Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 14

DIPAKSA NIKAH (Aku Benci Lelaki)

Oleh: Andri Lestari

PART 14

#AkuBenciLelaki

***

Orang yang satu-satunya mencintai Luna dengan tulus telah pergi untuk selamanya. Anita, wanita yang telah melahirkan dan merawat Luna dengan penuh kasih telah meninggal akibat ulah suaminya sendiri. Luna terpekur di depan gundukan tanah yang masih basah. Aroma tanah yang dibasahi rintik hujan menguar menyapa indera penciuman. Gadis itu duduk tertunduk dengan bahu bergetar. Luna tak bisa menyimpan kesedihannya. Sekelabat bayangan masa silam bersama sang ibu terus berputar di kepala.

Dendamnya terhadap Beni semakin menggunung. Lelaki parasit yang telah membunuh ibunya. Manusia tak tahu diri yang hanya bergantung kepada sang istri. Dada Luna terasa panas jika memikirkan Beni. Kesedihan bercampur emosi yang tak tertahankan membuat tangisnya semakin kuat. Berkali-kali wanita itu menghapus air mata yang mengucur tiada henti.

***

Entah berapa lama Luna berada di pemakaman sang bunda. Terik matahari menyengat kepalanya yang hanya tertutup dengan selembar kain selendang berwarna hitam. Ia merasa kelelahan dan kepalanya terasa sangat sakit. Perlahan Luna bangun dari tempat duduknya. Karena merasa hoyong, ia pun berusaha untuk mencari pegangan. Semua pelayat sudah kembali sejak tadi. Namun, Beni tidak terlihat hadir di acara pemakaman Anita.

Luna memang berharap Beni tidak datang. Ia tidak ingin melihat wajah lelaki itu lagi. Terbersit niatnya untuk melaporkan sang ayah ke pihak berwajib, tapi Luna mengurungkan keinginannya tersebut. Dia berencana untuk pergi ke kota lain. Mengasingkan diri dan memulai kehidupan baru dengan lingkungan baru tanpa satu orang pun yang mengenalinya.
Pun hubungannya dengan Radit juga sudah tidak jelas. Luna tidak mau mengemis kasih kepada laki-laki plin-plan yang tidak punya pendirian. Lelaki yang hanya bisa menikmati tubuh wanita tanpa ikatan halal. Meskipun kaya raya, akan tetapi gaya hidup Radit tidak bisa disandingkan dengan Luna. Ditambah dengan kesombongan ke dua orang tuanya, suka membeda-bedakan kasta.

Keputusan Luna sudah bulat. Pindah dan mencari kehidupan baru. Bernapas dengan tenang tanpa ada gangguan dari orang-orang luar. Apalagi lelaki yang hanya menyebalkan. Mereka hanya bisa menyakiti. Tidak ada yang istimewa dari pribadi lelaki, menyusahkan dan merepotkan.

***

Setelah beberapa hari mengurus barang-barang yang akan dibawa, hari keberangkatan pun tiba. Luna telah memilih kota mana yang akan menjadi tujuannya. Sebelum pergi, rumah peninggalan sang ibu ia kunci rapat. Dia berencana akan menjual rumah tersebut, agar tidak dikuasai oleh Beni nanti. Jangankan rumah, satu lembar baju pun tidak diizinkan Luna untuk dibawa oleh ayahnya itu.

Beni sempat datang saat Luna kembali ke rumah beberapa hari setelah acara pemakaman Anita. Akan tetapi Luna mengusir lelaki itu. Ia histeris melihat wajah Beni. Emosinya tak bisa dikendalikan. Luna melempar Beni secara brutal dengan benda-benda yang ada disekelilingnya. Disebabkan oleh kedatangan Beni itulah sehingga membuat dia semakin yakin untuk menjual rumah milik Anita.

Hari ini adalah jadwal keberangkatan Luna menuju Surabaya. Entah kenapa ia memilih kota tersebut sebagai tempat pelarian. Melihat arloji yang bertengger elegan di lengan kanannya, Luna memburu waktu. Ia tidak ingin ketinggalan pesawat. Waktu penerbangannya hanya tersisa setengah jam lagi.

"Pak, lebih cepat sedikit!" seru Luna kepada sopir taksi. Lelaku berbaju seragam biru muda itu pun menambah laju kendaraannya sesuai perintah dari sang penumpang. Dengan gesit ia meliuk-liukkan badan mobil di jalan raya. Jalanan yang tidak terlalu ramai membuat laju mobil semakin mudah. Berulang kali Luna melihat jam tangan berwarna hitam yang melilit lengan putihnya. Hatinya cenat-cenut takut tertinggal pesawat.

***
"Permisi," ucap Luna pada seseorang yang telah lebih dulu duduk di bangku sebelahnya. Kemudian Luna menghenyakkan tubuhnya di bangku persis di samping orang tersebut.

"Hai!" Balasnya dengan senyum ramah. Luna juga tersenyum sama ramahnya.

"Ke Surabaya juga?" tanyanya lagi.

Luna hanya mengangguk sambil kembali tersenyum. Sebenarnya ada sedikit perasaan enggan untuk meladeni. Luna sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Begitu juga di dalam pesawat seperti sekarang ini. Ia ingin tidur karena kelelahan. Kejadian beberapa hari lalu membuat matanya sulit terpejam. Malah ia belum memikirkan setiba di Surabaya nanti mau kerja di mana. Selama tabungannya masih gendut, gadis itu ingin menikmati kesendiriannya terlebih dahulu.

"Kenalkan, aku Nath." Orang tersebut mengulurkan tangan ke arah Luna. Dengan risih Luna menerima uluran tangan tersebut. Dia masih belum ingin berkenalan dengan laki-laki.

"Luna."

"Nama yang cantik." Senyum terukir di bibir tipis Nath. Lesung pipi lelaki itu terlihat jelas dan itu sangan manis. Luna tidak memungkirinya.

"Sepertinya kamu kelelahan. Aku tidak akan mengganggu. Sebelum kamu tidur, terima ini, nomor teleponku. Jika kamu butuh teman baru di Surabaya, bisa hubungi aku."

"Baik. Terima kasih!"

Luna menerima kartu dari tangan Nath. Kemudian memasukkannya ke dalam saku jaket jeans yang ia kenakan. Tidak baik menolak kebaikan orang, begitu pikirnya. Kemudian mereka saling diam. Membjarkan pikiran masing-masing mengembara ke alam bawah sadar. Kantuk yang kian meraja membuat Luna menguap beberapa kali. Sebelum terlelap, ia melirik lelaki di sampingnya. Nath telah menggunakan kaca mata hitam. Kontras sekali dengan warna kukitnya yang kuning langsat. Sepertinya pria ini suka sekali ke salon, kulitnya terlihat sehat dan terawat dengan baik. Luna lupa dengan kantuknya, ia semakin asyik menatap ke arah Nath yang sepertinya sedang tertidur. Tiba-tiba pikiran Luna tertuju kepada Radit, lelaki kaya yang suka meniduri para perempuan. Luna pun mulai membanding-bandingkan wajah Radit dengan Nath, lelaki yang baru beberapa menit lalu ia kenal.

"Kamu tidak jadi tidur?"

Luna kaget dan merasa sangat malu. Dia tertangkap basah sedang memperhatikan lelaki tersebut. Rasa panas menjalar di wajah Luna. Ia yakin jika wajahnya sekarang telah memerah seperti kepiting rebus.

"Apa dari tadi dia tau kalau aku sedang memperhatikannya?" tanya Luna dalam hati.

"Uhm ... eh, jadi, ini aku mau tidur, kok!"

Secepat kilat Luna menyandarkan tubuhnya ke bangku dan berpura-pura memejamkan mata. Rasa panas itu masih bersisa. Sebelum matanya rapat terpejam, samar-samar Luna masih bisa melihat senyum yang tersungging dari bibir Nath.

Lelaki itu sama sekali tidak melepaskan kaca mata hitamnya. Ia sengaja memakai benda tersebut agar puas menatap wajah Luna dari balik lensa hitam pekat miliknya. Luna tidak tahu jika ia sedang diperhatikan. Malah wanita itu ikut serta memperhatikan wajah Nath. Ingin sekali sejak tadi ia terbahak, akan tetapi Nath sangat menikmati beberapa menit yang ia lalui tadi. Saling memperhatikan bersama wanita cantik yang baru saja ia kenal.

Luna yang sedang berpura-pura tertidur merasa jika sedang diperhatikan. Ia menjadi salah tingkah. Mau buka mata salah, pejam mata lebih salah. Lelaki itu telah berhasil membuat dia malu tak terkira. Perjalanan selama dua jam ini pun terasa begitu panjang.

Bersambung

***

Oke, PART 14 sudah tayang, teman-teman.

Maaf, lamaaaa banget update-nya. Masih setia menunggu??

Makasiiii😙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro