Chapter 17
Pagi itu rumor tentang penyerangan perwira militer di Distrik 9 telah menyebar sampai ke luar distrik. Son Geun Woo memasuki ruang kerja Sejin dengan wajah yang tampak panik.
"Sejin, kau sudah mendengarnya?" tegur Geun Woo yang langsung menghampiri Sejin yang tengah mengurus sesuatu di meja kerjanya.
Sejin yang belum mendengar berita itu menyahut dengan tenang, "berita apa yang Kak Geun Woo maksud?"
"Seseorang menyerang perwira militer yang datang ke Distrik 9."
Pergerakan Sejin langsung terhenti. Pria itu lantas mengangkat wajahnya dan memandang Geun Woo dengan tatapan tak percaya.
Melihat reaksi Sejin, Geun Woo berucap dengan penuh keyakinan. "Itu benar, aku tidak mengatakan omong kosong. Perwira militer yang kita tunggu semalam tidak datang karena hal itu."
Garis wajah Sejin terlihat kaku, tampak terganggu dengan kabar yang dibawa oleh Geun Woo. Dan saat itu Jang Hyun Jae memasuki ruangan. Membawa tatapan bertanya ketika melihat kedua orang di sana tampak berbicara dengan serius.
Hyun Jae kemudian menegur, "ada apa? Apa terjadi sesuatu?"
"Kau juga belum mendengarnya?" tegur Geun Woo.
"Tentang apa?" Hyun Jae sama seperti Sejin, belum mendengar berita mengejutkan itu.
"Terjadi penyerangan para perwira militer yang datang ke Distrik 9."
"Apa?" dahi Hyun Jae mengernyit. "Bagaimana bisa? Di Distrik 9?"
Geun Woo mengangguk.
Sejin menengahi, "tolong ceritakan kejadian yang sebenarnya."
"Semalam, sosok misterius melukai salah satu perwira militer yang tengah dalam perjalanan kemari. Dan serangan itu dilakukan dari jarak jauh."
Sejin dan Hyun Jae menunjukkan reaksi yang sama. Merasa ucapan Geun Woo tidak masuk akal jika pelaku adalah orang dari Distrik 9, terlebih lagi penduduk lokal.
Hyun Jae menyahut, "maksudmu pelaku menggunakan senapan untuk menembak jarak jauh?"
Geun Woo mengangguk. "Itulah yang mereka katakan."
Sejin menimpali, "tidak masuk akal jika itu benar-benar terjadi di Distrik 9. Tidak ada yang memiliki senjata api kecuali pihak berwenang. Dan bahkan polisi pun tidak memiliki senjata yang bisa digunakan untuk serangan jarak jauh."
Ketiganya dibuat bimbang. Dan saat itu Hyun Jae berbicara, "persiapkan diri kalian."
"Apa maksudmu?" tegur Geun Woo.
"Perwira itu terluka di Distrik 9. Pihak militer Distrik 1 tidak akan tinggal diam. Cepat atau lambat mereka pasti akan datang kemari untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."
"Bukan warga biasa yang melakukannya," Sejin menyahut. "Tidak ada yang memiliki senjata itu kecuali anggota militer."
Sejin mengarahkan pandangannya pada Geun Woo dan menegur, "kak Geun Woo."
"Kenapa?"
"Segera kirimkan surat ke Camp militer Distrik 1. Katakan situasi yang terjadi dan juga ... katakan pada mereka bahwa kita menolak kunjungan."
"Hwang Sejin," Hyun Jae menunjukkan penolakannya. "Kau tahu apa artinya jika kau melakukan hal ini?"
Sejin menyahut, "alih-alih membiarkan mereka datang kemari, aku lebih senang jika aku yang datang ke sana. Katakan itu pada mereka ... jika mereka menginginkan pertemuan, kita akan melakukannya di tempat lain kecuali Distrik 9."
Geun Woo bertukar pandang dengan Hyun Jae. Namun Geun Woo tak memiliki niatan untuk menentang ucapan Sejin karena apa yang dikatakan Sejin ada baiknya. Sekali saja mereka mengizinkan para militer itu memasuki wilayah mereka dengan bebas, maka setelahnya Distrik 9 akan menjadi wilayah yang terbuka untuk pihak militer.
DISTRICT 9 : FLOWER OF EVIL
Seo Hye membuka jendela kamarnya, namun saat itu perhatiannya teralihkan oleh sesuatu yang menggantung pada bagian luar jendelanya. Seo Hye mengambilnya, sebuah kalung yang lantas membuat gadis itu sangat terkejut ketika ia menyadari bahwa ia telah kehilangan kalung itu tiga tahun yang lalu.
Sebuah kalung yang ia berikan pada Kihyeon tiga tahun yang lalu telah kembali padanya. Seo Hye memandang sekitar, namun tak menemukan siapapun. Dilihat dari kalung yang terasa sangat dingin itu, Seo Hye menduga bahwa kalung itu ditaruh di sana dalam waktu yang cukup lama.
"Kenapa kau tidak menemuiku?" gumam Seo Hye.
Kalung itu telah kembali padanya, namun tidak dengan Kihyeon. Seo Hye kemudian meninggalkan kamarnya. Keluar dari rumah, Seo Hye memperhatikan rumah Kihyeon dari halaman rumahnya karena berpikir bahwa Kihyeon sudah pulang.
Dan saat itu Seo Hye melihat ibunya keluar dari rumah Kihyeon. Seo Hye pun segera menghampiri ibunya ketika wanita itu memasuki halaman rumah.
"Apa yang Ibu lakukan pagi-pagi di rumah bibi Seung Hwa?"
"Ada sedikit keperluan, ada apa? Tumben sekali kau bertanya."
Seo Hye terlihat ragu sebelum melontarkan pertanyaan dengan hati-hati, "apakah Ibu bertemu dengan Kihyeon?"
Dahi ibu Seo Hye mengernyit. "Apa yang sedang kau bicarakan? Kihyeon dan Chang Kyun sudah menghilang sejak tiga tahun yang lalu, kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?"
Seo Hye tertegun dan terlihat bingung. "Ibu tidak melihat Kihyeon?"
"Anak ini ... berhenti membicarakan Kihyeon. Kau hanya membuat bibi Seung Hwa sedih. Dia sudah kehilangan kedua putranya, jangan mengungkitnya lagi." Ibu Seo Hye berbicara sedikit ketus.
Ibu Seo Hye lantas memasuki rumah, meninggalkan Seo Hye yang masih tampak bingung. Seo Hye memandang rumah Kihyeon dan kembali memandang kalung di tangannya. Jika Kihyeon belum kembali, lalu siapa yang mengembalikan kalung itu padanya?
Seo Hye memerlukan kepastian sekarang. Namun dari mana dia mendapatkan kepastian jika bahkan keluarga Kihyeon sendiri pun tidak tahu jika pemuda itu telah kembali ke distrik.
"Di mana kau sebenarnya, Hwang Kihyeon?" gumam Seo Hye, menggenggam kalung di tangannya seperti ia menggenggam kepercayaannya terhadap Kihyeon selama ini.
DISTRICT 9 : FLOWER OF EVIL
Menjelang siang hari, para pemuda Distrik 9 itu berkumpul di sebuah kedai yang memang sering mereka kunjungi. Joo Heon yang baru saja datang pun dengan seenaknya duduk di antara Min Hyeok dan Hyung Won, membuat Hyung Won harus bergeser setelah memukul pemuda bermata sipit itu.
"Wahh ... ini adalah tempat terbaik untuk duduk," ucap Joo Heon dengan cara yang berlebihan.
Min Hyeok mengambil sendok di atas meja dan menggunakan untuk memukul kepala Joo Heon dan membuat pemuda itu mengaduh.
"Lagi, lagi, lagi. Kenapa kau selalu berisik setiap kali datang?" protes Min Hyeok, bertindak seperti orang kesal.
Begitulah Han Min Hyeok, dia akan bersikap sewajarnya jika tengah berkumpul bersama rekan-rekannya. Namun ia akan menjadi orang yang asing ketika hanya bersama dengan Hyung Won. Karena dia tidak bisa bersandiwara di hadapan Hyung Won.
Joo Heon kemudian membela diri, "eih ... jika aku diam saja, bukankah kalian akan khawatir? Kalian akan bertanya-tanya, ada apa? Kenapa? Apakah kau sakit? Kenapa kau tiba-tiba diam?"
"Tidak," sahut Hoseok yang seketika membuat Joo Heon tertegun, memandang dengan wajah bodohnya.
"Tidak?" Joo Heon memastikan.
Hoseok menjawab dengan lebih bersemangat, "tidak ... aku bilang tidak. Kau tidak mengerti?"
Joo Heon menatap jengah dan bergumam, "kalian selalu saja merusak suasana hatiku."
"Aku merasa baru saja mendengar suara lebah," Hyun Woo menyahut dengan seulas senyum lebar.
"Kak Son sepertinya bahagia sekali," sahut Joo Heon yang kemudian tertawa ringan.
Sementara yang lain hanya tersenyum tak percaya, termasuk dengan Hyung Won. Meski hanya sebatas seulas senyum tipis, setidaknya pemuda itu terlihat lebih manusiawi jika bersama rekan-rekannya.
Joo Heon kemudian berucap dengan lantang, "Bibi, tolong kuatkan satu untukku juga."
"Kau tidak masalah makan di sini?" tegur Hoseok.
"Memangnya kenapa?"
"Kau tidak takut dimarahi bibi Soo Dam?"
Joo Heon tersenyum lebar. "Eih ... aku hanya ingin makan, kenapa Kak Kang mengatakan hal yang buruk?"
"Bibi Soo Dam pasti akan mengatakan, 'dasar anak tidak tahu diri! Kau pikir aku tidak bisa memberimu makan? Mulai sekarang jangan makan di rumah'."
Min Hyeok menirukan bagaimana cara ibu Joo Heon memarahi pemuda itu yang lantas mengundang tawa di meja itu. Namun pemuda bermata sipit itu justru terlihat kesal.
"Ya! Ya! Ya! Berhenti membicarakan nona Soo Dam-ku. Jika dia mendengar, kalian akan menyesali hidup kalian." Joo Heon menghentikan topik pembicaraan mereka yang menyudutkannya.
Mereka pun makan sembari berbincang-bincang di sana, seperti itulah yang mereka lakukan ketika berkumpul. Selalu ada pembahasan di setiap pertemuan mereka. Dan jika sudah begitu, mereka akan menghabiskan cukup banyak waktu di sana.
Di tengah acara makan Hoseok membawa pembicaraan serius di antara mereka, "bagaimana menurut kalian?"
Semua orang memandang, namun tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Hoseok.
Hyeon Woo kemudian menegur, "apa yang sedang kau bicarakan?"
"Semalam, tentang perwira yang diserang di Distrik 9. Bagaimana menurut kalian?"
Joo Heon langsung menyahut, "ah ... aku juga mendengarnya. Tapi bukankah itu terdengar seperti seseorang sedang membual? Siapa di sini yang memiliki senapan selain perwira militer? Aku rasa mereka sedang berhalusinasi."
Berbeda dengan yang lainnya yang masih tetap melanjutkan makan mereka. Min Hyeok dan Hyung Won justru berhenti sejenak. Hyung Won mengarahkan pandangannya pada Min Hyeok, dan Min Hyeok yang merasa diperhatikan pun balik memandang Hyung Won.
"Bukan aku," celetuk Min Hyeok yang lantas menarik perhatian ketiga rekan mereka.
"Apa yang Kak Han bicarakan?" tegur Joo Heon.
Min Hyeok sedikit mencondongkan tubuhnya untuk bisa melihat Hyung Won yang terhalang oleh Joo Heon.
Min Hyeok kembali menyangkal, "bukan aku. Aku mengatakan yang sebenarnya. Jangan berpikir bahwa aku yang sudah melakukannya."
Joo Heon memandang kedua orang di sampingnya secara bergantian dan bergumam, "kalian menyembunyikan sesuatu dari kami?"
Hyung Won menjawab dengan acuh seperti biasa, "semalam Kak Han pulang membawa senapan."
"Apa?" seru Joo Heon, mewakilkan rasa terkejut dari kedua rekannya. "Han Min Hyeok! Sungguh?"
Min Hyeok terlihat sedikit kesal dan kehilangan selera makan. "Bukan, harus berapa kali aku katakan? Bukan aku yang melakukan."
"Lalu dari mana kau mendapatkan benda itu?" Hyeon Woo menengahi.
"Seorang perwira militer meninggalkannya di tengah jalan, jadi aku membawanya pulang."
"Kak Han sungguh tidak terlibat?" Joo Heon tampaknya belum puas dengan klarifikasi Min Hyeok.
"Bukan. Kenapa? Kau ingin aku menjadi tersangka?" ketus Min Hyeok.
"Eih ... mana mungkin aku memiliki pemikiran seperti itu. Aku hanya sedang mengkhawatirkanmu. Bagaimanapun juga kau bisa menjadi tersangka jika ada mengatakan bahwa kau membawa pulang senapan."
Hoseok menengahi, "tapi bukankah sangat aneh? Kenapa terjadi di Distrik 9? Lagi pula kenapa perwira itu datang ke Distrik 9?"
Hyeon Woo menimpali, "aku dengar dari ayahku bahwa semalam seharusnya mereka datang ke kantor Kepala Distrik."
"Tapi kenapa orang misterius itu melukai perwira militer yang sedang melakukan perjalanan?" gumam Joo Heon, memicu kecurigaan semua orang hingga pada akhirnya Min Hyeon menyerah dan membuat pengakuan.
"Aku."
Semua pasang mata tertuju pada Min Hyeok yang terlihat lebih tenang. Dan itu artinya ada hal serius yang harus mereka bicarakan.
"Apa yang ingin kau katakan?" tegur Hyeon Woo.
"Orang itu melakukannya karena aku, atau mungkin memiliki tujuan lain."
"Kau mengetahui sesuatu?" tanya Hyeon Woo lagi.
"Perwira yang dikabarkan terluka, mereka menghadangku saat aku dalam perjalanan pulang semalam."
"Heol!" Joo Heon tertegun dan memandang sekitar guna memastikan bahwa keadaan aman untuk berbicara. Secara refleks Joo Heon menekankan suaranya.
"Kenapa Kakak tidak mengatakannya sejak awal?"
"Aku tidak ingin terlibat, tapi kalian terus saja membicarakannya."
Hyeon Woo menengahi, "jadi kau ada di sana saat insiden penembakan terjadi?"
Min Hyeok mengangguk.
"Ceritakan apa yang terjadi semalam," sahut Hoseok dan semuanya fokus pada apa yang akan diucapkan oleh Min Hyeok.
"Aku hampir terlibat masalah dengan perwira militer itu. Saat aku ingin pergi, perwira itu hendak menembakku menggunakan senapan. Tapi bertepatan saat perwira itu ingin menembakku, sebuah peluru dari arah lain datang mengenai lengan perwira itu."
"Tepat sebelum perwira itu akan menembak Kak Han?" Joo Heon mencoba mencari keyakinan.
"Benar. Aku ingin menganggap itu sebagai kebetulan, tapi waktunya terlalu tepat untuk dikatakan sebagai sebuah kebetulan."
"Jadi kau berpikir bahwa orang itu sengaja menembak perwira itu karena perwira itu ingin menyerangmu?" tanya Hoseok dengan penuh pertimbangan.
"Itu sedikit tidak masuk akal. Tapi aku berada di sana cukup lama. Jika sejak awal orang asing itu memang mengincar salah satu dari perwira itu, kenapa dia tidak langsung menembaknya saat kami sedang berbicara?"
"Seseorang yang kita kenal?" celetuk Hyung Won.
Joo Heon tersenyum tak percaya dan lantas menyangkal, "ah ... tidak mungkin. Mana ada yang seperti itu? Siapa di antara orang yang kita kenal bisa menggunakan senapan dan menembak orang dari jarak jauh?"
Hyeon Woo menyahut, "Joo Heon ada benarnya, tapi orang itu juga cukup mencurigakan. Jika orang itu mengincar perwira itu sejak awal, harusnya dia mengenai sasarannya dengan tepat. Tapi perwira itu hanya terluka di bagian lengan."
"Tembakan peringatan," celetuk Hyung Won kembali dan kali ini terdengar lebih masuk akal bagi rekan-rekannya.
Hoseok menyahut, "dia mencoba memberikan peringatan pada perwira itu."
"Atau mungkin dia tidak ingin membunuh perwira itu di sini. Di Distrik 9," sahut Hyung Won.
Semua orang tampak sibuk dengan pemikiran masing-masing. Hingga Joo Heon kembali menjadi pemecah keheningan ketika ia kembali memandang Min Hyeok dan melontarkan sebuah pertanyaan.
"Kak Han tidak melihat wajah orang itu?"
"Jaraknya terlalu jauh dan juga gelap."
"Kalau begitu siapa orang ini? Kenapa dia ada di Distrik 9? Kenapa dia tidak membunuh perwira itu? Apa tujuannya yang sebenarnya?"
Rentetan pertanyaan Joo Heon tak mampu dijawab oleh siapapun. Sosok misterius yang alih-alih membunuh, justru hanya melepaskan sebuah tembakan peringatan.
"Deklarasi perang," lagi-lagi Hyung Won memberikan pernyataan yang cukup mengejutkan.
"Apa yang kau bicarakan?" tegur Joo Heon.
"Seseorang mungkin sedang mendeklarasikan perang."
"Untuk apa dan siapa?"
"Untuk tujuan, tidak ada yang tahu kecuali orang itu sendiri. Tapi ... sepertinya dia mengincar para perwira militer."
"Luar biasa ... itu terdengar keren," Joo Heon terkagum-kagum namun justru terlihat seperti tengah meremehkan ucapan Hyung Won.
Joo Heon kemudian berucap, "akan lebih mengejutkan lagi jika ternyata orang itu adalah perwira militer. Itu akan menjadi kabar yang menyenangkan bagiku."
"Bagaimana jika kita mengenalnya?"
Semua pasang mata tertuju pada Hyeon Woo, namun pandangan Hyeon Woo justru mengarah pada Min Hyeok yang tampak tengah menyembunyikan sesuatu.
"Atau mungkin ... orang yang mengenal kita dengan sangat baik. Sangat-sangat baik ..."
"Siapa? Orang itu ..."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro