DISHY - 3
Repub tanpa edit 15/8/20
11/11/20
4/1/21
Alisha tidak pernah berharap harinya akan dilalui dengan penuh godaan dari pria itu. Mulai dari mengirimkan bunga yang selalu dia buang ke tong sampah hingga akhirnya pria itu mengiriminya hal yang dia suka dan tidak mungkin dia tolak. Makanan.
Ya ampun Alisha memang semurahan itu dengan makanan. Naren mulai mengiriminya makanan setelah sebulan penuh bunga-bunga yang dikirimkan dia temukan di tempat sampah. Naren mulai merubah cara pendekatannya setelah mendapatkan petunjuk dari bos wanita itu. Dia ingat pembicaraan mereka kala itu setelah rapat bulanan.
"Kamu memenuhi mejanya dengan bunga yang pasti berakhir di tong sampah." Kekeh pria tua itu sambil memandang Naren. Cara pendekatan Naren pada Alisha memang sudah menjadi gosip hangat di mana-mana, tetapi hal itu tidak membuat banyak wanita mundur untuk mendekatinya dan prinsip Naren adalah pantang menolak wanita cantik. Jika dia tertarik maka dia akan menyempatkan waktu untuk makan malam lalu berakhir di ranjang jika mereka sama-sama mau. Consensual sex, no string attached, kedua belah pihak puas dan senang adalah prinsip hidupnya.
"Lalu apa yang harus saya lakukan, Pak?" Tanya Naren tanpa tedeng aling-aling, pembicaraan mengenai Alisha selalu menarik perhatiannya. Dia merasa tertantang karena wanita itu tampak tidak tertarik dengannya.
"Bunga yang dia sukai hanyalah bunga bank," kali ini dia tertawa jika mengingat betapa mata duitan sekertarisnya itu. "Dia suka makan, sepertinya saya tidak perlu memberitahukan lebih lanjutkan apa yang harus kamu lakukan?"
Muka Naren berubah menjadi cerah, makanan adalah keahliannya dan dia tahu bagaimana caranya agar wanita itu tidak menolak pemberiannya kali ini. Padahal tanpa dia tahu Alisha adalah tipe perempuan yang tidak akan pernah menolak makanan. Jadi ke esokannya kiriman bunga berubah menjadi kiriman makanan dan dari mata-mata yang dia bayar, office girl di lantai itu, Alisha memakan masakannya meskipun dengan raut muka kesal. Selama seminggu ini dia tidak pernah absen mengirimi Alisha makan siang dan terkadang cemilan saat sore hari karena dia tahu Alisha mudah lapar. Selama seminggu itu pula dia selalu menyelipkan note di makan siangnya untuk ajakan makan malam yang tentu saja tidak pernah mendapat tanggapan dari Alisha. Wanita itu benar-benar hanya memakan masakannya tanpa merasa harus mengucapkan terima kasih dan berbasa-basi dengannya.
Jadi hari ini Naren bertekad untuk menanyakan ajakan makan malamnya pada wanita itu setelah rapat bulanan selesai. Dia bisa melihat wanita itu duduk dengan tumpukan kertas di sisi kanan dan kirinya. Matanya tampak serius menatap layar komputer sambil sesekali berdecak lalu mengigit bibirnya, pemandangan yang membuat Naren ingin menggigit bibir itu juga. Bahkan dengan kerutan di dahi saat serius bekerja wanita itu terlihat sangat cantik. Dia memutuskan untuk mendekati meja itu lalu berdeham untuk menarik perhatian Alisha.
Berhasil. Wanita itu kini melihat ke arahnya masih dengan raut serius dan tatapan yang menunjukkan dia terganggu dengan kehadirannya di sana.
"Ada yang bisa saya bantu, Naren?" Tanya Alisha, menatapnya sesaat sebelum mengembalikan perhatiannya ke layar komputer.
"Kamu melihat note ajakan makan malam saya?"
Wanita itu terdiam sesaat sebelum membuka lacinya lalu mengeluarkan post it yang Narendra tempel disetiap kirimannya, "ini?" tanya Alisha lagi yang kali ini dijawab anggukan oleh Naren.
"Jadi?"
"Saya pikir kamu masih sibuk berkencan dengan wanita-wanita dari front office."
"I'm flattered, kamu tahu banyak mengenai saya ternyata."
"Kamu itu isi gosip wanita-wanita di sini."
"Oh ya? Saya tidak tahu saya terkenal."
Alisha memutar bola matanya jengah, jelas sekali Naren tahu bahwa dia memiliki aset yang akan menjadi perhatian perempuan. Tipe bad boy yang selalu menarik perhatian untuk ditaklukkan.
"Kamu tidak tertarik untuk mencari tahu kebenaran gosipnya?" Naren kini menarik kursi untuk duduk berhadapan dengan Alisha.
"Gosip yang mana? Kamu teman kencan yang baik atau kamu teman tidur yang hebat?" Kali ini Alisha tidak repot-repot untuk bersikap sopan, dia sudah mengalihkan tatapannya ke layar komputer yang memperlihatkan email-email yang berisi ajakan meeting untuk bosnya.
"Yang pertama okay tapi kalau kamu mau langsung ke yang kedua saya juga tidak keberatan."
Alisha memutar bangkunya lalu tersenyum kepada Narendra yang kini tengah menatapnya penuh minat. Alisha bahkan bisa melihat kerlingan menggoda di mata pria itu.
"Sayangnya saya tidak tertarik dengan keduanya. Saya bahkan tidak tertarik dengan orang yang berprofesi sebagai chef. Jadi, Narendra, silahkan angkat kaki dari sini karena saya masih banyak pekerjaan. Adios, good bye, selamat tinggal dan semoga tidak berjumpa lagi."
Repub 2/3/20
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro