Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 2 : Pejuang Kecil Distrik 1 [Lembar 14]


____°°°•••DISTRICT 9•••°°°____

    1979, empat tahun lebih berlalu. Korea Selatan berkembang pesat di bawah kepemimpinan Presiden ke tiga, Park Chunghee. Banyak hal yang berubah dalam empat tahun tersebut, begitupun dengan kesembilan Distrik yang masih berdiri hingga detik ini.

    Seoul yang makmur, nyatanya berbanding terbalik dengan keadaan dari kesembilan Distrik yang semakin pelik di saat Militer semakin memperluas daerah kekuasaan mereka dan entah sadar atau tidak sadar, yang mereka lakukan justru menindas para penduduk setempat.

    Distrik 1, Distrik makmur yang kini berubah menjadi tempat kejahatan. Meski terdapat Camp Militer di sana, hal itu seakan tak berarti bagi para pelaku kejahatan. Banyak orang yang gelap mata untuk mempertahankan hidup mereka. Perampokan dan pembunuhan telah menjadi hal yang biasa di sana, dan bahkan jika ada seorang anak kecil terlihat membawa senjata tajam, hal itu bukanlah sesuatu yang baru karena mereka harus bisa melindungi diri mereka sendiri.

    Jika empat tahun yang lalu banyak anak yang di telantarkan oleh orangtua mereka. Maka sekarang sangat berbeda, jauh-jauh berbeda. Di mana para penduduk tidak di izinkan untuk meninggalkan Distrik yang telah di ambil alih oleh Militer dan perbudakan yang semakin menjadi hingga bahkan sepertinya tak akan ada lagi masa depan bagi para pemuda Distrik mati itu.

    "Ya! Cepat berikan uangmu!"

    Di salah satu gang sepi, terlihat tiga pelajar SMA. Namun satu pelajar tampak di pojokkan oleh dua pelajar lainnya, di tambah dengan ukuran tubuhnya yang paling kecil.

    "Kau tidak dengar? Cepat berikan uangmu!" gertak salah satu di antara keduanya.

    "Aku tidak punya... Hyunjin Hyeongnim akan memukulku jika aku memberikan uangku pada kalian."

    "Kau mulai berani melawan rupanya."

    Salah satu dari mereka menarik kerah baju si pelajar yang sebelumnya memberikan perlawanan. "Besar juga nyali mu, Yang Jongin."

    Pemuda itu, Yang Jongin. Pemuda 12 tahun yang pernah di temui oleh Kihyun di Perpustakaan Distrik 1 sekitar empat tahun yang lalu, kini telah bertambah dewasa. Namun sayangnya hal itu tak merubah apapun ketika pemuda itu masih menjadi bulan-bulanan dari kedua seniornya, Lee Yongbok dan Seo Changbin. Di mana pemuda bernama Yongbok itu memiliki usia yang sama dengan Hyunjin, sedangkan pemuda bernama Seo Changbin itu berada satu tahun di atas Hyunjin. Meski empat tahun sudah berlalu dan mereka semua telah duduk di bangku SMA, kenakalan keduanya sama sekali tidak berkurang. Dan betapa tidak beruntungnya Jongin yang selalu menjadi korban dari kenakalan keduanya.

    "Kau ingin melawan kami?" gertak Yongbok yang sebelumnya menarik kerah baju Jongin dan menahannya, membuat pemuda itu sedikit berjinjit.

    Jongin gelagapan. "B-bukan, bukan begitu... Hanya saja,"

    "Hanya apa?" Changbin menyahut, "bukankah Kepala Distrik selalu memberimu uang? Apa kau sudah menjadi serakah dan tidak ingin berbagi?"

    "Bukan begitu... H-hanya saja, Hyunjin Hyeongnim mengambil semuanya."

    Yongbok semakin menarik kerah baju Jongin. "Kau ingin menipu kami?"

    Jongin dengan cepat menggeleng, namun saat itu Changbin mendekat dan segera merampas tas jinjing yang berada di tangannya dan kemudian Yongbok melepaskannya.

    "Jika kau berbohong, awas kau!" ancam Yongbok dan keduanya berniat menggeledah tas milik Jongin.

    "Ya! Para bandit tidak tahu diri!" gertak seseorang dari balik punggung Jongin dengan nada bicara yang terdengar begitu malas dan seketika menarik perhatian dari ketiga pemuda itu.

    Yongbok menatap jengah pada sosok Hyunjin. Pemuda yang berperawakan layaknya seorang bandit tersebut, dan jika empat tahun yang lalu dia telah putus sekolah, berkat pertemuannya dengan Kihyun hari itu, pemuda itu memutuskan untuk melanjutkan sekolah dengan alasan yang sederhana.

    Dia ingin menjadi seperti Yoo Kihyun suatu saat nanti, dan obsesinya yang terlalu besar itu yang kemudian membuatnya mengambil keputusan untuk menerima tawaran dari Kepala Distrik yang pernah ia tolak sebelumnya. Namun karena dia pernah berhenti satu tahun. Dia terpaksa harus mengulang semuanya dan menempati kelas yang sama dengan Jongin.

    "Mengganggu saja!" gumam Yongbok yang kemudian berjalan melewati Jongin dengan sengaja menabrak bahu pemuda itu.

    Changbin melemparkan kembali tas di tangannya pada Jongin dan segera menyusul Yongbok yang saat itu tengah menghampiri Hyunjin yang berdiri dengan acuh. Tampak begitu santai dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana.

    "Hentikan... Aku sedang tidak tertarik membuat keributan dengan kalian." tegur Hyunjin dengan acuh.

    "Terlalu banyak bicara." gumam Yongbok yang langsung mengarahkan tinjunya pada wajah Hyunjin, namun Hyunjin berhasil menahannya.

    Hyunjin hampir saja lengah ketika Yongbok tiba-tiba menggunakan kaki untuk menyerang, namun beruntungnya ekor matanya sempat menangkap pergerakan tersebut dan langsung balik menendang kaki Yongbok hingga salah satu lutut pemuda itu terjatuh ke tanah.

    "Ya! Mau jadi pahlawan?!" tegur Changbin yang langsung menghantamkan kepalan tangannya ke wajah Hyunjin dan membuat pemuda itu terlempar ke samping.

    Yongbok bangkit dan kembali menyerang Hyunjin bersama dengan Changbin, namun saat itu Hyunjin menggunakan kakinya untuk menendang perut Yongbok dan segera melompat untuk berdiri dan membalas pukulan Changbin sebelumnya. Tak berhenti sampai di situ, dia menendang bokong Yongbok lalu menarik bahu Changbin sebelum menghantamkan lututnya pada perut Changbin.

    "Argh... Kurang ajar kau!" hardik Changbin yang merosot ke bawah.

    Hyunjin sekali lagi menendang Yongbok sebelum berlari menghampiri Jongin dan segera membawa anak itu kabur bersamanya.

    "Apa yang kau lakukan di sini? Cepat lari!" keduanya berlari sekencang mungkin meski kedua pemuda yang sebelumnya berkelahi dengan Hyunjin tak berniat untuk mengejar mereka.

    "Hwang Hyunjin! Jika bertemu lagi, ku habisi kau!"

    Sore itu, Minhyuk menaiki Bukit terlarang dan mendekati Kihyun yang selama empat tahun terakhir ini selalu menyendiri di tempat itu. Menyaksikan matahari yang kembali menyerah untuk menyinari Distrik.

    Seperti biasa, Minhyuk akan duduk di samping Kihyun dan sejenak memandang wajah itu dari samping sebelum memberikan sebuah teguran. "Kau di sini lagi?"

    Masih sama seperti sebelumnya, sikap dingin yang terkadang muncul dan sedikit menakutkan. Kihyun menolak untuk menjawab dan balik melontarkan pertanyaan. "Kau mendapatkan kabar?"

    "Distrik 8 jatuh tadi malam."

    Kihyun menunduk penuh sesal. Setidaknya dalam waktu empat tahun, kini hanya menyisakan Distrik 9 yang masih berdiri tanpa campur tangan dari Militer, meski kehadiran anggota Militer bukanlah hal baru lagi di sana. Karena semenjak ayah Hyungwon mengambil alih Distrik, perlahan Distrik 9 mulai terbuka dengan kelompok Militer yang melakukan patroli di sana.

    Minhyuk menepuk bahu Kihyun dan lantas berucap, "aku pikir sudah saatnya."

    Kihyun mengangkat wajahnya dan memandang Minhyuk. "Berapa banyak yang masih tersisa?"

    Minhyuk menarik tangannya dari bahu Kihyun. "Sekitar 45% warga telah meninggalkan Distrik. Cepat atau lambat Distrik 9 juga akan jatuh, kita harus bergerak sekarang atau tidak untuk selamanya."

    Kihyun memijat pelan keningnya. Setidaknya masalah Distrik yang harus ia hadapi setelah kematian sang ayah membuatnya terlihat lebih tua dari usianya yang sesungguhnya. Keningnya sering kali menunjukkan kerutan yang berlebih ketika ia tengah berpikir seorang diri.

    "Bagaimana dengan Sohye?"

    "Bagaimana apanya?" Kihyun menurunkan kembali tangannya, namun rasa frustasi itu masih terlihat di wajahnya.

    "Kau akan membiarkan hubungan kalian tetap seperti ini?"

    "Aku tidak tahu."

    "Jangan menjadi pria brengsek. Kau sudah cukup umur untuk menikah."

    Kihyun kembali memandang Minhyuk dengan wajah yang sedikit mengernyit, menyatakan penolakannya akan pernyataan Minhyuk sebelumnya.

    "Kita urus evakuasi terlebih dulu." pandangannya kembali menatap rumput liar di bawah kakinya.

    "Kau berniat mengusirnya?"

    "Ini bukan hanya tentang aku dan dia. Ini tentang semua orang."

    "Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri." Minhyuk mengarahkan pandangannya pada matahari yang hendak mengucapkan selamat tinggal ketika ia yang paling bersinar tak lagi mampu melawan kegelapan yang semakin merambah dan menaungi setiap kehidupan sebelum keajaiban akan datang pada esok hari.





Selesai di tulis : 31.01.2020
Di publikasikan : 06.03.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro