pikirkan bagaimana caranya agar mereka tidak tahu jika kau sudah kembali."
"Sepertinya itu akan sangat sulit."
Suasana perlahan menghangat, namun tidak dengan Hyungwon yang justru memikirkan sesuatu yang tidak berada di sana. Sesuatu yang membuatnya menolak untuk bergabung dengan pembicaraan rekan-rekannya. Sejujurnya ia khawatir pada para pemuda Distrik 1, karena sebelum pergi, Bang Chan mengatakan bahwa jika mereka selamat, mereka akan langsung kembali ke Distrik 9. Namun hingga waktu yang ditentukan sudah habis, para pemuda itu belum juga menampakkan diri. Mungkinkah terjadi hal yang buruk pada para pemuda itu?
Hyungwon tidak tahu, begitupun dengan yang lainnya ...
Selesai ditulis : 19.06.2020
Dipublikasikan : 24.06.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro