Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3

Peter yang baru selesai dari 'pekerjaannya' sekitar 5 menit yang lalu kini sedang menghabiskan waktu diatas gedung sebagai Spider-Man sambil menyantap churros setelah membantu seorang nenek tua baik hati.

Peter menyelesaikan waktu santainya setelah mendengar sebuah teriakan yang tak jauh dari tempat ia berada. Dengan segera Peter berayun kesana dan menemukan sebuah gedung yang terbakar.

"Kumohon, selamatkan dia. Anak-ku ada disana," mohon seorang wanita pada petugas yang berusaha memenangkannya. Peter segera turun dari atas gedung lalu bertanya dimana anaknya berada. Wanita itu menunjuk sebuah jendela dan tak lama Peter memecahkan kaca jendela tersebut lalu masuk kedalamnya.

"Tolong," sebuah suara lirih berhasil membuat Peter segera mencari dan menemukan seorang anak berusia 7 tahun sedang berlidung dibawah meja dengan banyak runtuhan disekitarnya.

Peter sibuk menyingkirkan semuanya hingga akhirnya spidiy sense bekerja, ia menengok ke langit-langit yang kemudian roboh menimpanya. Peter berusaha menahan runtuhan yang terbakar itu dengan badannya dan meminta anak kecil itu lari kedekat jendela.

Anak itu mengangguk lalu berpesan agar ia baik-baik saja, Peter menahan langit-langit yng roboh dan setelah dirasa aman, Peter melepaskannya dan berlari menuju anak kecil itu lalu melompat keluar kemudian berayun kebawah.

"Terimakasih."

Wanita itu menangis memeluk anaknya, Peter tersenyum lalu menembakan jaringnya dan kembali mencari para pembuat onar lainnya.

Hingga akhirnya malampun tiba.

Ada banyak luka pada tubuh Peter. Dari usahanya menghentikan perampokan, menghentikan pelecehan, menghentikan pemabuk yang berkeliarakn dengan botol kaca ditangan, menghentikan pertengkaran antar geng motor, menghentikan pencurian sepeda, dan yang terparah mengangkap mengedar narkoba yang berhasil membuatnya membawa oleh-oleh berupa 3 peluru yang bersarang ditubuhnya serta beberapa sayatan yang membuatnya tak bisa berayun.

"Kau baik-baik saja?," tanya seseorang padanya. Peter terlalu lelah untuk peduli ia hanya mengangguk dan mengabaikan pertanyaan lanjutan dari orang tersebut.

"Tunggu sebentar," Peter melihat orang misterius itu, ia mengelap ujung bibir Peter yang robek yang tampak dari setengah dari celah topengnya yang koyak.

"Terimakasih Spider-Man," ujar orang itu lalu pergi, melewati Peter memutuskan tuk tak mengambil pusing semuanya.

...

"Bruce."

Natasha masuk keruang makan dengan pakaian serba hitamnya, ia melemparkan sebuah saputangan yang sudah ditutupi darah keatas meja makan. Bruce dan anggota Avengers lain menatapnya bingung lalu menanyakan maksud semua ini.

"Itu darah Spider-Man."

Tony mennyemburkan kopinya, dan beberapa orang berhasil tercekik mendengarnya sedangkan Bruce sendiri segera mengamankan saputangan tersebut.

"Dari mana kau mendapatkannya?," tanya Tony. Natasha hanya melihat Tony sesaat lalu mengatakan jika hal itu rahasia.

...

Peter menggeram ia masuk dilaboratorium miliknya dan Dr. Octopus dulu. Tempat ini diserahkan kepadanya tepat setelah polisi selesai menyelidiki Dr. Octopus. Peter melihat keadaan kostumnya yang menyedihkan.

"Kurasa aku harus membuat yang baru," gumamnya. Namun tak lama kemudian matanya menangkap sebuah pelacak yang menempel pada kostumnya. Dengan segera ia mengambil pelacak itu dan pergi melompati beberapa gedung sebelum akhirnya mendarat disamping tangki air sebuah hotel.

"Bersenang-senanglah untuk melacak tangki air ini," gumam Peter dan segera kembali ke laboratorium lalu merancang ulang kostumnya hingga jam menunjukan pukul 2 malam.

"Untunglah besok libur," gumam Peter lalu berjalan menuju apartemennya dan masuk melalui jendela samping rumahnya.

"Peter? Kau masih bangun?," tanya May dari lantai bawah. Segera Peter membuka pintu kamarnya dan berpura-pura ingin ketoilet.

...

"Mulai besok aku ada urusan keluar kota dan kau akan menetap dirumah adikku, tak apakan?," tanya May. Peter hanya mengangguk sambil melahap makan malamnya yang terlambat.

"Yasudah, selesaikan makanmu dan tidurlah. Walau besok libur tapi akan ada sesuatu yang besar menunggumu," ujar May. Peter hanya mengangguk paham lalu pergi menuju kamarnya.

...

Peter menggeram. Matahari memang bukan teman baiknya saat ia terjaga semalaman untuk berpatroli dan memastikan kota ini cukup aman untuk ditinggali.

Peter melirik jam digital dimeja. Sudah siang dan sudah waktunya ia bangkit dari kasur tercinta. Peter dapat mendengar suara bibinya dibawah, mungkin sedang berbincang ditelpon.

"Pagi," ucap Peter pelan bahkan hampir berbisik. Peter masuk kekamar mandi lalu mencuci wajahnya dan mengosok giginya. Lupakan soal mandi, dia terlalu malas untuk saat ini.

"Sudah bangun? Sebentar lagi adiku akan kemari Pete."

Peter mengangguk, ia duduk dan mengambil roti lapis yang disiapkan bibinya dan makan dengan tenang hingga akhirnya ia memutuskan pergi untuk mandi.

Peter yang baru selesai mandi dengan segera pergi kekamarnya dan mengenakan pakaian yang lebih layak. Ia menatap kearah pewarna rambut serta softlenst yang ada diatas meja, berpikir apakah ia harus menggunakannya atau tidak.

Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menggunakannya. Menjadi pemilik mata heterochromia bukanlah yang yang menyenangkan jika bertemu orang baru. Terlebih saat ia malas menjawab pertanyaan seputar matanya.

Peter berjalan menuju ruang tamu dan menemukan May sedang bercakap-cakap dengan seseorang. Peter menghampiri May dan berdiri disampingnya. May memegang kedua bahu Peter, sedikit meremasnya. "Peter dia Pepper Potts, kau pasti sudah mendengarnya atau membaca tentang dia dimajalah dan Pepper dia Peter Parker."

Pepper mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh Peter.

"Peter."

"Hi, Peter. Aku Pepper Potts. Panggil saja Pepper, senang bertemu denganmu."

Senyum ramah Pepper berhasil membuat Peter tersenyum senang walaupun paginya buruk diawal akibat sinar matahari.

"Kau akan tinggal dengannya sampai aku kembali, setidaknya 2-3 bulan," ujar May. Peter melihat kearah May lalu mengangguk paham.

"Sekalian kemaskan pakaian dan bukumu Pete," teriak May dari luar kamarnya dan Peter hanya mengiyakan.

...

Peter melihat kearah jendela, mengutuk ingatannya tentang Pepper Potts. Tentu semua orang mengetahui siapa Pepper Potts, dia pacar Tony Stark sekaligus CEO dari perusahaan milik Stark.

"Kita kemana?," tanya Peter sambil menunjuk kearah jendela. Pepper tersenyum lalu menjawab, "Stark Tower. Ku harap kau tak keberatan jika harus bertemu dengan Avengers. Mereka sedikit berisik dan kekakank-kanakan, dan tolong jangan berlebihan saat melihat mereka. Aku tak mau mereka semakin besar kepala."

Peter mengangguk paham, ia kembali melihat kejendela dan mengutuk keberuntungannya yang dibawah rata-rata.

"Sepertinya aku mempertaruhkan seluruh keberuntunganku untuk hal ini," pikir Peter sambil mengkhawatirkan nasipnya.

Hingga saat ini peringatan dari Black Cat berhasil membuat Peter sedikit ragu untuk berkeliaran sebagai Spider-Man walau akhirnya ia selalu berpatroli karena tak sanggup membayangkan nasip seekor kucing diatas pohon. Peter berpikir dan memperkirakan apa yang akan terjadi jika ia bertemu Avengers walau ia tak akan tau kapan dan dari mana pahlawan super ternama seperti Avengers akan muncul dan menyerangnya.

...

Pepper sedang berbincang dengan resepsionis sedangkan Peter sibuk berdiri dibelakang Pepper sambil melihat sekeliling, mengabaikan tatapan aneh orang-orang saat melihat anak SMA ada dilobby perusahaan sebesar ini bersama dengan CEO-nya langsung.

"Aku tak bisa memberikanmu kartu Alpha tanpa izin dari Tony, sedangkan kau butuh kartu Alpha untuk pergi ke penthouse. Jadi kau akan menggunakan kartu Omega dengan akses khusus didalamnya. Kau bisa berkeliaran disetiap ruangan penthouse tapi tidak dengan laboratorium, aku tak mau May mengamuk karena tau keponakan kesayangannya berurusan dengan hal berbahaya saat ditempat ini," jelas Pepper yang diakhiri dengan tawa sedangkan Peter hanya mengangguk paham sambil menatap kagum kartu miliknya.

"Ayo, aku antarkan kekamarmu."

Peter mengikuti Pepper menuju privat lift dan didalam Pepper menjelaskan tentang FRIDAY.

"Dia FRIDAY, AI buatan Tony yang menjalankan tempat ini. Awalnya JARVIS-lah yang menjalankan tempat ini tapi AI tesebut sudah berubah menjadi anggota Avengers bernama Vision."

"Halo Ms. FRIDAY," sapa Peter sopan dan itu membuat Pepper tersenyum.

"Halo Mr. Parker, senang bertemu denganmu. Semoga anda suka ditempat ini."

"Terimakasih Ms. FRIDAY."

Pintu lift terbuka dan merka langsung disambut oleh Avengers yang sedang ribut tentang hal aneh lainya.

"Ehm," Pepper berdehem. Seketika seluruh anggota Avengers diam, mereka menatap horor Pepper kecuali Natasha dan Wanda yang masih sibuk menyesap santai teh mereka.

"Ah, ya. Seperti yang aku bilang kakakku akan menitipkan keponakannya dimana dia keponakanku juga. Setidaknya untuk beberapa bulan kedepan dia akan tinggal disini," Pepper memegang bahu Peter. Peter hanya menatap mereka satu-persatu sesaat lalu memperkenalkan dirinya.

"Hai, aku Peter Parker. 15 tahun dan sekolah di Midtown High School."

Dan tak butuh waktu lama untuk para Avengers mendatanginya dan memperkenalkan diri mereka.

Hari itu Peter melihat sisi lain dari hero kesukaannya.

"Tunggu, perasaan aku saja atau kau sedikit mirip dengan Loki," ujar Tony dan Peter pun bingung dibuatnya.

"Apa maksudmu, warna rambutnya coklat," ujar Clint lalu pergi menuju dapur untuk mengambil minum. Tony melihat Clint kesal lalu berkata "bayangkan jika rambutnya hitam."

"Oh, kau benar-benar mirip adikku!," Thor merangkul Peter senang sedangkan Peter hanya bingung menanggapi hal baru seperti ini.

"A.. aku tau kalian sedang bersenang-senang dan menyambut kedatangan Mr. Parker tapi sepertinya semua Avengers harus datang keruang rapat sekarang," Bruce datang dari arah laboratorium, Avengers hanya melihat kearahnya dengan tatapan bingung sebelum akhirnya paham dan pergi menuju ruang rapat.

...

"Ini tentang Spider-Man."

Kata-kata Bruce berhasil membuat suasana menjadi sedikit dingin.

"Aku sudah meneliti darah yang diberikan Natasha dan anehnya selain ada racun dari laba-laba serta perubahan gen yang diperkirakan akibat dari radioaktif atau sinar gamma sepertiku ada hal lain padanya yang tak logis," jelas Bruce. Tony mulai bosan lalu berkata, "langsung keintinya saja Bruce. Dua orang anggota diteam kita adalah dewa, mereka nyata saja sebuah kemustahilan."

"Ok, aku tak tau jika ini terdengar aneh atau tidak. Tapi Spider-Man bukanlah manusia sedari awal. Maksudku, jika tak ada racun laba-laba dan perubahan gen dia tetap tidak termasuk sebagai manusia. Kau bisa tanya FRIDAY untuk lebih jelasnya," ujar Bruce yang masih tak percaya dengan apa yang ia temukan.

"FRI?,"

Dengan segera FRIDAY mengeluarkan data tentang tes yang dilakukan Bruce pada darah Spider-Man.

"DNA milik Spider-Man mengalami mutasi dengan gen laba-laba dan dibantu oleh efek radioaktif, selain itu gen miliknya memiliki keanehan yang membuatnya tak bisa dikatagorikan manusia. Setelah saya cocokan dengan semua gen didunia termasuk gen milik Avengers dapat saya konfirmasi jika Spider-Man memiliki ikatan darah dengan Loki Laufeyson."

"Apa? Loki punya anak?"

"Brother! Kau punya anak!"

Loki hanya diam lalu bergumam, "Aku punya anak?!."

...

1588 kata.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro