Regrets
⚠️ TW// Senjata api, kekerasan
Mikey adalah seseorang yang hidup untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Ia tak peduli pandangan orang lain selama keluarganya mendukung keputusannya.
Hanya dia dan keluarganya.
Kemudian Touman datang dan dengan lancang merajai hidupanya, menjadikan diri mereka penting dimatanya, lalu mendeklarasikan diri sebagai 'keluarganya'.
Mikey tak keberatan.
Sama sekali tak keberatan.
Hanya saja dia takut. Dia takut menyakiti mereka, dia takut kehilangan mereka, dia takut karena dengan adanya mereka Mikey merasa jika ia memiliki kelemahan.
Karena bagi Mikey, mereka adalah kelemahannya. Kelemahan yang indah.
Kelemahan yang memberikan warna pada hidupnya, kelemahan yang mengingatkannya jika ia adalah seorang manusia, kelemahan yang membuatnya sadar betapa indahnya dunia.
Namun, Takemichi dan Draken berbeda.
Jika Touman adalah kelemahannya maka Takemichi dan Draken adalah sumber kekuatan dan ketenangan-nya.
Mikey merasa tenang jika ada Draken disisinya. Ia tak perlu takut seseorang akan menyakitinya karena, Mikey tau, Draken akan selalu menjaganya. Mikey juga tak perlu takut dengan dirinya karena ia tau jika Draken dapat menghentikannya. Menyadarkannya.
Draken adalah hatinya.
Jika Draken adalah hatinya maka Takemichi adalah apinya.
Hanya dengan menatap mata biru itu Mikey merasa jika ia sanggup menghadapi segala tantangan di dunia, hanya dengan sepatah kata penyemangat dari Takemichi dan Mikey merasa jika dirinya akan baik-baik saja, hanya dengan kehadiran Takemichi dan Mikey merasa hidup terasa lebih mudah.
Takemichi adalah apinya. Api yang Mikey percaya tak akan pernah padam.
Sayangnya, sesuatu yang indah akan selalu menemukan akhir.
Begitupula dengan Draken dan Takemichi.
Karena hari ini adalah akhir dari perjalanan mereka.
Mereka pergi.
Mereka mati.
Hari ini Draken dan Takemichi mati, naasnya, mereka berhasil membawa setengah jiwa Mikey untuk ikut pergi.
...
Mikey melepaskan mantelnya dan menutupi tubuh Takemichi dengan mantel itu. Mata Mikey kosong, ia menatap kosong wajah mayat gadis ditangannya.
Mikey yang sekarang terasa lebih berbahaya dari Mikey yang biasanya.
Mikey berdiri, dengan Takemichi dipelukannya, berjalan kearah Koko yang masih membatu ditempat. Mikey berhenti tepat didepan Kokonoi dan menyodorkan mayat gadis itu padanya.
"Koko... titip Takemichy sebentar."
Koko mengangguk dan mengambil Takemichi dari gendongan Mikey. Mikey menatap lengan Takemichi yang menggantung, megang tangan gadis itu sebelum mengecupny dan bergumam "maaf, Mitchy".
Ah... tentu saja... tentu saja Mikey akan berakhir seperti ini.
"Maaf aku gagal menjagamu... lagi."
Koko mengumpat dalam hatinya. Bagaimana bisa ia lupa tentang Touman secepat itu.
'Tentu saja dia akan seperti ini. Mikey kehilangan orang yang ia cinta disatu hari yang sama.'
Koko bahkan tidak akan terkejut jika Mikey memutuskan untuk membunuh semua anggota Rokuhara Tendai. 'Dia pasti sangat menyesal. Mereka putus dengan kondisi yang buruk bukan? Draken dan Mikey'.
Mikey melepas genggaman tangannya dari tangan Takemichi kemudian datang menghampiri South yang menyeringai kearahnya. Monster haus darah.
"Sudah selesai menangisi kematian kekasihmu? BAGAIMANA JIKA KITA RAYAKAN SEKARANG?"
Mikey masih menatap South dengan wajah datarnya, berbanding terbalik dengan South yang tampak tersenyum bengis kearahnya.
Mikey tak mengatakan apapun namun didetik selanjutnya ia melakukan serangan telak pada South yang terkejut namun masih sempat menangkis.
"Boleh juga... Mikey."
...
Pertarungan Mikey melawan South hanya berlangsung selama 10 menit namun 10 menit tersebut adalah 10 menit terpanjang dalam hidup Koko. Mayat didekapannya dan atasannya yang sedang bertarung secara intens melawan monster haus darah bernama Terreno South membuat Koko sampai lupa untuk bernapas.
"Tak akan ada yang bisa menghentikan, Mikey," gumam Kakuco tak jauh dari tempat Koko berada. Haitani Ran dan Rindo yang entah sejak kapan berada di dekat Kakucho pun ikut berkomentar "yah.. sepertinya kita kalah."
Kakucho hanya mengangguk pelan lalu matanya beralih menatap Takemichi yang ada didekapan Koko. Koko bergidik sebelum mendesis tajam kearah Kakucho namun pria dengan bekas luka didahinya itu memutuskan untuk mengabaikan Koko dan tetap menatap Takemichi dengan ekspresi sedih.
"Jaga pandanganmu, Rokuhara," desis Sanzu yang tiba-tiba saja muncul dibelakang Koko. Kakucho mendengus dan berkata "dia teman masa kecilku."
"Dan dia ratu kami."
...
Tepat setelah pertarungan selesai dan Mikey yang berakhir menjadi pemenang. Suara knalpot motor yang sangat Mikey kenal meraung diudara, menandingi suara hujan dan guntur yang bersautan. "Takashi datang," lirih Mikey sambil menatap South yang telah pingsan dihadapannya.
Wajah South tak lagi bisa dikenali. Mikey sendiri tak tau sudah berapa lama ia telah memukuli South walau monster itu sudah tumbang. Tangannya kebas, darah South mengotori kepalan tantangannya. Mikey tak masalah karena setidaknya dia berhasil menumbangkan monster yang telah mengambil nyawa dua orang yang berusaha ia lindungi.
Sekarang Mikey perlu menghadapi sesuatu yang lebih besar, yang lebih ganas, yang bisa membuatnya takut dan gentar.
Siapalagi kalau bukan teman masa kecilnya yang lain, seseorang yang sedang turun dari motornya diikuti oleh Hakkai, Chifuyu, Smiley, Angry dan Inupi dibelakangnya.
Para berandalan disana segera memberi jalan pada mereka karena para berandalan pun tau jika hanya orang gila yang berani macam-macam disaat seperti ini, tidak saat ekspresi mereka seperti itu.
Mereka yang sudah pernah menjadi musuh Touman ataupun bagian dari Touman paham jika ekspresi tersebut menandakan mimpi buruk.
Haitani bahkan menegang saat melihat Angry yang sudah menangis.
Tak butuh waktu lama untuk Mitsuya berhenti tepat dihadapan Mikey sedangkan Hakkai, Chifuyu, Smiley, Angry dan Inupi melewati Mikey begitu saja dan pergi kearah Koko yang sedang menggendong Takemichi ditangannya.
Mitsuya menatapnya datar, tanpa emosi, namun mata itu dipenuhi oleh amarah yang siap untuk meledak. Mikey tau jika dia tak bisa melakukan apapun untuk meredakan amarah Mitsuya dan dia pasrah dengan apa yang akan datang setelahnya.
Sedangkan lima mantan petinggi Touman yang lain sudah sampai dihadapan Koko. Koko akan tertawa saat melihat ekspresi mereka jika saja keadaan tidak sedang seintens ini namun sisilain dirinya merasa kasihan dengan orang yang akan menjadi tempat pelampiasan mereka. "Akan ada yang sekarat hari ini" atau setidaknya itulah arti dari ekpresi yang dipancarkan oleh Inupi, mantan sahabatnya.
Chifuyu, partner dari Hanagaki Takemichi, sudah terjatuh ketanah, tubuh bergetar hebat dan air mata mulai membanjiri pelupuk mata, tangis mulai terdengar hingga akhirnya teriakan Chifuyu lepas. Teriakan yang pasti akan membekas diingatan mereka sampai akhir hayat.
Shiba Hakkai yang biasanya penuh dengan ekpresi terlihat kosong, dia bahkan tidak ada niat menenangkan temannya yang sudah terduduk di aspal yang dibanjiri darah.
Tangis Kawata Souta semakin deras sedangkan kembarannya memegangi pundaknya dan mendekap adiknya erat, tak ada senyum, tak ada tawa, hanya tatapan dingin yang berhasil membuat mereka yang melihat merinding.
Inupi masih berekspresi datar namun Koko -yang sudah mengenal pria itu hampir seumur hidupnya- tau jika ia sedang marah. Terakhir kali Inupi semarah ini seseorang hampir saja kehilangan nyawa.
Inupi menatap Sanzu yang memegang pipa ditangannya. Ia mengulurkan tangan sedangkan Sanzu dengan senang hati memberikan pipa itu pada Inupi. Inupi berbalik lalu berjalan pelan kearah Rokuhara Tendai.
"Yang menembak Draken."
Tiga kata. Hanya tiga kata dan semua menjadi hening, bahkan Chifuyu berhenti menangis. Kakucho mengangguk dan mengisyaratkan Haitani bersaudara untuk menarik pelaku penembakan Ryuuguji Ken.
Tiga orang ditarik paksa dan dihempaskan kehadapan Inupi.
Inupi menyerang salah satunya tanpa basa-basi. Satu pukulan telak tepat dikepala. Orang itu terjatuh dihadapan Inupi, menangis memohon pengampunan, memohon agar dibiarkan hidup.
"Bangun."
Satu perintah dari Inupi. Dingin dan tanpa emosi. Orang itu tetap terduduk dan menangis sedangkan Inupi yang sudah tak memiliki kesabaran memutuskan untuk menggunakan kakinya.
"Kubilang.. bangun."
Inupi kembali memukulnya, menendangnya, menginjaknya terus, terus, terus, hingga orang itu kehilangan kesadaran. Inupi tidak berhenti. Ia tak berhenti walau korbannya sudah tak lagi sadar, walau tangannya kebas, walau air matanya tumpah, walau pun ia sudah tidak bisa mengendalikan ekpresinya.
Ia tak berhenti.
Dua orang yang lain terjatuh dan hanya bisa menatap temannya horor. Mereka tau selanjutnya adalah giliran mereka dan tak ada celah untuk lari dari situasi ini.
"Inupi... dua orang lainnya... boleh buat kami?"
Suara Chifuyu membuat Inupi menghentikan tinjunya yang bertubi, dia terdiam namun matanya tidak berpaling.
"Silahkan."
Dua orang yang lainnya pun memutuskan untuk lari. Berusaha untuk kabur.
Namun tak butuh waktu lama untuk mereka tertangkap.
Matsuno Chifuyu dan Kawata Souta sudah memegangi rambut mereka 10 detik pertama mereka memutuskan untuk lari.
Mantan Wakil kapten divisi satu dan empat.
Wakil dari Baji Keisuke dan Kawata Nahoya.
Wakil dari dua makluk paling bermasalah di Touman yang artinya mereka bisa menyamai dua kapten kontroversial kebanggan Touman.
Chifuyu dan Angry membanting kepala dari dua mangsannya keaspal dan kemudian hening.
"Mitsuya-san... ingin bergabung?"
Mitsuya yang sedari tadi mengabaikan mereka dan memilih untuk menatap Mikey mengalihkan pandangannya, melihat kearah Chifuyu serta Souta yang baru saja melumpuhkan mangsa mereka.
"Aku punya dua adik yang harus kuurus. Aku tak bisa ikut dengan rencana reuni kalian dilapas."
"Kau bisa mentipkannya padaku."
Mistuya mengarahkan pandangannya pada Hakkai lalu berkata "tulang". Hakkai mengangguk dan berjalan menuju Chifuyu yang memberikan sedikit ruang untuk Hakkai bergabung dengannya.
"Nahoya..."
Smiley berjalan kearah sang adik dan bergabung dengannya. "Mitsuya mau tulang dan dia akan dapet tulang."
Dan mereka pun mulai bekerja.
...
"Mereka bisa mati kau tau," gumam Mikey pada Mitsya tanpa mengalihkan pandangannya. Mitsuya tersenyum mengabaikan tiap lolongan dan tangisan akibat penyiksaan yang dilakukan oleh temannya, mengabaikan tatapan ngeri yang diarahkan pada mereka, mengabaikan segala hal kecuali Mikey yang ada dihadapannya.
"Mereka hanya melampiaskan emosi mereka. Biarkan saja."
Mitsuya menginjak South yang terkapar ditanah dan kemudian bertanya pada Mikey "kau yang melakukan ini?".
"Ya".
"Dia yang menembak Takemichi?".
"Ya".
"Kerja bagus".
Mikey mengadah dan menatap temannya itu terkejut. Mitsuya tertawa melihat ekpresi Mikey lalu berkata, "hanya Takemichi yang tidak akan setuju dengan hal ini. Kita dekat bukan hanya karena kita berada di geng yang sama tapi juga karena pada dasarnya kita sama."
Mikey hanya diam namun matanya menatap Mitsuya lekat. Mitsuya tersenyum dan kemudian meluncurkan tinjunya kearah Mikey.
"Itu untuk kau yang membubarkan Touman tanpa memberitahu kami".
Lagi
"Itu untuk kau yang memutuskan untuk meninggalkan kami".
Lagi
"Itu untuk balasan kau yang memukuli kami".
Lagi
"Untuk kau yang menghilang selama 2 tahun".
Dan lagi
"Itu untuk kau yang membuat kami semua khawatir".
Mikey hanya diam, menerima tiap tinju yang mendarat pada wajahnya, ia pasrah.
Mikey percaya dia pantas menerimanya.
Namun dia tidak pernah siap dengan apa yang selanjutnya tiba.
Mitsuya memeluknya. Erat.
"Aku memang marah namun aku tak akan pernah menyalahkanmu atas kematian Draken dan Takemichi. Kematian mereka bukan karenamu jadi jangan menyalahkan dirimu sendiri".
Tubuh Mikey melemas, menerima hangat yang sudah lama ia lupakan, hangat yang ia tinggalkan.
"Ayo pulang, Mikey."
Ia mengangguk.
TBC
A/N
Aku ngubah latar waktu dari cerita ini. Dari Maret jadi Juni yang artinya ada tambahan paragraf di chapter 1. Ga terlalu penting tapi .. cuma mau kasih info aja kalo ada tambahan paragraf.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro