Chapter 08
Pagi itu Chang Kyun dan Kihyeon mulai mengemasi barang-barang milik Kijeon. Dan rencananya mereka akan segera meninggalkan Gwangju, tak ingin membuat kedua orang tua mereka semakin khawatir. Namun perhatian mereka teralihkan oleh suara ketukan pintu.
Sempat saling bertukar pandang, Chang Kyun lantas berjalan menuju pintu untuk melihat siapakah yang mengunjungi kamar Kijeon. Pintu kamar itu terbuka oleh tangan Chang Kyun, dan tatapan bertanya Chang Kyun mengarah pada seorang pemuda yang terlihat lebih tua dari mereka yang saat ini berdiri di depan pintu.
Pemuda asing itu menegur dengan wajah yang tampak resah, "Hwang Kihyeon, apa kau orangnya?"
Chang Kyun menggeleng dan menoleh ke arah Kihyeon. Dan Kihyeon yang merasa terpanggil lantas mendekat. Namun pemuda asing itu yang menyadari kedatangan Kihyeon pun segera menerobos masuk dan langsung menutup pintu dengan terburu-buru.
"Siapa kau?" tegur Kihyeon.
Pemuda yang terlihat panik itu segera memandang Kihyeon. "Apakah kau Hwang Kihyeon? Adiknya Hwang Kijeon?"
Kihyeon mengangguk. "Benar, aku Hwang Kihyeon. Apakah kau mengenal kak Kijeon?"
Pemuda asing itu mengangguk. "Aku adalah teman baik Kijeon. Ada hal yang harus aku bicarakan denganmu."
Kedua alis Kihyeon tanpa sadar saling bertautan, merasa aneh dengan sikap pemuda asing itu yang seakan tengah dikejar sesuatu.
"Bisa sebutkan siapa nama Kakak dulu?"
"Dong Shik, namaku Lee Dong Shik."
"Kalau begitu ... apa yang ingin Kakak bicarakan denganku?"
Pemuda asing bernama Lee Dong Shik itu terlihat ragu dan sempat memandang Chang Kyun. Menegaskan bahwa dia menginginkan pembicaraan empat mata dengan Kihyeon.
Kihyeon yang mengerti maksud dari Dong Shik lantas menegur Chang Kyun, "Chang Kyun."
Chang Kyun memandang tanpa menyahut.
"Tunggulah di luar sebentar. Jika asa yang datang segera beritahu kami."
Tak banyak bertanya, Chang Kyun lantas keluar dan melakukan apa yang diucapkan oleh Kihyeon. Pemuda itu berjongkok di samping pintu dengan punggung yang menyandar pada tembok. Sementara di dalam kamar itu, Kihyeon berhadapan dengan Lee Dong Shik yang mengaku sebagai teman baik dari Kijeon.
"Kakak tidak ingin duduk?" Kihyeon menawarkan.
Dong Shik dengan ragu mengambil langkah dan kemudian duduk di tepi ranjang, sementara Kihyeon menarik sebuah kursi dan duduk di samping jendela.
Kihyeon lantas menegur, "kalau begitu sekarang katakan apa yang ingin Kakak bicarakan denganku."
Dong Shik terlihat mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara dengan Kihyeon. Dan hal itu tentu saja disadari oleh Kihyeon. Namun alih-alih menuntut, Kihyeon lebih memilih untuk menunggu dengan tatapan yang cukup mengintimidasi lawan bicaranya.
Pada akhirnya Dong Shik pun memulai pembicaraan. "Tentang penyebab kematian Kijeon, kau sudah mendengarnya?"
Kihyeon mengangguk. "Tunggu sebentar, aku memiliki pertanyaan."
"Apakah itu?"
"Kakak ini adalah teman baik kak Kijeon. Mungkinkah Kakak ini juga termasuk anggota kelompok aktivis mahasiswa Gwangju?"
"Benar, aku juga bergabung dengan kelompok itu."
"Kalau begitu lanjutkan."
Dong Shik kembali berbicara tanpa bisa menghilangkan rasa gugupnya. "Semua yang kau dengar tentang Kijeon tidak benar."
Dahi Kihyeon mengernyit. "Hal apa yang Kakak maksud dalam pembicaraan ini?"
"Penyebab kematian Kijeon, semua itu palsu."
Batin Kihyeon tersentak. Namun bukan keterkejutan yang terlihat dalam wajah pemuda itu. Sorot mata yang seketika menajam dan rahang yang mengeras, membuatnya semakin menjadi sosok yang mengintimidasi bagi sang lawan bicara.
"Apa yang sedang kau bicarakan?" nada bicara Kihyeon seketika menjadi dingin.
"Di hari kematian Kijeon, tidak ada aktivitas yang kami lakukan. Unjuk rasa, kerusuhan yang disebabkan oleh kelompok aktivis. Tidak ada apapun yang terjadi pada hari itu ... kami semua berada di Universitas dan belajar."
"Lalu apa yang terjadi pada kak Kijeon?"
Dong Shik berucap penuh keyakinan, "kami semua yakin, bahwa kematian Kijeon memang disengaja dan sudah direncanakan sejak lama."
"Siapa? Orang yang merencanakan hal itu?"
Terdapat kemarahan dalam nada bicara Kihyeon yang dingin, dan Dong Shik belum menyadari hal itu.
"Bukan seseorang, tapi sebuah pihak."
"Jelaskan apa yang terjadi hari itu?"
"Saat insiden terjadi, aku sedang berada di Universitas. Terakhir kali aku bertemu dengan Kijeon saat dia berpamitan akan pergi ke perpustakaan kota. Dan di tempat itulah ... penyerangan terjadi."
"Penyerangan?"
Dong Shik mengangguk. "Kijeon tidak tewas di jalanan, melainkan di perpustakaan."
Kihyeon menjatuhkan pandangannya, mencoba menerima semua yang diucapkan oleh Dong Shik. Namun semakin ia mendengar ucapan Dong Shik, dadanya semakin terasa sesak oleh amarah yang perlahan menguasai akal sehatnya.
Dong Shik melanjutkan, "ada beberapa saksi yang mengatakan bahwa beberapa perwira militer memasuki perpustakaan dan melepaskan tembakan ke arah Kijeon. Setelah itu mereka tidak pernah melihat Kijeon meninggalkan perpustakaan."
"Distrik 1," gumam Kihyeon dan perlahan mengangkat pandangannya.
Dong Shik tampak terkejut, menegaskan bahwa tebakan Kihyeon tidak salah.
"Bagaimana? Bagaimana kau bisa tahu?"
"Para perwira militer itu benar-benar berasal dari Distrik 1?" terdengar tenang namun penuh dengan jebakan.
Dong Shik mengangguk yakin. "Menurut kesaksian beberapa orang, mereka mendengar perbincangan para perwira yang mengatakan bahwa mereka harus segera kembali ke Distrik 1 begitu misi selesai."
Kihyeon kembali menunduk dan sejenak memijat keningnya. Menahan amarahnya ia kembali berucap dengan lebih menuntut,
"Jadi kau ingin mengatakan bahwa kematian kak Kijeon adalah konspirasi dari kelompok militer Distrik 1?"
"Itulah yang kali yakini hingga detik ini."
"Kenapa? Kenapa harus kak Kijeon?!" tanpa sadar suara Kihyeon tiba-tiba meninggi ketika kembali memandang Dong Shik.
Dong Shik sempat tersentak, dan suara Kihyeon yang terdengar samar dari luar ruangan itu tentu saja berhasil menarik perhatian Chang Kyun. Pemuda itu memandang pintu kamar yang tertutup. Meski merasa tidak tenang setelah mendengar suara Kihyeon, dia tetap tak berniat untuk membuka pintu itu.
Kihyeon beranjak dari duduknya dan menghadap jendela, membelakangi Dong Shik. Pemuda itu menghela napas panjang dan mencoba untuk mengendalikan amarahnya.
"Apa yang ditakuti Hwang Kihyeon kecuali militer?"
Perkataan Min Hyeok yang lalu kembali teringat oleh Kihyeon. Pemuda itu telah mengakui bahwa ada satu hal yang ia takuti.
"Konspirasi," gumam Kihyeon, menatap tak percaya.
Kihyeon kembali memandang Dong Shik dan berbicara dengan lebih tenang, "apa yang dilakukan oleh kak Kijeon selama ini?"
Dong Shik terlihat ragu, namun pada akhirnya dia memberikan jawaban yang diinginkan oleh Kihyeon.
"Selama setahun terakhir, Kijeon sering mengunjungi Distrik 1 secara diam-diam."
"Apa yang dia lakukan di Distrik 1?"
Dong Shik menggeleng, tampak putus asa. "Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya dia lakukan. Tapi ... satu hari sebelum insiden terjadi ..."
Dong Shik memandang Kihyeon. "... Kijeon terlihat membakar tumpukan berkas."
"Berkas?" sebelah alis Kihyeon terangkat.
"Kijeon adalah orang yang sangat tertutup meski dia menempati posisi ketua. Tidak ada yang tahu pasti tentang apa yang dia lakukan selama ini. Tapi ... beberapa dari kami meyakini bahwa Kijeon menyembunyikan rahasia yang berbahaya. Itulah sebabnya kematiannya di sengaja. Jika kau tidak mempercayai ucapanku, kau bisa pergi ke perpustakaan kota. Meski sudah dibersihkan, tapi tempat itu belum direnovasi."
Dong Shik kemudian berdiri. "Hanya itu yang bisa aku lakukan sebagai teman Kijeon. Kami semua sangat berduka atas kepergian Kijeon, tapi kami tidak bisa melakukan apapun karena pihak militer terus menekan kami ... apapun yang dilakukan oleh Kijeon, aku harap kau bisa menjaga dirimu dengan baik. Aku rasa itulah yang diinginkan oleh Kijeon ... aku pergi sekarang, jaga dirimu baik-baik."
Dong Shik meninggalkan Kihyeon. Keluar dari kamar itu, pandangan Dong Shik segera menemukan Chang Kyun yang juga tengah memandangnya. Dong Shik kemudian menghadap Chang Kyun yang masih dalam posisi yang sama.
Dong Shik kemudian berucap, "jangan terlalu lama berada di sini. Tempat ini masih terlalu sensitif akibat kematian Kijeon."
Chang Kyun tak memberi respon dan Dong Shik berjalan melewati pemuda itu. Namun hanya beberapa langkah dan Dong Shik berhenti.
Dong Shik berbalik dan menegur, "hey, Bocah."
Chang Kyun menoleh, namun tetap tak memberikan respon.
Dong Shik kemudian kembali berbicara, "bawa Hwang Kihyeon pergi dari distrik. Itulah keinginan terakhir Kijeon ... jaga diri kalian dan tetaplah bertahan hidup."
Dong Shik lantas benar-benar pergi. Sementara itu Chang Kyun beranjak berdiri dan kembali ke kamar. Memasuki kembali ruangan itu, Chang Kyun mendapati Kihyeon berdiri membelakanginya, menghadap jendela. Namun Chang Kyun menyadari punggung Kihyeon yang tampak asing.
Menghampiri Kihyeon, berhenti dalam jarak satu meter. Chang Kyun lantas memberikan teguran.
"Kak Hwang."
"Tunggulah di sini."
Chang Kyun memandang dengan tatapan bertanya. "Kak Hwang ingin pergi ke suatu tempat?"
Kihyeon bergumam sebagai jawaban. "Aku harus memastikan sesuatu sebelum pergi."
"Kita bisa pergi bersama."
"Tidak, kau tetap di sini. Dan jangan membukakan pintu untuk siapapun. Ingat itu baik-baik, Shin Chang Kyun."
Chang Kyun memandang Kihyeon dengan perasaan asing yang tiba-tiba menghampirinya. Namun meski begitu, Chang Kyun tak merasa penasaran dengan apa yang baru saja dibicarakan oleh Kihyeon dan juga Dong Shik. Karena seperti itulah Shin Chang Kyun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro