4
Peter merutuk nasipnya yang harus satu atap dengan Avengers. Bukan hal yang mudah untuk kabur dari tempat ini tiap malam hingga akhirnya setiap hari Peter harus mampir ke perpustakaan ataupun toko buku terdekat hanya untuk mencari alasan kenapa ia pulang larut malam.
Sudah seminggu Peter menghabisi malam tanpa kegiatan patroli rutinnya, sudah seminggu pula ia menyicil pembuatan kostum barunya yang baru selesai hari.
Peter melirik jam yang ada dimeja, waktu baru menujukkan pukul 8, beruntung ia tak ada pemotretan sehingga kostum Spider-Man bisa selesai lebih cepat. Peter mengganti bajunya dan memutuskan untuk berpatroli.
...
Peter berlari menuju tower dan segera masuk ke privat lift lalu melihat keadaan wajahnya dari layar ponsel.
Buruk, ada banyak luka dan juga sepertinya ia lupa untuk menggunakan kembali softlensnya sebelum patroli tadi dan sialnya lagi benda itu masih berada dilab.
Peter menggunakan masker serta penutup kepala jaket yang ia gunakan berharap dua benda ini bisa menyembunyikan luka serta matanya dari para Avengers.
Peter melirik ponselnya dan menatap kedua matanya. Mata heterochromia yang indah namun mata inilah yang selalu membuatnya ingat perkataan jahat setiap orang padanya.
Pintu lift terbuka, Peter segera berjalan menuju kamarnya dan mengabaikan tatapan aneh anggota Avengers padanya.
"Anak itu kenapa?," tanya Tony yang baru kembali setelah membuat kopi. Clint yang mengangkat bahu seolah berkata ia tidak tau, Natasha sedikit penasaran dengan anak yang sedang dibicarakan.
...
"Mr. Parker, apa saya boleh memberitahu yang lain tentang keadaan anda. Anda memiliki 5 lebam pada wajah dan badan, 7 sayatan pisau, 3 luka tusuk dan 2 luka tembak yang saya sarankan sebaiknya anda segera mengeluarkan peluru tersebut dari tubuh anda," suara robot FRIDAY berhasil membuat Peter terkejut.
Peter menggeleng lalu berkata, "tidak usah FRI, terimakasih. Aku sudah biasa dengan ini semua tapi bisakah kau sembunyikan ini dari yang lain, aku... merasa tidak nyaman."
Friday mengerti apa yang Peter mau dan segera ia menjawab, "baiklah Mr. Parker. Saya sarankan anda pergi ke ruang kesehatan untuk peralatan yang lebih memadai."
Peter mengangguk lalu mengambil Softlens cadangan miliknya di meja dekat kasur, memasang softlens itu dan pergi menuju ruang kesehatan dengan masker dan jaket.
...
"Kiddo, kau baik-baik saja."
Peter menengok dan menemukan Tony yang menatapnya bingung sekaligus... khawatir(?).
"Hanya flu biasa Mr. Stark. Aku ingin pergi keruang kesehatan dan mencari obat flu disana," jawab Peter. Tony mengangguk paham lalu membiarkannya pergi.
...
"Dia baik-baik saja. Hanya flu," jelas Tony pada yang lain. Natasha menatapnya aneh lalu bertanya, "kau yakin?."
"Jujur, tidak."
"Memangnya kenapa Nat?," tanya Clint yang duduk didekat partnernya itu dan mengambil satu kue buatan Bucky dari toples.
Sesaat Natasha melihat kearah Peter menghilang, ia menutup bukunya, "Bukan apa-apa," jawabnya dan kemudian pergi kekamarnya.
...
"Peter, bisa bicara sebentar?," tanya Natasha sesaat setelah Peter memegang gagang pintu kamarnya, Peter kaget dan melihat kearah mata-mata wanita tersebut.
"Tentu," jawabnya dan membiarkan Natasha masuk kekamarnya.
Peter duduk dikasurnya sedangkan Natasha hanya melihat kearah Peter dengan wajah yang sedikit khawatir.
"Kau baik-baik saja?," tanya Natasha kemudian. Peter mengangguk kecil sebagai jawaban.
"Jangan berbohong, kau berdarah banyak sekali," gumama Natasha. Peter menatapnya kaget lalu melihat kearah mata assasin wanita sebentar sebelum akhirnya berbicara, "tau dari mana?."
"ada corak aneh dengan warna merah yang berbeda dengan warna jaketmu. Aku yakin tadi pagi jaketmu hanya berwarna merah polos tanpa corak," jelas Natasha sambil menunjuk jaket merah yang Peter gunakan. Peter melihat kearah perutnya dan memegang kedua tangannya kencang, dia panik dan takut.
"Jadi, ada apa?," tanya wanita itu pelan.
"Tenang saja, aku bukan kriminal jalanan."
"Kalau begitu superhero jalanan?. Spider-Man?," tanya Natasha lalu duduk dibangku kecil kamar itu. Peter menundukan kepalanya lalu mengangguk.
"Kumohon, jangan beritahu yang lain..."
...
Peter melihat kearah jendela kelasnya, hari ini akan menjadi hari yang sulit dimana dia haru pemotretan, menjadi pahlawan jalanan dan menjadi siswa cupu di sekolah dengan nilai yang harus terus naik serta beberapa orang yang dengan senang hati akan memukulinya sebagai ajang senang-senang.
Peter melihat kearah ponselny dan mengabaikan pesan masuk yang Flash dan teman-temannya kirim untuknya setiap hari. Peter tak pernah perduli akan setiap kata yang Flash berikan mengingat semua hal yang terjadi di SMA tak jauh berbeda dari yang dulu.
"MJ, kau bawa alat make up kan? Pinjam boleh?," bisik Peter. MJ menengok dan menatapnya aneh sebelum akhir mengangguk paham dan berbisik, "tapi sebelum kau meminjamnya kupastikan mereka akan kabur sebelum sempat menyentuhmu."
Peter yang mendengarnya hanya tersenyum dan kembali fokus ke pelajaran.
...
Peter diseret oleh Flash ke gedung olahraga, ia hanya menurut dan membiarkan mereka melakukan apa yang mereka mau.
Flash mencacinya dengan segala perkataan yang tanpa Peter sadari ia membenarkannya. Ada banyak pukulan yang ia terima dan ada banyak luka baru yang tercipta.
Hingga akhirnya Flash meninggalkannya dengan badan yang bahkan tak sanggup lagi untuk berdiri. Luka akibat patrolnya semalam kembali terbuka, darah menetes dari bahu hingga tangannya.
Peter berusaha mengabaikan sakit yang ia rasakan, ia berjalan menuju tasnya dan berusaha untuk memperbaiki semua luka itu sendirian.
Hingga akhirnya MJ dan Ned yang mencarinya sesaat setelah keluar dari ruang guru karena urusan ekstrakurikuler, menemukan Peter yang sedang berusaha membersihkan lukanya sendiri.
"Peter," MJ berlari kearah Peter diikuti oleh Ned di belakang. Segera mereka membantu Peter untuk membersihkan lukanya.
"Flash sudah gila. Dia menggunakan pisau?," tanya Ned yang tak percaya sambil melihat luka tusuk di perut Peter. Peter menggeleng lalu mengatakan jika luka itu ia dapatkan ditempat lain.
"Kau harus keruang kesehatan bahkan seharunya kau ke rumah sakit sekarang," ujar MJ yang sibuk dengan luka di bahu Peter. Peter menggeleng lalu berkata jika ia tak bisa melakukannya.
"Kenapa?."
"Aunt May sedang ada diluar kota," jawab Peter singkat. MJ dan Ned menggeleng lalu mengatakan jika mereka tak masalah jika harus membantu Peter membayar biaya rumah sakitnya.
"Bukan itu, aku tak akan memikirkan biayanya. Kalian tak akan percaya, jadi intinya selama May sedang diluar kota aku dititipkan ke adiknya yang tinggal dengan pacarnya."
MJ mendengus lalu mengolok, "dan apa kau tinggal disebuah penthouse menara tertinggi kota NYC."
"Dan sialnya iya."
Sontak Ned dan MJ kaget namun mereka tetap percaya mengingat hal itu bisa saja terjadi. MJ dan Ned yang baru selesai menutupi semua luka milik Peter dengan perban segeram membantunya untuk berdiri. Peter melihat kearah jam tangannya sesaat sebelum akhirnya berusaha untuk berjalan sendirian, walau berakhir dengan dia yang jatuh tersungkur kejalan.
Ned kembali membantunya berdiri dan MJ yang tau apa yang Peter mau memutuskan untuk menelfon 'teman kerja' Peter dan berkata jika model mereka tak bisa datang karena sakit.
"Tak apa, bilang padanya untuk istirahat. Dia sudah bekerja keras dan kurasa ini saat yang tepat untuk memberinya libur," ujar fotografer tersebut dan mengatakan jika pemotretannya bisa diundur hingga minggu depan.
"Dan kau tak perlu bekerja untuk seminggu kedepan," ujar MJ sambil memasukan ponselnya kesaku celana. Peter mengangguk dan berterimakasih padanya sedangkan Ned sedikit bingung karenanya.
"Dia Erén," jelas MJ singkat dan itu berhasil membuat Ned ingin melemparkan Peter kejalan raya karena tak pernah memberitahunya.
...
1134 kata.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro