PART 9
"Radit, jangan lupa jadwal besok malam. Ada acara penting bersama para kolega. Apa kamu tidak berniat untuk memperkenalkan Mayra lebih dekat? Besok adalah kesempatan bagus untuk perkenalan pertama ke khalayak ramai." Suara Mahendra memecah keheningan siang itu. Pria itu duduk di sebuah kursi di halaman belakang rumah. Sengaja ia meminta sang anak untuk berkunjung, ia ingin memastikan hubungan percintaan Radit dengan wanita yang pernah menjadi kekasihnya itu.
Radit yang duduk di sebelah ayahnya kaget. Ia tidak menyangka jika sang ayah akan membicarakan hal tersebut. Sesuatu yang memang sedang bergelayut di pikirannya beberapa hari terakhir. Namun, wanita itu bukanlah Mayra, melainkan Luna. Memang dulu dia pernah menjalin hubungan dengan Mayra saat masih di luar negeri. Yah, menurut Radit itu hanya cinta-cintaan biasa. Mayra yang terlalu ekspresif menurunkan nilai standar yang telah ditetapkan oleh Radit untuk menjadi calon istrinya. Kecuali untuk bersenang-senang, dia sangat menikmati masa-masa itu bersama gadis cantik berambut ikal tersebut.
"Ia, Sayang. Kamu jangan memikirkan pekerjaan terus. Hidup dan cintamu juga harus diperjuangkan," ujar sang ibu yang baru saja ikut bergabung bersama mereka. Wanita itu masih terlihat cantik meskipun usianya sudah tidak muda lagi. Make up minimalis yang digunakan menambah keanggunan yang ia miliki.
"Tapi, Ma, Pa ... kenapa harus Mayra?"
"Apa kamu punya calon lain?" tanya Mahendra sambil menyipitkan matanya.
Radit merasa ini adalah saat yang tepat untuk menceritakan tentang Luna. Gadis yang telah menguras setengah pikirannya. Ia beralih pandang ke arah sang ibu, wanita itu juga menampakkan ekspr3si yang sama.
"Hmm ... su-sudah, Pa," jawabnya ragu-ragu.
Mahendra mengubah posisi duduk. Ia menatap Radit dengan prnuh selidik.
"Siapa dia?" Mahendra mencoba bersikap tenang.
"Luna, Pa. Salah satu karyawan di perusahaan kita."
Mahendra terbahak mendengar penuturan Radit. Sejak kapan selera anaknya menjadi turun begitu. Apa wanita itu telah menjebaknya sehingga Radit harus bertanggung jawab?
"Apa dia sudah hamil? Jika ia, berikan saja cek kosong seberapa ia mau. Minta perempuan itu untuk menggugurkan kandungannya."
Air muka Radit seketika berubah. Dia masih mencoba mencerna perkataan sang ayah.
"Radit. Kenapa harus karyawan dari perusahaan kita? Status sosialnya sangat jauh dibandingkan Mayra. Mama sudah sangat cocok dengan Mayra. Dia wanita cerdas dan cantik tentunya. Penampilannya juga elegan, sangat pantas bersanding denganmu, Nak."
Radit tertegun mendengar kalimat ke dua orang tuanya. Ternyata kasta dan tahta jauh lebih penting dari segalanya.
"Dan yang perlu kamu ingat, Radit. Ayahnya Mayra adalah salah satu kolega penting kita. Dia telah membantu banyak untuk kesuksesan perusahaan yang sedang kamu pegang." Mahendra kembali menegaskan.
Radit tidak bida berkutik. Dia hanya diam melepas pandang ke halaman yang dipenuhi rumput serta pepohan hijau menyegarkan mata. Untuk saat ini percuma rasanya berdebat dengan lelaki paruh baya tersebut. Radit sudah sangat paham betul dengan watak sang konglomerat itu. Berbeda dengan wanita anggung yang ada di depannya. Rahayu masih bisa diajak diskusi dan berbicara dengan kepala dingin. Biasanya jika ada hal yang bertentangan dengan sang ayah, maka ibunyalah yang akan selalu membela dirinya.
Rahayu memberikan isyarat agar Radit tidak menjawab lagi. Percuma saja, waktunya belum tepat untuk meyakinkan Mahendra. Meskipun wanita itu tidak setuju dengan pilihan Radit, tapi dia masih bisa diajak bernegosiasi, setidaknya mau walau hanya sekadar untuk mendengar cerita atau diajak berjumpa dengan wanita pilihan anaknya. Namun, berbeda dengan sang ayah, susah sekali diajak diskusi.
***
Pesta mewah dengan segala kemegahannya akan segera dimulai. Bukanlah orang-orang sembarangan yang hadir di sana, mereka adalah orang-orang yang memiliki kedudukan penting. Sebelunnya Radit telah nembuat perjanjian dengan sang ayah, dia mau disandingkan dengan Mayra saat pesta berlangsung, tetapi bukanlah ingin mengumumkan jika merea adalah sepasang kekasih kepada tamu undangan yang hadir di sana. Jika persyaratannya ditolak, maka ia bersikeras untuk tidak ikut dalam kemeriahan pesta. Berat dukungan sang mama, akhirya Mahendra mengalah. Ia setuju dengan syarat yang diberikan putranya.
Pesta berlangsung meriah. Alunan musik mengalun lembut di telinga. Semuanya berjalan tertib, jauh dari kesan hiruk pikuk. Memang benar jika mereka menampakkan diri sebagai orang-orang yang berkelas dan patut untuk disegani. Setelah pembahasan pemting mengenai perusahan selesai dibahas. Para orang penting itu keluar dari sebuah ruangan dan kembali ikut bergabung bersama yang lain. Mayra yang sejak tadi telah menanti kehadiran Radit, begitu antusias saat meihat pujaan hatinya keluar dari dalam sebuah ruangan tertutup.
Tanpa sungkan, ia langsung menghampiri lelaki tampan tersebut. Bergelayut manja di lengannya sambil menyibakkan gaun yang belahan dada dan paha sama tingginya. Memperlihatkan belahan yang begitu menggoda, serta mempertontonkan kaki jenjangnya yang mulus tanpa cacat sedikit pun. Mayra terlihat sangat menarik malam itu. Rambutnya dibiarkan terurai menyentuh bahu mulusnya. Make up yang sesuai dengan porsinya, ditambah pewarna bibir dengan warna yang lembut tidak mencolok. Ia teihat sangat sempurna. Namun, di sisi lain, Radir merasa risih saat berdekatan dengan Mayra. Meskipun dulu mereka pernah menghabiskan waktu beberapa tahun bersama, seolah semua itu tidak membekas di ingatannya. Mereka berhubungan sudah sangat jauh. Kebersamaan yang selalu berakhir di kamar hotel mewah yang mereka pesan. Saat itu, Radit melakukannya dengan suka cita. Dulu dia sangat menyukai Mayra yang agresif. Namun, rasa itu berbeda dengan sekarang. Ada rasa risih saat wanita itu bergelayut mesra di lengannya.
"Sayan, ayo berdansa." Ajak Mayra berbisik dengan suara manja. Radt hanya megikuti saja. Mereka pun turun ke lantai dansa. Sudah ada beberapa pasangab yang berdansa di sana sebelum mereka.
"Kamu diam saja. Tidak suka, ya?" Mayra kembali bertanya.
Radit hanya menggeleng menjawab pertanyaan Mayra. Ia mengikuti setiap gerakan yang dilakukan oleh wanita tersebut. Ditengah musik yangbmasih mengalun Mayra merapatkan tubuhnya kearah Radit. Wanita itu seperti sengaja ingin membangkitkan gairah lelaki bertubuh atletis itu.
"Aku rindu, Sayang. Semua yang perah terjadi apa bisa malam ini kita ulang lagi?" Mayra berbisik tepat di telinga Radit. Suaranya mendesah dan sengaja dibuat-buat.
"Maaf, Mayra. Kamu tidak pantas beegini. Semua orang melihat kita." Radi menarik tubuhnya agar sedikit menjauh dari wanita seksi itu.
"Kenapa harus malu? Bukannya kita akan segera menikah? Apa kamu tidak rindu bercumbu seperti dulu?"
Radit berusaha lepas dari pelukan Mayra. Ia jengah dan merasa gerah. Jujur saja Mayra sangat pintar dalam hal merayu, lelaki mana yang tidak terpikat. Hanya saja dia sudsh berjanji untuk setia terhadap Luna. Tidak boleh mengulang hal-hal yang merugikan untuk hubungan mereka.
Mayra menarik diri dan melepaskan pelukannya pada Radit. Wanita itu beralih ke meja minuman, dan meengambil dua gelas minuman beralkohol. Kembali ia melangkan ke arah Radit.
"Minumlah. Biar malam ini menjadi malam yang indah untukmu dan kita semua tentunya."
Radit tidak menolak. Ia menerima gelas tersebut dan meneguk alkohol tersebut perlahan. Mayra juga melakukan hal yang sama. Ia tersenyum ke arah Radit sambil mengedipkan sebelah matanya. Wanita itu benar-benar tidak berhenti untuk meluluhkan hati sang pangeran tampan.
Setelah menghabiskan minumannya, Radit meninggalkan Luna dan menghampiri beberapa tamu yang belum ia sapa. Pemuda gagah itu kembali berbaur dengan tamu undangan. Meninggalkan Mayra yang terus saja memperhatikannya. Wanita itu tersenyum penuh arti.
"Aku siap menghabiskan kembali malam ini bersamamu, Sayang."
Bersambung
***
Hay hoooo pembaca setia Radit-Luna ....
Masih setia tungguin kisah mereka, ya?
Komen di sini, dong. Semangatin emak yang lagi galau😆😆😆
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro