Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 07

Hari itu, tak menunggu hingga jam aktif belajar selesai. Tepat setelah ujian sekolah berakhir, Kihyeon dan Chang Kyun meninggalkan sekolah tanpa diketahui oleh rekan-rekannya. Seperti ucapan Kihyeon pada ayahnya kemarin, tujuan keduanya adalah Gwangju.

Mulut Kihyeon mengatakan bahwa dia pergi ke Gwangju untuk mengambil barang-barang milik Kijeon. Namun sepertinya pemikiran seperti itu terlalu sederhana bagi seorang Hwang Kihyeon.

Pemuda itu tak mengenal takut karena masih terjebak dalam masa remaja. Menuntut kebebasan adalah hal yang paling utama di usia itu. Dan Kihyeon memiliki semuanya untuk melakukan pemberontakan terhadap siapapun.

Masih mengenakan seragam SMA Saebom, keduanya menginjakkan kaki mereka di stasiun Gwangju. Dari stasiun Gwangju, mereka naik angkutan kota untuk bisa sampai di asrama yang ditinggalin oleh Kijeon.

Dan menjelang sore hari, Kihyeon dan Chang Kyun sampai di tempat yang ditinggali oleh Kijeon sebelumnya. Kihyeon bertemu seseorang yang ia kenal dan kemudian mengantarkan mereka ke kamar yang ditempati oleh Kijeon.

Memasuki kamar itu, helaan panjang Kihyeon terdengar. Pemuda itu segera berbaring di atas ranjang dan kembali bernapas dengan berat. Sementara Chang Kyun yang masih berdiri di ambang pintu, memperhatikan penjuru ruangan.

Menyadari Chang Kyun tak ada di sisinya, Kihyeon sedikit mengangkat kepalanya dan menemukan keberadaan pemuda itu.

Kihyeon lantas menegur, "apa yang kau lakukan di sana?"

Chang Kyun menggeleng dan segera masuk. Menutup pintu sebelum menghampiri Kihyeon. Kihyeon pun bangkit dan duduk di tepi ranjang.

"Kau lapar?" tegur Kihyeon kembali.

Chang Kyun menggeleng.

"Ujian sekolah sudah selesai, malam ini kita akan tinggal di sini."

Chang Kyun sedikit terkejut. "Apakah Kak Hwang sudah mendapatkan izin dari paman dan bibi?"

"Jangan khawatir, aku akan menanggung semuanya. Lagi pula cukup berbahaya kembali ke distrik saat malam hari."

Kihyeon beranjak berdiri dan berjalan menuju lemari pakaian di sudut ruangan.

"Aku akan mandi dulu, baru kita mencari makan. Pilihlah pakaian yang cocok untukmu," Kihyeon memandang Chang Kyun, "usahakan itu bisa membuatmu terlihat lebih tua."

Chang Kyun hanya memperhatikan Kihyeon hingga pemuda itu menghilang dari pandangannya setelah masuk ke kamar mandi. Chang Kyun diam bukan karena tidak mengerti ucapan Kihyeon, melainkan ia cukup penasaran dengan rencana Kihyeon. Jika mereka ke sana hanya untuk mengambil barang-barang Kijeon, kenapa mereka harus memiliki penampilan yang membuat mereka terlihat tua dari usia mereka yang sebenarnya.

"Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan, Kak Hwang?" gumam Chang Kyun.

Dan malam itu keduanya benar-benar tidak kembali ke Distrik 9. Sejin yang baru saja pulang pun cukup heran karena mendapati rumah yang tampak sepi.

Menaruh tas kerjanya di atas meja ruang tamu, Sejin memanggil anggota keluarganya.

"Seung Hwa, aku pulang."

Tak beberapa lama Seung Hwa keluar dari salah satu ruangan dengan wajah yang tampak gusar. Wanita itu lantas menghampiri suaminya.

"Kau baru pulang?"

"Kenapa rumah sepi sekali? Apa anak-anak tidak ada di rumah?"

Seung Hwa menggeleng dan berucap dengan ragu, "sepertinya Kihyeon benar-benar pergi."

Rahang Sejin tiba-tiba mengeras. "Di mana Chang Kyun?"

"Dia juga tidak pulang. Tadi sore aku menanyakan mereka pada Joo Heon, tapi Joo Heon mengatakan bahwa anak-anak meninggalkan sekolah sejak siang tadi."

"Mereka benar-benar keras kepala. Tapi kenapa Chang Kyun juga harus mengikuti sifat keras kepala kakaknya," ucap Sejin yang terlihat menahan amarah yang bercampur dengan rasa khawatir.

Seung Hwa dengan ragu memberikan kertas yang terlipat di tangannya pada Sejin.

"Apa ini?" Sejin menerima kertas itu dan membukanya.

"Aku menemukannya di meja belajar anak-anak. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Sejin membaca surat singkat yang ditinggalkan oleh Kihyeon.

"Aku akan pergi ke Gwangju untuk mengambil barang-barang kak Kijeon. Aku akan menginap, terlalu berbahaya kembali saat malam. Dan satu lagi ... jangan mencari Chang Kyun. Dia hanya akan menurut padaku."

Sejin sejenak memijat keningnya. Bukan kali pertama dia mengalami situasi seperti itu. Karena saat Kijeon remaja, sifat keras kepala dan ceroboh pemuda itu tidak jauh berbeda dengan sifat Kihyeon saat ini.

Seung Hwa kemudian menegur dengan khawatir, "kau akan membiarkan mereka?"

"Aku bisa apa? Besok pagi ada rapat, aku tidak bisa pergi ke mana-mana."

"Kalau begitu bagaimana dengan anak-anak?"

"Percayalah pada Kihyeon. Meski sifatnya sangat mirip dengan kakaknya, tapi mereka berbeda."

"Kenapa kau berbicara seperti itu? Apakah kau tidak takut terjadi sesuatu pada putra kita?"

"Aku mengatakan ini bukan karena aku tidak khawatir. Tapi harus bagaimana lagi? Tenangkan dirimu dan mari kita mempercayai putra kita ... meski Kihyeon sangat keras kepala, tapi dia tidak seceroboh kakaknya. Jangan khawatir dan kita tunggu sampai mereka pulang."

Sejin lantas meninggalkan Seung Hwa yang diliputi oleh kekhawatiran terhadap kedua putranya. Bayangan akan kematian putranya pertamanya tentu saja masih menghantui Seung Hwa saat ini. Meski kematian Kijeon merupakan sebuah kecelakaan, namun hal itu tak bisa menepis kekhawatiran seorang ibu terhadap putranya yang tinggal jauh darinya. Tapi memang tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu.

DISTRICT 9

Tengah malam itu Kihyeon masih terjaga. Membiarkan lampu padam, Kihyeon berdiri di dekat jendela untuk mengetahui aktivitas di luar tempatnya berada saat ini. Semetara itu Chang Kyun sudah tidur sejak beberapa menit yang lalu. Dan Kihyeon sudah berdiri di sana sejak sebelum Chang Kyun tidur.

Tak banyak aktivitas di depan asrama Kijeon yang terlihat di malam hari. Namun satu hal yang mampu menarik perhatian Kihyeon. Terlihat beberapa perwira militer di sekitar asrama. Awalnya Kihyeon menganggap bahwa mereka tengah berpatroli. Namun setelah diperhatikan kembali, Kihyeon merasa bahwa para perwira militer itu tengah mencari seseorang.

"Kakakmu adalah ketua aktivis para mahasiswa Gwangju."

Sekelebat ingatan Kihyeon tentang ucapan ayahnya kembali mengisi pikirannya.

Kihyeon kemudian bergumam, "jika dia ketua aktivis, lalu di mana anggotanya sekarang?"

Sudut bibir Kihyeon tersungging, dan pandangannya kembali mengarah ke luar. Namun saat itu senyum Kihyeon tiba-tiba memudar ketika ia melihat salah seorang perwira memandang ke tempatnya.

Karena gelap dan tak terlalu menampakkan diri, sepertinya perwira itu tidak menyadari keberadaan Kihyeon. Cukup lama perwira itu memandang ke jendela asrama Kijeon, dan selama itu juga Kihyeon memperhatikan setiap gerak-gerik perwira itu.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Perhatian Kihyeon teralihkan oleh suara rekan dari sang perwira. Kihyeon mengambil langkah mundur untuk menyembunyikan diri. Namun dalam tempat persembunyian, Kihyeon tetap memperhatikan kedua perwira itu.

"Kenapa kau terus saja melihat tempat itu?"

Samar-samar Kihyeon mendengar pembicaraan kedua perwira itu karena suara mereka yang cukup lantang.

"Tidak, aku hanya penasaran. Apakah orang itu benar-benar sudah mati?"

"Apa yang sedang kau bicarakan? Distrik 1 sudah mengurusnya, jaga mulutmu jika kau masih ingin berumur panjang. Sudah, ayo pergi."

Dahi Kihyeon mengernyit, merasa bahwa mungkin saja pendengarannya sedang bermasalah. Namun semua terdengar begitu jelas untuk sebuah kekeliruan.

"Distrik 1?" gumam Kihyeon penuh pertimbangan.

Tentu saja ia penasaran tentang apa yang baru saja dibicarakan oleh kedua perwira itu. Kenapa ucapan mereka seakan-akan menegaskan bahwa Distrik 1 bertanggungjawab penuh atas kematian Hwang Kijeon.

"Siapa? Orang Distrik 1 itu?"

Dan malam itu Kihyeon tak bisa tidur dengan tenang. Terlalu banyak pertanyaan yang belum terjawab dalam benaknya, dan tentu saja itu sangat mengganggu.

Distrik 1, kata kunci pertama yang membuat Kihyeon merasa bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dari kematian Kijeon. Namun ia tidak bisa memikirkan apapun untuk saat ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro