Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 20

Distrik 1.

Di tanah lapang yang ditumbuhi oleh rumput liar yang menunduk ketika musim dingin seakan tengah membekukannya. Sebuah mobil militer berhenti di sana. Dua perwira muda keluar dari bagian depan, sementara itu seorang pria paruh baya keluar dari kursi penumpang bagian belakang.

Kim Dae Shik, salah satu perwira tinggi Distrik 1 itu keluar tanpa membawa senjata api seperti kedua anak buahnya. Kim Dae Shik memandang sekeliling seperti tengah menandai beberapa sudut dari hamparan tanah kosong itu.

Dalam jarak sekitar seratus meter dari tempat para perwira itu berada, sebuah ujung dari senapan mengarah ke tempat para perwira itu.

Di sana, di balik sebuah batu. Seorang laki-laki tengah bersembunyi dan mengintai para perwira itu dari tempatnya berada. Kain yang melingkar di lehernya hingga menutupi bagian bawah wajahnya hingga sebatas hidung membuat identitasnya tersembunyi dengan sempurna.

Hanya sorot mata yang tajam dan penuh kebencian yang mampu membuat siapapun yang melihatnya pasti akan mengingatnya bagaikan mimpi buruk yang terus terjadi secara berulang-ulang.

Laki-laki itu mulai menandai sasarannya, memilih satu di antara ketiga perwira yang mana akan mendapatkan hadiah lebih dulu darinya. Seakan tak ingin membuang waktu dan membiarkan hawa dingin di sana membekukannya jemarinya, satu tembakan terlepas.

Kim Dae Shik tumbang setelah timah panas bersarang pada kakinya. Dan hal itu membuat kedua anak buahnya bereaksi. Mereka waspada yang bersiap untuk menyerang ketika menemukan musuh mereka sembari melindungi pimpinan mereka.

Laki-laki misterius itu kembali melepaskan tembakan. Namun kali ini dia tidak mengincar kaki. Tembakan ke dua berhasil mengenai dada salah satu perwira yang masih berdiri. Sedangkan tembakan ke tiga mengenai kepala satu perwira yang masih tersisa.

Kim Dae Shik yang menyadari bahwa nyawanya terancam sempat mengumpat sebelum berusaha kembali ke mobil dengan menyeret kakinya yang terluka. Namun satu tembakan kembali datang ke arah Kim Dae Shik. Bukannya mengenai pria itu, peluru itu hanya mengenai pintu mobil. Dan hal itu membuat Kim Dae Shik segera menunduk. Pria itu kemudian mengambil pistol miliknya untuk berjaga-jaga.

Sementara laki-laki misterius itu keluar dari tempat persembunyian. Merasa bahwa waktu itu adalah yang tepat untuk menampakkan diri, laki-laki itu keluar dari tempat persembunyiannya dan mendekati tempat Kim Dae Shik berada.

"Bedebah! Akan aku kirim kau ke neraka!" geram Kim Dae Shik yang merasa terpojok.

Laki-laki misterius itu memindahkan senapan di tangan kanannya ke tangan kiri, sementara tangan kanannya mengambil sebuah pistol dari balik punggungnya.

Samar-samar Kim Dae Shik melihat pergerakan laki-laki itu. Dan tanpa berpikir panjang, Kim Dae Shik segera melepaskan tembakan hingga beberapa kali. Sedangkan laki-laki itu menghindar dengan cara tiarap. Hal itu cukup efektif melihat bahwa susunan tanah di sana yang tidak rata. Dan setelah Kim Dae Shik kehabisan peluru, laki-laki itu kembali menampakkan diri.

Kim Dae Shik buru-buru mengambil peluru cadangan, namun saat itu bahunya justru tertembak sehingga membuat pistol di tangannya terlepas. Pria itu terkapar dan tampak kesakitan.

Hingga pada akhirnya sosok misterius itu berdiri tepat di hadapan Kim Dae Shik.

Dengan susah payah Kim Dae Shik menegur, "siapa kau? Berani-beraninya kau melakukan hal ini kepada perwira tinggi!"

"Jangan mengancamku, aku tidak suka itu," sahut laki-laki misterius itu dengan pembawaan yang tenang namun terkesan tak peduli.

Kim Dae Shik hendak bangkit, namun laki-laki itu segera menginjak dada pria itu. Alhasil Kim Dae Shik terbarik tak berdaya di bahwa tekanan laki-laki itu.

Laki-laki mengembalikan pistol di tangan kanannya ke tempat semula, membiarkan hanya senapan yang berada di tangannya.

"Jangan melakukan hal yang sia-sia, Pak Tua," ucap laki-laki itu. Dan dilihat dari suaranya, sepertinya laki-laki itu berusia di bawah tiga puluh tahun.

"Siapa kau? Apa yang kau inginkan?"

Laki-laki itu menurunkan kain yang menutupi bagian bawah wajahnya, dan sontak membuat Kim Dae Shik terperangah. Terlihat sangat terkejut dengan sosok yang kini berada di hadapannya.

"K-kau?" suara pria itu terdengar gemetar.

"Siapa? Kau tahu siapa aku? Kau tahu namaku?"

Hwang Kihyeon. Pemuda yang menghilang tiga tahun yang lalu itu pada akhirnya menampakkan diri setelah membuat keributan di Distrik 9 satu yang lalu. Benar dugaan Joo Heon. Kihyeon lah yang melukai perwira militer di Distrik 9 malam itu. Kihyeon pula yang diam-diam mengawasi Min Hyeok dari kaku Bukit Terlarang. Dan Kihyeon jugalah yang telah mengembalikan kalung milik Seo Hye kepada sang pemiliknya.

Setelah dua bulan hidup tanpa identitas ketika meninggalkan Pulau Jeju, pada akhirnya Kihyeon memutuskan untuk mendapatkan identitasnya kembali. Hwang Kihyeon dari Distrik 9 telah kembali sebagai sosok yang berbeda dari sebelumnya. Tatapan tajam yang lebih berambisi namun dengan hati yang lebih lembut.

"Hwang Kihyeon?" ucap Kim Dae Shik tak percaya.

"Benar. Ini aku ... Hwang Kihyeon."

Kihyeon tersenyum, namun senyuman itu bukanlah ditujukan untuk sebuah keramahan ataupun sopan santun.

"Bagaimana? Apa yang kau inginkan? Kenapa kau melakukan hal ini?"

Kihyeon menyingkirkan kakinya dari atas Kim Dae Shik sehingga pria itu bisa sedikit bangkit.

"Aku datang untuk menghukum kalian."

"K-kau! Apa maksud dari perkataanmu?"

"Kau takut?" senyum Kihyeon melebar dan justru semakin menyudutkan lawan bicaranya. "Katakanlah jika kau takut. Aku akan sedikit berbaik hati padamu."

"Bedebah kau—"

Kim Dae Shik langsung bungkam setelah Kihyeon menempelkan ujung senapan tepat di bawah dagunya. Membuatnya sedikit mendongak.

Kihyeon berucap masih dengan nada bicara yang sama, "jika aku menembakmu dengan ini dalam jarak sedekat ini, aku tidak yakin jika kepalamu masih utuh. Bukankah itu benar?"

"Hwang Kihyeon, kau sadar dengan apa yang sedang kau lakukan? Membunuhku sama saja dengan menentang negaramu sendiri."

"Aku tidak peduli?" sahut Kihyeon dengan acuh. "Kau pikir aku akan mengabdikan diri untuk negara yang kalian buat? Bermimpilah sepuas kalian. Tapi negaraku berbeda dengan negara yang kalian buat. Oleh sebab itu jangan mempermainkan aku dengan kata-kata itu."

"Kau ... sebenarnya apa yang kau inginkan? Kenapa kau mengusik kami?"

"Aku?" Kihyeon tertawa pelan hingga menyisakan seulas senyum miring di wajahnya.

"Aku datang kemari bukan untuk mengusik kalian. Tapi aku datang kemari karena kalian sudah memanggilku."

Kim Dae Shik terlihat bingung. "Apa yang sedang kau bicarakan?"

Kihyeon mendorong Kim Dae Shik menggunakan ujung senapan dan berucap dengan kemarahan yang tertahan,

"Hwang Kijeon ... pemuda yang kalian bunuh di Gwangju. Bagaimana cara kalian membunuhnya?"

Batin Kim Dae Shik tersentak. Dari ucapan Kihyeon, ia mengerti bahwa kedatangan Kihyeon ke sana adalah untuk membalaskan dendam atas kematian Hwang Kijeon tiga tahun yang lalu.

Menyadari hal itu, Kim Dae Shik pun masih sempat untuk tertawa.

"Kau datang untuk balas dendam? Lalu, kau akan membunuh kami semua? Kau akan membunuh semua perwira militer di Distrik 1?" Kim Dae Shik tertawa puas. "Jangan konyol, Bocah. Kau pikir siapa dirimu? Seorang Dewa?"

Kihyeon tampak tak terprovokasi sama sekali. Justru sikap pemuda itu semakin terlihat santai. Namun dalam waktu bersamaan pemuda itu jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan beberapa menit yang lalu.

Kihyeon menjauhkan ujung senapan miliknya dari leher Kim Dae Shik, seakan membiarkan pria itu tertawa dengan puas. Dan setelah tawa Kim Dae Shik berhenti, saat itulah dia kembali memimpin pembicaraan.

"Aku bukanlah seseorang yang mudah terobsesi dengan hal gila seperti itu. Aku tidak peduli dengan yang lainnya ... selama ini aku hanya melihat ke arah satu orang."

Garis senyum di wajah Kim Dae Shik menghilang.

Kihyeon kembali berucap, "kau ... mengaku lah. Tiga tahun yang lalu di perpustakaan kota Gwangju ... kau yang membunuh Hwang Kijeon."

Sudut bibir Kim Dae Shik tersungging. "Benar. Akulah yang membunuh Hwang Kijeon menggunakan tanganku sendiri, akulah yang menghancurkan kepala Hwang Kijeon menggunakan tanganku sendiri."

"Aku akan menganggap itu sebagai pengakuan dosa."

"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang? Kau pikir kakakmu akan kembali hidup setelah kau membunuhku?"

"Aku sudah mengatakan padamu bahwa aku tidak peduli dengan hal-hal konyol semacam itu. Aku datang karena kalian yang memanggilku."

"Cih! Kau pikir kau bisa melarikan diri setelah—"

Ucapan Kim Dae Shik terhenti ketika sebuah peluru bersarang di dalam kepala pria itu setelah Kihyeon mengambil kembali pistol yang sempat ia kembalikan san langsung mengeluarkan tembakan.

"Aku tidak peduli," gumam Kihyeon dan menyimpan kembali pistol miliknya.

Kim Dae Shik terkapar dengan kepala yang bersimbah darah. Dan Hwang Kihyeon telah mencapai tujuan selama tiga tahun terakhir. Yaitu mengirim pembunuh Hwang Kijeon ke neraka.

Kihyeon kemudian menjatuhkan satu lututnya pada tanah. Tangan kanannya yang terbebas terangkat dan mencengkram kepala Kim Dae Shik yang bersimbah darah. Dan saat itulah butiran salju turun dari langit.

"Pergilah ke neraka dan jangan pernah muncul di hadapan kakakku," gumam Kihyeon, mengangkat tangannya yang bersimbah darah.

Kihyeon bangkit, melangkahi jasad Kim Dae Shik dan melompat ke bagian depan bada mobil. Kihyeon mendekati kaca bagian depan dan berjongkok di sana.

Dengan tangan yang bersimbah darah, Kihyeon menuliskan sesuatu pada kaca mobil dengan raut wajah yang tampak tenang dan tatapan lembut yang terlihat begitu damai.

"Sebelum musim dingin berakhir, cobalah temukan aku ... kau akan mati jika memanggil namaku. Jangan pernah mencariku, Sampah!"

Kihyeon beranjak berdiri setelah menuliskan pesan menggunakan darah Kim Dae Shik. Kihyeon kemudian melompat turun. Menjatuhkan pandangannya pada jasad Kim Dae Shik, memandang tanpa ada perasaan apapun ketika tatapan mata itu berubah menjadi teduh seakan yang baru saja ia lakukan bukanlah sebuah dosa.

Kihyeon mendorong kepala Kim Dae Shik hingga menghadap ke sisi lain. Dan seulas senyum tipis terlihat di wajah tenang Kihyeon.

"Ini sangat lucu," gumam pemuda itu.

Kihyeon melucuti bagian atas seragam militer milik Kim Dae Shik dan kemudian meninggalkan tempat itu, membawa seragam militer yang terkotori oleh darah sang pemilik. Dalam perjalanannya, pemuda itu merapatkan kain yang melingkari lehernya ketika salju turun semakin lebat seakan-akan ingin mengubur kejahatan yang baru saja dilakukan oleh pemuda itu.

Di musim dingin, salju putih yang telah menyentuh tanah itu berubah warna menjadi merah. Membekukan darah yang menyentuh tanah dan mengubur kejahatan dari seorang pemuda yang kini berjalan di antara ribuan salju yang turun dari langit.

Dendam Hwang Kihyeon berakhir. Lalu bisakah ia kembali kepada keluarganya sekarang? Akankah ia menepati janji yang sudah ia buat untuk Han Min Hyeok?

Benarkah pembalasan dendam Hwang Kihyeon hanya selesai sampai di sana?

DISTRICT 9 : FLOWER OF EVIL






Mulai dari sini, DISTRICT 9 NEW VERSION hanya bisa kalian baca di INNOVEL karena book ini sudah mendapatkan rumah di sana.

Sejauh ini, bagaimana tanggapan kalian tentang versi terbaru ini?

Jika kalian sudah membaca versi pertama yang sudah berganti judul menjadi FLOWER OF EVIL, menurut kalian lebih menarik mana antara versi satu dengan versi dua?

Apapun itu, saya harap kalian bisa menikmati membaca cerita ini. Dan terima kasih atas dukungan yang selalu kalian berikan.

Mulai tanggal 1 Mei, District 9 akan memiliki jadwal tetap up selama sebulan penuh.

Jadi silahkan mampir ke akun saya di sebelah dan saksikan kelanjutan kisah mereka di sana.

Akun : Secrettown Official.

Judul : DISTRICT 9 : 1979.

Jadwal : Setiap hari pukul 9 pagi.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro