Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 03

Menjelang siang hari di akhir pekan, Kihyeon baru saja keluar dari rumahnya dan menemukan Seo Hye tengah berbicara dengan ibu gadis itu di teras rumah. Merasa penasaran, Kihyeon mendekat dan melipat kedua tangannya di atas pagar tembok setinggi lebih dari satu meter. Memperhatikan kedua wanita yang masih belum menyadari kehadirannya.

"Antarkan ini pada ayahmu dan segera kembali, jangan pergi ke mana-mana," ibu Seo Hye menuturi putrinya.

"Aku tahu ... memangnya aku ingin ke mana? Kenapa Ibu selalu mengatakan hal yang sama?" protes Seo Hye.

Seulas senyum seketika melebar di wajah Kihyeon. Sikap Seo Hye saat berada di rumah sedikit berbeda saat gadis itu berada di sekolah. Seo Hye cenderung banyak bicara jika sedang bersama keluarganya, dan hal itu cukup menarik bagi Kihyeon.

Ki Hyeon bahkan bisa disebut sebagai penguntit karena terlalu sering memperhatikan Seo Hye secara diam-diam. Dan satu-satunya orang yang tahu bahwa Hwang Kihyeon adalah penguntit Kim Seo Hye hanyalah Shin Chang Kyun. Karena pemuda itu hampir tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Kihyeon.

"Kau selalu seperti itu jika ibu berbicara."

Kedua wanita itu turun ke halaman dan saat itu ibu Seo Hye menyadari kehadiran Kihyeon. Sementara Kihyeon tersenyum lebar dan menyapa lebih dulu.

"Selamat pagi, Bibi."

"Oh! Kihyeon."

Seo Hye segera memandang ke tempat Kihyeon berada, dan seketika gadis itu terlihat gugup.

Ibu Seo Hye berbicara, "kebetulan sekali kau ada di sini. Apa kau sedang sibuk?"

Kihyeon menggeleng.

"Syukurlah. Kalau begitu, bisakah kau mengantarkan Seo Hye ke kantor Kepala Distrik?"

Kihyeon mengangguk, namun saat itu Seo Hye segera menyela dengan terburu-buru dan terdengar gugup.

"Tidak perlu! Aku ... aku bisa pergi sendiri. Aku pergi sekarang."

Terkesan melarikan diri, Seo Hye berjalan dengan cepat sembari menunduk.

Ibu Seo Hye mendecak dan berucap, "lihatlah anak itu. Dia berulah lagi."

Kihyeon kemudian menegur ibu Seo Hye, "Bibi, aku pergi dulu."

"Ah ... ya. Tolong antarkan Seo Hye dengan selamat."

Kihyeon hanya melambaikan tangannya sebagai jawaban. Ia pun segera menyusul Seo Hye. Namun alih-alih berjalan di belakang Seo Hye, Kihyeon justru mengambil jalan lain.

Dalam perjalanannya, Seo Hye kerap menoleh ke belakang. Sebenarnya dalam hati ia mengharapkan bahwa Kihyeon akan mengantarnya. Tapi rasanya masih terasa canggung ketika ia berhadapan dengan Kihyeon.

Berhasil memotong jalan, seulas senyum mengembang di wajah Kihyeon ketika ia menemukan Seo Hye. Dari arah belakang, Kihyeon datang dan langsung mengambil alih bingkisan kain yang di bawa oleh Seo Hye. Sedangkan gadis itu tentu saja terlonjak kaget.

"Ya Tuhan!"

Kihyeon tersenyum lebar. "Maaf, apa aku sudah mengejutkanmu?"

"Kenapa kau ada di sini?"

"Bibi menyuruhku untuk mengantarmu."

Seo Hye menyahut dengan gugup, "a-aku bisa pergi sendiri."

"Jangan salah paham, aku ingin menemui ayahku."

"Apa?" Seo Hye tertegun.

Kihyeon tersenyum simpul dan berjalan melewati Seo Hye. Sementara gadis itu tampak merutuki dirinya sendiri terlepas bahwa Kihyeon tengah mempermainkannya. Karena sejak awal Kihyeon tidak berniat untuk pergi ke kantor Kepala Distrik.

Merasa bahwa Seo Hye tak mengikutinya, Kihyeon pun berbalik. Pemuda itu menegur dengan suara yang sedikit lantang,

"Kau sedang apa? Tidak mau pergi?"

Seo Hye segera berlari kecil menyusul Kihyeon, dan setelahnya keduanya berjalan berdampingan. Mengisi kecanggungan keduanya dengan perbincangan ringan. Dan ketika kecanggungan itu hampir lenyap, orang ke tiga datang menengahi mereka.

"Apa ini? Apa ini? Hwang Kihyeon, Kim Seo Hye?"

Langkah keduanya terhenti, berbalik untuk melihat si sipit yang berbicara dengan nada provokasinya. Siapa lagi jika bukan si pemuda berlesung pipi, Bae Joo Heon yang sangat handal dalam berbicara.

Tersenyum simpul, Joo Heon mendekati keduanya dengan tatapan menyelidik.

"Apa ini? Apa kalian sedang berkencan?"

Kihyeon menatap jengah dan menegur, "kau selalu berbicara seenakmu."

Joo Heon menunjukkan reaksi terkejut yang dibuat-buat sembari berseru, "kalian tidak berkencan? Sungguh? Aku pikir kalian sedang berkencan? Kalau begitu dengan siapa Seo Hye berkencan?"

"Apa yang sedang kau bicarakan? Aku tidak berkencan dengan siapapun," tegur Seo Hye, bernada sedikit kesal.

Joo Heon tersenyum lebar. "Ya ampun ... lihatlah kalian berdua. Lupakan. Berkencan atau tidak, itu bukan urusanku. Tapi ... kalian berdua ingin pergi ke mana? Hanya berdua saja?"

Kihyeon menyahut sembari menatap sinis, "kau memang tidak bisa menjaga mulutmu dengan baik."

Kihyeon lantas kembali melangkahnya kakinya, begitupun dengan Seo Hye. Sementara Joo Heon tertawa ringan dan menyusul keduanya.

"Kau marah? Kenapa kau tiba-tiba marah? Kak Hwang ... Hwang Kihyeon ..."

Seperti itulah sosok Bae Joo Heon. Pemuda menyebalkan dengan banyak hal mengejutkan yang ia miliki. Dan satu-satunya orang yang tahan dengan ucapan Joo Heon adalah Han Min Hyeok.

Awalnya berangkat berdua, pada akhirnya mereka sampai di kantor Kepala Distrik bertiga. Kihyeon menyerahkan kembali bingkisan yang ia rebut dari Seo Hye.

"Masuklah."

"Terima kasih." Tak banyak bertanya, Seo Hye mengambil bingkisan itu dan segera memasuki bangunan kantor Kepala Distrik.

Joo Heon sejenak memandang Seo Hye dan berucap, "kenapa dia datang kemari?"

"Sepertinya mengantarkan sesuatu yang tertinggal," acuh Kihyeon.

Joo Heon menjatuhkan pandangannya pada Kihyeon. "Kak Hwang tidak ikut masuk?"

"Untuk apa?" Kihyeon mencari tempat untuk duduk, dan Joo Heon mengikutinya. Namun Joo Heon hanya berjongkok di hadapan Kihyeon.

"Aku pikir kau ingin bertemu dengan paman."

"Dia tidak ada di kantor."

"Tidak ada? Ke mana?"

"Pergi menemui kak Kijeon di Gwangju," jawab Kihyeon masih dengan cara bicara yang malas.

"Kalau begitu kenapa Chang Kyun tidak ikut bersamamu?"

"Chang Kyun ikut pergi ke Gwangju." Kihyeon lantas mulai terlihat kesal, "kenapa kau selalu bertanya?"

"Eih ... malu bertanya, sesat di jalan. Kak Hwang tidak pernah mendengar pepatah itu?"

Kihyeon menjawab dengan kesal, "tidak tahu, aku tidak peduli. Jika kau tersesat, kau akan mati karena menginjak ranjau."

Joo Heon tersenyum tak percaya. Pemuda itu lantas mencibir,  "lihatlah siapa yang berbicara seperti ini. Ketua Distrik 9, Hwang Kihyeon."

Sudut bibir Kihyeon tersungging. "Apa yang baru saja kau katakan? Ketua Distrik apanya?"

"Apa? Bukankah sudah jelas? Setelah ini kak Kijeon yang akan menjadi Ketua Distrik. Setelah itu siapa lagi? Kau lah kandidat satu-satunya, Kak Hwang. Kau masih tidak tahu?"

"Eih ... berbicaralah dengan Min Hyeok, jangan berbicara denganku."

Joo Heon tersenyum lebar dan mengarahkan pandangannya ke pintu masuk kantor Kepala Distrik. Pemuda itu sempat tertegun ketika melihat Seo Hye keluar bersama Hyung Won.

"Oh! Dia ada di sini?"

Dengan dahi yang mengernyit karena sinar matahari, Kihyeon memandang ke arah yang dimaksud oleh Joo Heon. Berbeda dengan Joo Heon, Kihyeon tak menunjukkan reaksi apapun ketika melihat Seo Hye datang bersama Hyung Won.

Joo Heon kemudian berdiri untuk menyapa Hyung Won. "Yo ... My brother, Jang Hyung Won. Kau sudah ada di sini?"

Kihyeon menatap sinis lalu mencibir, "eih ... sejak kapan kau mempelajari bahasa asing itu?"

"Kenapa? Aku sering mendengar orang-orang bodoh itu berbicara dengan bahasa itu."

Kihyeon tersenyum tak percaya. Orang-orang bodoh yang dimaksud oleh Joo Heon tidak lain adalah para perwira militer yang terkadang masih berkeliaran di distrik mereka.

Hyung Won kemudian menegur, "kenapa kalian kemari?"

Joo Heon menjawab, "Kak Hwang mengikuti Seo Hye dan aku mengikuti mereka berdua." Joo Heon merangkul bahu Hyung Won. "Kau tahu, bukan ... ketika dua orang bersama dalam situasi—"

"Apa?" Kihyeon langsung menyela sembari menendang kaki Joo Heon. "Situasi apa? Apa yang ingin kau katakan?"

"Aduh, aduh. Berhenti menendangku ..." protes Joo Heon, hampir menyerupai anak kecil yang merajuk.

Kihyeon lantas menegur Hyung Won, "Hyung Won, bawa bayi lebah ini pergi. Telingaku bermasalah jika terus mendengarnya berbicara."

"Kenapa? Kenapa kau mengusirku? Kak Hwang ingin berkencan dengan Seo Hye?"

Kihyeon tampak menahan diri, memandang dengan tatapan menghakimi. Namun pada kenyataannya menghadapi Bae Joo Heon jauh lebih sulit dibandingkan dengan menghadapi para perwira militer. Menghela napas berat, pada akhirnya Kihyeon tak lagi mampu menahan diri.

"Kemarilah, Bae Joo Heon."

"Kenapa? Apa yang akan aku dapatkan jika aku ke sana?"

Dengan gigi yang saling beradu, Kihyeon berucap dengan nada mengancam, "akan aku patahkan lehermu. Kemari!"

Joo Heon melarikan diri sembari tertawa, dan Kihyeon mengejar dengan sumpah serapah yang keluar dari mulutnya.

"Bae Joo Heon! Kemarilah!"

Dua orang tersisa di sana, memandang kedua orang yang dengan cepat menghilang namun masih mendengarkan suara yang cukup berisik.

"Kenapa dia sangat pandai mengumpat?" gumam Seo Hye.

Komentar itu ditujukan pada Kihyeon. Karena entah berapa banyak Kihyeon mengumpat setiap kali meneriaki nama Joo Heon. Seo Hye tak terkejut, namun juga tak terbiasa.

Hyung Won kemudian menegur gadis itu, "kau tidak akan pergi?"

"Ya?" Seo Hye menatap bingung.

"Aku pergi dulu."

Begitulah cara Hyung Won berkomunikasi. Sama sekali tak menggunakan perasaan bahkan untuk mengucapkan perpisahan. Dan setelah Hyung Won meninggalkannya, seulas senyum mengembang di wajah Seo Hye sebelum ia mengambil langkah di belakang Hyung Won.

"Dia harus berhenti mengumpati orang," lagi-lagi komentar itu ditujukan pada Kihyeon yang sudah tak terdeteksi lagi di mana keberadaan pemuda itu.

Selesai ditulis : 27.03.2021
Dipublikasikan : 28.03.2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro