Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 12

Hari telah berganti sejak dimulainya perhitungan yang baru. Subuh itu, Seo Hye terbangun karena suara yang berasal dari jendela kamarnya, seperti seseorang yang mengetuknya dari luar. Seo Hye bangkit dan mendekati jendela dengan perasaan waswas.

"Siapa di luar?" tegur Seo Hye.

"Ini aku," suara familiar dari luar menyahut.

Netra Seo Hye membulat ketika ia mengenali suara Kihyeon. Namun ada rasa tak percaya yang terlihat di garis wajah gadis muda itu. Untuk apa Kihyeon berada di sana.

Dengan hati-hati Seo Hye menegur, "Kihyeon?"

"Tolong buka jendelanya," Kihyeon kembali menyahut.

Dengan ragu Seo Hye membuka jendela, dan benar saja Kihyeon berdiri di luar. Seo Hye mendekat dan berbicara dengan suara yang lebih pelan.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Kihyeon terlihat ragu, namun juga tampak terburu-buru. Pada akhirnya dia harus menyelesaikan pertemuan itu dengan cepat.

"Dengarkan aku baik-baik ... aku harus meninggalkan distrik."

Seo Hye menatap penuh tanya. "Kenapa? Ke mana kau ingin pergi?"

"Aku tidak bisa memberitahumu. Tapi ... ini adalah satu-satunya yang bisa aku katakan padamu."

Kihyeon berhenti sejenak, tampak meyakinkan hatinya sendiri. Sementara Seo Hye menunggu dengan perasaan cemas yang tiba-tiba singgah di hatinya.

Kihyeon kemudian berucap, "aku menyukaimu, Kim Seo Hye."

Seo Hye tertegun, tak tahu harus bereaksi bagaimana.

Melihat hal itu, Kihyeon kembali berucap, "aku menyukaimu. Maka dari itu, aku memintamu untuk menungguku."

Seo Hye menyahut dengan gugup, "kenapa tiba-tiba?"

"Ini bukan perasaan yang datang hanya dalam satu malam. Aku menyukaimu jauh-jauh hari sebelum ini. Meski terdengar tidak masuk akal, aku sangat berharap bahwa kau mempercayainya."

"Bukan itu," Seo Hye menyela. "Kenapa kau baru mengatakannya ketika kau ingin pergi?"

Kali ini Kihyeon yang tertegun untuk beberapa saat. Harusnya ia menyadari bahwa tidak mudah bagi seseorang untuk menunggu. Dan tanpa sadar rasa kecewa itu terlihat dalam sorot matanya.

Bernada menyesal, Kihyeon berucap, "aku baru memiliki keberanian itu hari ini. Aku takut akan kehilanganmu. Maka dari itu ... maukah kau menungguku?"

Seo Hye tak langsung menjawab. Namun ketika ia berbicara, bukanlah jawaban yang keluar dari mulutnya melainkan pertanyaan balik.

"Berapa lama kau akan pergi?"

"Sangat lama, bahkan mungkin lebih lama dari yang aku pikirkan."

"Pergilah."

Ucapan lembut Seo Hye seakan terucap sebagai pemutus harapan Kihyeon. Pandangan Kihyeon sempat terjatuh dan seulas senyum miris sempat terlihat di wajahnya. Dia tidak pernah mengharapkan penolakan dari gadis yang ia sukai. Namun dia sadar bahwa dia memang kurang ajar. Menyuruh seorang gadis menunggunya di saat ia sendiri tidak tahu seberapa jauh ia akan pergi.

Tak memiliki banyak waktu tersisa, Kihyeon merogoh sakunya. Mengeluarkan sepotong kertas yang terlipat dan menyerahkannya pada Seo Hye.

"Ini yang terakhir aku meminta bantuanmu. Tolong sampaikan pesan ini pada Han Min Hyeok dan jangan biarkan siapapun menerimanya kecuali orang itu."

Seo Hye menerima surat yang diberikan oleh Kihyeon lalu berucap, "kembalilah."

Kihyeon tertegun. Dia baru saja jatuh dalam lubang kekecewaan, namun seakan ucapan Seo Hye kembali membawanya naik. Pandangan keduanya kembali dipertemukan, dan saat itu terlihat perasaan berat untuk melepaskan dalam sorot mata Seo Hye.

Gadis muda itu kembali berucap, "aku akan menunggu. Jadi sejauh apapun kau ingin pergi, kau harus tetap kembali karena aku menunggumu."

Kihyeon tersenyum, membawa sebuah harapan dalam sorot matanya. Seo Hye kemudian melepaskan kalung miliknya dan memberikannya pada Kihyeon.

"Kembalikan kalung ini padaku saat kau kembali."

Kihyeon sejenak memperhatikan kalung yang sudah berpindah tangan padanya.

"Kau yakin memberikan ini padaku?"

"Jangan menghilangkannya. Pastikan kau mengembalikan kalung itu padaku."

Kihyeon menggenggam kalung itu seakan benda itu adalah perasaan Seo Hye yang akan ikut pergi bersamanya.

"Jaga dirimu baik-baik ... maafkan aku."

Kalimat perpisahan terucap, Kihyeon meninggalkan Seo Hye dan menghilang dalam kegelapan. Meninggalkan kekhawatiran bagi gadis muda yang tetap memandang ke dalam kegelapan.

"Ke mana dia akan pergi? Berapa lama aku harus menunggu? Kenapa dia tidak bertanya padaku?"

Kalimat tanya yang membuat Seo Hye semakin khawatir. Apakah Kihyeon mencampakannya secara langsung setelah pemuda itu mengungkap perasaan padanya. Tapi kenapa Kihyeon meninggalkannya begitu saja seakan-akan perasaan itu hanyalah perasaan sepihak yang dimiliki oleh pemuda itu. Seo Hye juga ingin Kihyeon tahu bagaimana perasaannya. Namun hal itu tidak pernah terjadi karena kegelapan telah lebih dulu melenyapkan sosok pemuda itu dari pandangannya.

Kihyeon melompati pagar tembok rumah Seo Hye dan menghampiri sebuah mobil yang sudah terparkir di depan rumahnya. Memandang rumahnya untuk kali terakhir, Kihyeon melihat ibu serta ayahnya yang melihatnya dari jendela.

Tampak mempertimbangkan sesuatu dalam waktu yang singkat. Kihyeon kemudian menghadapkan diri ke arah kedua orang tuanya berada. Membungkuk dalam, Kihyeon menunjukkan rasa hormatnya kepada dua orang yang paling ia hormati.

Kembali menegakkan tubuhnya, seulas senyum Kihyeon berikan sebagai salam perpisahan.

"Berjanjilah bahwa kalian akan baik-baik saja setelah aku pergi," batin Kihyeon sebelum masuk ke mobil.

Menempati kursi penumpang bagian belakang, di sana Chang Kyun telah menunggunya bersama ayah Hyeon Woo yang berada di kursi kemudi.

Melihat Kihyeon sudah masuk, Geun Woo menegur, "kita pergi sekarang, pastikan tidak ada yang tertinggal."

Kihyeon mengarahkan pandangannya pada rumah Seo Hye ketika mobil mulai berjalan. Dan saat itu Seo Hye mengintip dari ruang tamu rumahnya ketika mendengar suara dari mesin mobil.

Pagi itu, sebelum garis cahaya di bagian timur terlihat, Hwang Kihyeon pergi ke pengasingan bersama Shin Chang Kyun. Menuju tempat yang tak mereka ketahui. Dan bahkan mereka tak bisa menebak kehidupan seperti apa yang akan mereka jalani setelah ini. Melarikan diri dari takdir yang buruk ketika mereka belum sampai pada usia di mana mereka bisa menanggung akibat dari apa yang akan mereka perbuat.

Joo Heon yang saat itu baru saja keluar dari rumahnya dengan mata yang masih setengah terbuka, berhenti sejenak ketika melihat sebuah mobil lewat depan rumahnya. Dahi pemuda itu mengernyit.

Dia lantas bergumam, "bukankah itu mobil paman Geun Woo? Sepagi ini mau ke mana dia?"

Bersikap acuh. Joo Heon melanjutkan langkahnya sembari mengusap selebar-lebarnya dan menggaruk wajahnya.

Sedangkan di dalam mobil itu, suasana tampak hening. Namun Geun Woo menyadari bahwa Kihyeon terlihat berat untuk meninggalkan distrik.

Ketika keluar dari Distrik 9, Geun Woo lantas memulai pembicaraan.

"Paman tahu ini mungkin berat untuk kalian. Tapi ... pikirkan baik-baik. Ada banyak hal menarik yang akan kalian temui di luar sana. Jangan khawatirkan apapun dan jalani hidup kalian dengan baik di sana."

Kihyeon menyahut, "berapa lama kami akan pergi?"

Geun Woo sekilas memandang dari spion, terlihat ragu untuk menjawab pertanyaan Kihyeon.

Kihyeon kemudian menegur, "ayahku pasti mengatakan sesuatu pada Paman. Paman bisa mengatakannya sekarang."

Geun Woo menghela napas singkat sebelum berucap, "mulailah hidup baru di sana, jangan pernah berpikir untuk kembali ke distrik. Itulah yang ingin dikatakan oleh ayahmu."

Kihyeon memalingkan wajahnya. Seulas senyum tersungging mengiringi gumamannya, "apa mereka telah membuangku."

Chang Kyun menjatuhkan pandangannya pada Kihyeon. Tak seperti Kihyeon yang merasa berat untuk meninggalkan kampung halaman, Chang Kyun justru merasa bersyukur. Seakan meninggalkan distrik sudah menjadi harapannya sejak lama. Jadi meski Kihyeon tidak memintanya untuk pergi bersama, Chang Kyun pasti akan mengajukan diri untuk ikut bersama Kihyeon.

Hari itu, dua pemuda Distrik 9 menghilang tanpa meninggalkan jejak. Setidaknya itulah berita yang ingin Hwang Sejin dengar. Namun sayangnya Hwang Kihyeon terlalu baik hati untuk menghilang begitu saja. Satu-satunya jejak yang ditinggalkan oleh Kihyeon adalah surat yang ditujukan pada Han Min Hyeok yang saat ini berada di tangan Kim Seo Hye. Dan awal yang baru akan ditentukan dari apa yang tertulis dalam surat itu. Akankah semua tetap berlanjut, atau justru menjadi awal yang baru.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro