Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 13

Pagi itu Min Hyeok mendatangi kelas Chang Kyun karena tidak melihat Kihyeon sejak pagi. Namun bukan hanya Kihyeon, Min Hyeok pun belum bertemu dengan Chang Kyun hari itu. Min Hyeok memperhatikan setiap wajah yang berada di ruang kelas dan tak mendapati Chang Kyun.

"Senior di sini?" tegur teman sekelas Chang Kyun.

"Oh! Cha Saeho, kau tahu di mana Chang Kyun?"

Pemuda bernama Cha Saeho itu menggeleng. "Aku belum melihatnya hari ini. Sepertinya dia tidak datang."

Dahi Min Hyeok sedikit mengernyit. "Ya sudah, terima kasih."

Min Hyeok lantas meninggalkan tempat itu dan memutuskan untuk menghampiri rekan-rekannya. Masih berada di lantai yang sama, Min Hyeok melangkah menuju kelas Hyung Won dan Joo Heon, yang kebetulan keduanya berada di kelas yang sama.

Belum sampai di kelas keduanya, Joo Heon dan Hyung Won meninggalkan kelas. Dan Joo Heon yang menyadari keberadaan Min Hyeok lantas menegur lebih dulu.

"Yo ... Kak Han, apa yang membawamu datang kemari?"

Langkah ketiganya terhenti ketika mereka saling berhadapan. Dan Hyung Won bisa menyadari kekhawatiran di garis wajah Min Hyeok.

Hyung Won kemudian menegur, "apa ada sesuatu yang terjadi?"

Joo Heon tertegun dan sempat memandang Hyung Won. "Ada apa? Apakah sudah terjadi sesuatu?"

"Kihyeon dan Chang Kyun tidak datang ke sekolah."

Dahi Joo Heon segera mengernyit dan membuatnya matanya sontak menyipit. "Kenapa? Kenapa dua-duanya tidak datang?"

Min Hyeok menatap jengah. "Jika aku tahu, aku tidak akan datang kemari."

Hyung Won menengahi, "ujian sudah selesai, mungkin mereka memilih untuk menetap di rumah."

"Eih ... mana mungkin. Kak Hwang dan anak itu, dua-duanya gila belajar. Mana mungkin mereka tidak pergi ke sekolah hanya karena alasan sepele," Joo Heon menyangkal dugaan Hyung Won yang terlalu sederhana.

Joo Heon kemudian menegur Min Hyeok, "Kakak sudah memeriksa di perpustakaan?"

"Bukan hanya perpustakaan. Aku sudah mencari ke semua tempat. Sepertinya mereka benar-benar tidak datang."

Hyung Won yang sedari tadi memperhatikan Min Hyeok merasa terganggu dengan kekhawatiran yang terlihat di wajah Min Hyeok.

Hyung Won kemudian menegur, "apakah terjadi sesuatu yang tidak Kakak ceritakan pada kami sebelumnya?"

Min Hyeok tertegun memandang Hyung Won. Sementara Joo Heon memandang Min Hyeok dengan tatapan bertanya. Dan reaksi yang ditunjukkan Min Hyeok menegaskan bahwa dia tengah menyembunyikan sesuatu dari rekan-rekannya.

Joo Heon lantas mengeluh, "eih ... bagaimana bisa kalian menyimpan rahasia dari kami?"

Joo Heon lantas meraih lengan Min Hyeok dan membawa pemuda itu pergi dengan paksa. Sementara Hyung Won menyusul dengan langkah santai. Dalam perjalanan, mereka memanggil Hyun Woo serta Hoseok untuk bergabung dengan mereka. Dan pada akhirnya mereka kembali berkumpul di halaman belakang, menjadikan Han Min Hyeok sebagai tersangka yang siap untuk diadili. Namun Hyun Woo dan Hoseok yang tidak tahu apa yang sedang terjadi, terlihat bingung.

Hoseok kemudian menegur, "ada apa? Kenapa kalian terlihat aneh?"

Tatapan sinis Joo Heon mengarah pada Min Hyeok yang bersandar pada dinding.

Joo Heon lantas berucap dengan sinis, "ada yang sedang berusaha menipu kita."

"Apa yang sedang kau bicarakan?" Min Hyeok menyahut, tak terima dengan ucapan Joo Heon.

Hyun Woo kemudian menengahi, "apa yang terjadi?"

Joo Heon menjawab, "kak Hwang dan Chang Kyun tidak datang ke sekolah."

"Kenapa? Kemarin mereka juga meninggalkan sekolah lebih awal," heran Hoseok.

"Siapa yang lebih mengerti Hwang Kihyeon lebih dari seorang Han Min Hyeok?" kalimat provokasi itu keluar dari mulut Joo Heon.

Min Hyeok menatap kesal sebelum akhirnya menendang kaki Joo Heon yang lantas sedikit merintih.

"Kau tahu sesuatu, Min Hyeok?" tegur Hyun Woo.

Min Hyeok kemudian memberikan klarifikasi agar tidak menjadi pihak yang dipojokkan ketika ia tidak tahu alasan ketidakhadiran Kihyeon serta Chang Kyun di sana.

"Kemarin Kihyeon dan Chang Kyun pergi ke Gwangju untuk mengambil barang-barang kak Kijeon. Tapi sepertinya paman Sejin memarahi Kihyeon ... aku tidak tahu apapun tentang hal itu. Kemarin saat Kihyeon dalam perjalanan pulang, dia mengatakan bahwa akan memberitahuku hari ini."

Hoseok menyahut penuh pertimbangan, "mungkin Kihyeon sedang bertengkar dengan paman Sejin, itulah sebabnya dia tidak datang ke sekolah."

"Jika memang benar, lalu kenapa Chang Kyun juga tidak datang?" timpal Hyun Woo.

Joo Heon menatap Min Hyeok penuh selidik. "Kak Han yakin tidak terjadi apapun sebelumnya?"

Min Hyeok terlihat ragu, dan hal itu berhasil menarik perhatian semua orang.

Min Hyeok kemudian kembali berbicara, "aku tidak yakin apakah ini ada hubungannya atau tidak."

"Tentang apa?" tanya Hyun Woo.

"Sebelumnya aku memberitahukan pada Kihyeon bahwa ada kemungkinan kematian putra dari Ketua Distrik 4 adalah sebuah kesengajaan."

Semua orang terkejut, tak terkecuali Hyung Won yang sedari tadi hanya menjadi pendengar.

"Apa yang kau bicarakan?" tegur Hyun Woo, tampak tak percaya.

Min Hyeok menyahut, "ini hanyalah berita simpang siur. Aku mendengar Ketua Distrik 4 mendatangi Camp militer Distrik 1 setelah kematian putranya. Aku juga mendengar rumor bahwa dalang di balik kematian dua putra Ketua Distrik adalah militer Distrik 1."

Suasana tiba-tiba menjadi serius. Mereka tak ingin mempercayai hal itu, namun juga sangat sulit untuk menyangkalnya.

Hyung Won pada akhirnya berbicara, "Maksud Kak Han, Distrik 1 juga terlibat dalam kematian kak Kijeon?"

Semua orang terperangah dan langsung memandang Hyung Won.

Min Hyeok kemudian menyahut, "aku tidak mengatakan hal itu. Aku bahkan tidak pernah memikirkan hal itu. Kenapa kau bisa memikirkan hal seperti itu?"

Hyung Won tak menjawab karena dia hanya menyimpulkan dari apa yang ia dengar.

Hoseok kemudian menyahut, "bukankah itu kemungkinan yang masuk akal?"

"Apa maksudmu?" tegur Hyun Woo.

"Jika militer Distrik 1 membunuh putra dari kedua Ketua Distrik, tidak menutup kemungkinan bahwa mereka juga mengambil peran atas terbunuhnya kak Kijeon mengingat bahwa kak Kijeon adalah putra dari Ketua Distrik 9."

"T-tunggu sebentar," Joo Heon menengahi, masih terlalu berat untuk menerima teori dari rekan-rekannya. "Kenapa masalahnya menjadi serius seperti ini?"

Hyung Won menyahut, "terjadi kerusuhan di Gwangju pada hari kak Kijeon tewas. Saksi mengatakan bahwa kak Kijeon tidak sengaja terkena tembakan peringatan yang diarahkan kepada kelompok mahasiswa."

"Tapi aku dengar wajah kak Kijeon tidak bisa dikenali lagi," Joo Heon menyela.

Min Hyeok menjatuhkan pandangannya dan bergumam, "kita akan tahu apa yang terjadi setelah bertemu dengan Kihyeon."

"Benar. Akan lebih mudah mendengarnya langsung dari Kihyeon," sahut Hoseok.

Min Hyeok mengangkat wajahnya dan kembali memandang rekan-rekannya.

"Sepulang sekolah, kita bertemu di Bukit Terlarang. Aku akan membawa Kihyeon ke sana."

Menjadi keputusan akhir sebelum mereka membubarkan diri. Dan setelah mengakhiri aktivitas mereka di sekolah. Bukannya pulang ke rumah masing-masing, mereka justru pergi ke Bukit Terlarang sesuai kesepakatan awal.

Namun Min Hyeok harus memastikan keberadaan Kihyeon dan juga Chang Kyun terlebih dulu. Min Hyeok pergi ke rumah Kihyeon dan mendapatkan sambutan yang cukup canggung dari Seung Hwa.

"Min Hyeok, kau di sini? Ada perlu apa?"

Min Hyeok merasa asing dengan senyum canggung wanita itu. Namun pemuda itu berusaha untuk tetap terlihat ramah.

"Apa kabar, Bibi? Aku datang kemari untuk bertemu dengan Kihyeon. Hari ini dia tidak pergi ke sekolah."

"Begini ..." Seung Hwa terlihat ragu. "Kihyeon dan Chang Kyun tidak ada di rumah."

"Di mana mereka sekarang?"

"Bibi tidak bisa memberitahukan padamu. Tapi ... mulai sekarang, tolong jangan mencari Kihyeon lagi."

Dahi Min Hyeok mengernyit. "Apa maksud Bibi?"

"Kihyeon dan Chang Kyun sudah tidak tinggal lagi di distrik. Bibi mohon jangan mencari tahu keberadaan mereka. Dengan begitu mereka akan tetap baik-baik saja."

Seung Hwa kemudian mengakhiri pembicaraan. Menutup pintu dan menolak untuk mendengarkan pertanyaan Min Hyeok lebih dari itu. Sementara itu Min Hyeok meninggalkan halaman rumah Kihyeon dengan membawa rasa tak percayanya.

"Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Ke mana dia pergi?" gumam Min Hyeok.

"Han Min Hyeok."

Langkah Min Hyeok terhenti oleh sebuah teguran yang datang dari balik punggungnya. Min Hyeok berbalik dan menemukan Seo Hye berjalan menghampirinya.

"Ada apa?" tegur Min Hyeok ketika Seo Hye sudah berdiri di hadapannya.

Seo Hye memberikan sepotong kertas yang terlipat pemberian Kihyeon pada Min Hyeok. Dan Min Hyeok menerimanya dengan tatapan bertanya.

"Apa ini?"

"Kihyeon menitipkannya padaku. Aku pergi dulu."

Seo Hye segera berpamitan. Namun saat itu Min Hyeok segera mencegah gadis muda itu.

"Tunggu sebentar."

Langkah Seo Hye terhenti dan Min Hyeok mendatangi gadis muda itu. Dengan penuh selidik Min Hyeok mencoba mencari informasi tentang keberadaan Kihyeon dari gadis muda itu.

"Kau tahu ke mana Kihyeon pergi?"

Seo Hye menggeleng.

"Kalau begitu," Min Hyeok mengangkat kertas yang terlipat di tangannya. "Dari mana kau mendapatkan ini? Kau pasti bertemu dengan Kihyeon sebelumnya."

"Kihyeon menemuiku hanya untuk menitipkan surat itu padamu. Dia tidak mengatakan apapun meski aku bertanya."

"Kapan? Kapan kau bertemu dengannya."

"Subuh tadi. Dia pergi menggunakan mobil ... aku pergi dulu."

Kali ini Seo Hye benar-benar pergi. Dan Min Hyeok hanya bisa membiarkan gadis muda itu pergi. Min Hyeok kemudian bergegas menghampiri rekan-rekannya di Bukit Terlarang. Dan ketika ia sampai di sana, semua pasang mata tertuju pada balik punggung Min Hyeok. Dengan harapan yang sama bahwa akan ada seseorang yang berjalan di balik punggung Min Hyeok. Namun hal itu tak terjadi bahkan sampai Min Hyeok berdiri di hadapan mereka.

Hyun Woo menegur, "Kihyeon tidak ikut bersamamu?"

Min Hyeok menyahut dengan raut wajah yang sulit untuk dijelaskan, "dia tidak akan pernah datang lagi."

Semua orang saling bertukar pandang. Dan Hoseok lantas menegur, "apa maksudmu?"

"Kihyeon dan Chang Kyun sudah meninggalkan distrik."

Semua orang terkejut. Joo Heon berucap tak percaya, "tunggu sebentar. Ada apa ini? Kenapa mereka tiba-tiba pergi tanpa mengucapkan apapun pada kita?"

"Bukankah sudah jelas?" Hyung Won menyahut. "Mereka merahasiakan sesuatu dari kita."

Semua orang terlihat resah. Memikirkan alasan yang masuk akal atas kepergian Kihyeon yang terkesan sebagai sebuah pelarian. Namun tak ada jawaban yang pasti atas pertanyaan itu.

Hyun Woo menegur Min Hyeok, "kapan mereka pergi?"

"Subuh tadi. Mereka pergi menggunakan mobil."

Mendengar hal itu, netra Joo Heon memicing. Seketika ia teringat akan apa yang ia jumpai subuh tadi saat ia keluar dari rumah.

Joo Heon kemudian berucap, "mereka pergi saat subuh?"

"Benar."

"Dengan sebuah mobil?"

"Ada apa?" tegur Hoseok.

"Subuh tadi aku melihat mobil milik paman Geun Woo melintas di depan rumahku."

Semua pandangan lantas mengarah pada Hyun Woo yang juga tampak kebingungan.

Hyun Woo kemudian berucap, "ayahku?"

Joo Heon mengangguk. "Aku melihatnya dengan jelas bahwa itu adalah mobil paman Geun Woo."

Hyun Woo tampak mempertimbangkan sesuatu sebelum bergumam, "pagi ini aku tidak bertemu dengan ayahku."

Hoseok menyahut, "kemungkinan besar Kihyeon dan Chang Kyun pergi menggunakan mobil paman Geun Woo."

"Itu berarti paman Geun Woo tahu ke mana Kihyeon dan Chang Kyun pergi," timpal Joo Heon.

"Aku akan menanyakan hal itu pada ayahku," ujar Hyun Woo yang lantas pergi lebih dulu, meninggalkan rekan-rekannya.






DISTRICT 9 : 1979





Saat sampai di rumah, Hyun Woo segera mencari ayahnya yang kebetulan baru saja kembali. Hyun Woo pun segera mendatangi sang ayah dengan tatapan menuntut.

"Ayah."

Geun Woo menatap penuh tanya ketika melihat sikap putranya.

"Kau baru pulang?"

"Ke mana Ayah mengantar Kihyeon dan Chang Kyun?" tanya Hyun Woo tanpa basa-basi.

Batin Geun Woo sempat tersentak, namun setelahnya ia mencoba untuk mengelak. "Apa yang sedang kau bicarakan?"

"Ada yang melihat Ayah meninggalkan distrik subuh tadi menggunakan mobil. Ke mana Ayah membawa mereka berdua."

Geun Woo menghela napas ketika tak lagi bisa mengelak dengan tuntutan dari putranya. Geun Woo kemudian menepuk satu bahu putranya dan mencoba memberikan pengertian.

"Dengarkan ayah baik-baik ... ini bukanlah sesuatu yang bisa ditanggung oleh Kihyeon. Dia harus meninggalkan distrik jika dia masih ingin hidup dengan normal."

"Apa yang sedang Ayah bicarakan?"

"Kau tidak perlu mengerti, tidak untuk sekarang. Kelak kau akan mengerti apa yang terjadi hari ini ... mulai sekarang lupakan Kihyeon, dia tidak akan pernah kembali ke tempat ini. Dan apapun yang terjadi, jangan berusaha mengingatkan siapapun tentang anak itu."

"Kenapa Ayah berbicara seperti itu? Apa yang sebenarnya telah terjadi?"

"Jangan bertanya dan jangan mencari tahu. Mulai hari ini satu hal yang harus kau ingat ... Hwang Kihyeon dari Distrik 9 sudah tidak ada, anggaplah bahwa dia sudah mati. Itu akan lebih mudah bagi kita."

Geun Woo menepuk bahu putranya beberapa kali sebelum meninggalkan putranya dalam ketertegunan. Sekeras apapun Hyun Woo mencoba untuk memahami ucapan ayahnya, pernyataannya itu justru semakin sulit untuk ia pahami.

Menganggap Kihyeon sudah mati, hal itu tentu saja tidak mungkin ia lakukan. Namun sekeras apapun ia menuntut, jawaban akan di mana keberadaan Kihyeon tak pernah ia temui. Dan mulai hari itu, tak ada satupun orang yang membicarakan Kihyeon secara terbuka. Orang-orang di Distrik 9 benar-benar menganggap bahwa Hwang Kihyeon, putra dari Ketua Distrik 9 telah tewas.

Tapi, diantara semua fakta itu. Satu orang tetap berpegang teguh pada kepercayaannya dan menunggu di tempat yang telah dijanjikan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro