DISHY - 1
Repub tanpa edit 11/8/20
11/11/20
4/1/21
Bekerja merupakan hal yang disukai oleh Alisha, sungguh, selain ini memang pekerjaan impian Alisha sejak dia kecil, bos yang baik yang sudah bagaikan ayahnya sendiri, makanan atau cemilan (jika ada sisa meeting) yang bisa dia makan di jam kerja dengan gratis, teman-teman yang menyenangkan (tentu saja ada yang menyebalkan, tetapi Alisha tidak mau memusingkannya) menjadi alasan Alisha sangat bekerja di hotel ini. Hotel Pramoedya, salah satu hotel dengan jaringan hotel terbesar di Indonesia. Dia bekerja di kantor pusatnya di Jakarta yang terletak di daerah kuningan.
Alisha bekerja sebagai sekertaris untuk salah satu direksi yang mengurusi back of the house. Bosnya, yang sering dia panggil Babeh, adalah tipe orang yang penyabar tetapi sangat detail oriented. Pria tua itu menuntut kesempurnaan dalam setiap hal yang dia kerjakan, hal ini terkadang menyebalkan tetapi Alisha sebagai corporate slave hanya bisa mengelus dada jika bosnya sedang dalam mode kumat. Tetapi secara keseluruhan, Babeh adalah bos yang amat sangat baik.
Pagi hari ini pun Alisha sudah tiba di kantor pukul tujuh pagi. Dia harus mempersiapkan jadwal bosnya untuk hari ini, mempersiapkan bahan-bahan meeting, juga makan siang untuk bosnya dan yang terakhir dia harus memberikan CV kandidat yang akan menjadi pengganti Chef Bramasta, Executive Chef yang akan resign akhir bulan ini. Alisha melihat CV kandidat yang akan memasak untuk food tasting sore nanti.
Narendra Nawasena, berumur tiga puluh depalan tahun. Cukup muda untuk ukuran Executive Chef. Pengalaman bekerjanya tidak usah ditanyakan lagi, jika sudah dipanggil untuk food tasting oleh bosnya maka orang itu pasti luar biasa. Selera bosnya untuk makanan tidak diragukan lagi melihat perut buncitnya itu, Alisha terkikik sendiri dengan pikirannya.
"Tawain apaan lo, Al?" tanya suara yang membuat Alisha kaget karena sedari tadi dia hanya seorang diri. Dia melihat Riska berdiri di dekat kubikelnya.
"Gak ada." jawab Alisha sekenanya yang membuat Riska menatapnya aneh.
"Eh itu kandidat executive chef yang baru ya?" Riska mengintip kertas yang sedang di pegang Alisha yang membuat wanita itu membaliknya dengan cepat ketika melihat mata Riska yang melebar.
"Gila, ganteng banget!"
"Heh! Ngintip-ngintip bintitan tu mata ntar!"
"Pelit lo."
"Bodo!"
"Ntar makan siang bareng ya."
"Ogah gue makan sama lo dan pacar lo itu. Kalian sibuk romantisan berdua gue jadi kambing congek."
"Makanya cari pacar!"
"Berisik gue mau kerja. Balik sanah ke alam lo sebelum gue aduin ke Babeh kalau lo gangguin gue."
"Tukang ngadu!"
Alisha hamya memeletkan lidahnya sebagai jawaban atas olokan Riska yang sudah berlalu dari kubikelnya.
Pacar hanya menyusahkan. Sendiri lebih baik.
###
"Al, nanti ikut food tasting ya." ucap Babeh ketika Alisha menyerahkan dokumen yang harus pria tua itu tanda tangani.
"Ikut makan juga gak, Beh? Kalau gak ntar saya ngiler sepanjang Babeh sama Big Boss makan."
Widi, Bos Alisha, tertawa mendengar celotehan Alisha yang selalu jujur.
"Kamu makan mulu tapi gak gendut-gendut, Al. Nanti makan yang lain di kitchen. Siapa itu Sous Chef yang baru? Dia suka sama kamu kan? Minta masakin sama dia aja, Al."
Alisha mengernyitkan dahinya sambil mengingat Sous Chef yang di maksud Babeh, "Aldi, Beh? Ogah ah sama dia. Tukang tebar pesona."
Widi tertawa melihat ekspresi malas Alisha ketika menyebutkan nama Sous Chef yang dimaksud. "Sana balik ke meja kamu, nanti panggil saya kalau sudah mau food testing."
Alisha kembali mengerjakan dokumen-dokjmen yang tidak ada habisnya hingga alarmnya berbunyi. Tadi setelah keluar dari ruangan Babeh dia sudah menyetel alaram lima menit sebelum pukul tiga, waktu food testing.
"Beh, ayo jalan. Sudah mau pukul tiga." ucap Alisha sesaat setelah mengetuk pintu ruangan bosnya kemudian menyembulkan kepalanya. Pria tua itu kemudian berhenti dari pekerjaannya, kemudian berjalan melewati Alisha setelah mengucapkan terima kasih karena sudah mengingatkan. Hal yang membuat Alisha betah bekerja disini ya ini, bosnya sangat menghargai apa yang dia lakukan dengan mengucapkan terima kasih.
Sesampainya di restaurant mereka melihat sesosok pria yang sudah menggunakan seragamnya, double brested jacket berwarna hitam. Lengannya di gulung hingga sesiku sehingga memperlihatkan tato yang menyembul dari lengan kirinya. Alisha lebih tertarik untuk mengetahui itu tato apa di banding melihat muka chef yang tengah tersenyum melihat kedatangan mereka.
"Chef Narendra, saya Widi, ini owner kami, Bapak Restu dan ini sekertaris saya, Alisha."
Alisha masih memperhatikan lengan pria itu hingga sikut Babeh menyenggolnya karena dia harus bersalaman sebagai sopan santun setelah ownernya bersalaman dengan Chef Narendra. Alisha yang gelagapan karena tertangkap tengah memerhatikan lengan pria itu langsung memasang cengiran lebarnya ke arah Babeh yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Alisha jika sudah tertarik akan suatu hal tidak akan memerhatikan hal lain.
"Selamat sore, Chef. Saya Alisha." ucapnya seraya tersenyum profesional.
"Sore Alisha, Naren saja." Alisha hendak menarik tangannya sebelum dia tersadar ada tato lain di tangan sebelah kanan pria itu,l di bagian pergelangannya. Hal itu membuat dia melihat ke arah pergelangan sambil memiringkan kepalanya agar dapat melihat dengan jelas.
C..o..
Dia tengah serius hendak membaca tulisan, yang sialnya tulisan sambung, jenis tulisan yang sangat susah buat dibaca menurutnya, itu hingga dehaman mengganggunya diiringi suara kekehan.
"Al, kalau gak keberatan kamu bisa lepaskan tangan Chef Narendra agar dia bisa masak?"
Gimana? Sampai sini suka ga?
29/7/19
Repub 1/3/20
Cerita ini sudah tamat 2020 dan bisa dibaca di Lontara.app atau shopee.co.id/akudadodado
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro