PART 11
Jam istirahat siang, Luna bergegas keluar dari ruangan. Ia memilih menanti Radit di luar gedung perkantoran. Sebelumnya ia telah memberitahukan lelaki itu. Tak lama, mobil berwarna hitam mewah milik Radit berhenti tepat di depan Luna. Gads itu segera memilih masuk tanpa menanti Radit membukakan pintu untuknya.
Radit merasa salah tingkah berada di sampinh Luna. Ia tidak tahu ingin memulai obrolan dari mana. Gadis yang ia cintai pun terlihat begitu kaku tidak seperti biasanya. Lelaki itu yakin, pasti karena kejadian di lift tadi pagi. Tingkah Mayra memang sudah di luar batas. Dan salahnya ia pun tergoda. Kesalahan pertama adalah menikmati malam bersama Mayra di sebuah kamar hotel setelah acara dengan para kolega selesai. Kesalahan ke duanya, ia masih menikmati kehangatan Mayra di dalam lift. Meskipun aealnya ia menolak, tapi itu tidak benar-benar ia lakukan. Rayuan maut wanita seksi itu mampu mengalahkan pertahanan Radit. Kesetiaan yang selama ini selalu ia elu-elukan di depan Luna, akkhirnya kandas juga.
Pada dasarnya, Radit tidak mencintai Mayra. Ia hanya butuh menyalurkan hasrat yang tertunda. Mayra-lah wanita yang bisa melakukan itu. Dari dulu, wanita itu selalu piawai dalam urusan ranjang. Radit menyukainya. Dan sensasi itu kembali ia dapatkan tadi malam. Wanita berbibir ranum itu sungguh bergairah. Ia pintar membuat pasangannya melayang dalam kenikmatan.
Selama ini semua itu belum pernah ia dapatkan dari Luna. Wanita polos itu tidak mau berhubungan badan jika belum menikah. Menurut Luna berhubungan intim sebelum pernikahan tidaklah dibolehkan. Berzina dan hukumnya dosa besar. Baru dengan Luna Radit diperlakukan begitum biasanya, para wanita malah tanpa diminta dengan mudahnya menyuguhkan keperawanan, meskipun hanya satu malam.
Luna memang istimewa.
Perjalanan menuju restoran hanya ditemani sepi tanpa ada sepatah kata. Luna seperti mengunci mulutnya. Tingkah wanita itu membuat Radit menjadi merasa tidak enak. Setiba di restoran, setrlah memarkirkan mobilnya, mereka berjalan menuju meja yang telah dipesan. Radit ingij menggandeng Luna, tapi gadis berambit ikal tersebut menepisnya.
"Aku bisa jalan sendiri."Luna berkata sambil menarik tangannya dari Radit.
Lelaki berwajah tampan itu melengos pasrah. Ia pun berjalan di depan Luna tanpa melirik ke belakang sedikit pun. Sepertinya Radit sudah langganan di restoran tersebut. Baik satpam.mau pun resepsionis semua membungkuk memberi hormat kepada anak konglomerat itu.
Radit dan Luna menuju meja yang telah dipersiapkan. Bebeeapa pelayan wanita mulai mengitari meja menyuguhkan daftar menu untuk mereka berdua. Luna hanya memesan minuman tanpa makanan, selera makannya menguap mengingat peristiwa yang pagi tadi dilihatnya.
"Kamu tidak mau makan?" tanya Radit.
Luna hanya menggeleng tanpa memberikan jawaban.
Setelah pilih-memilih menu selesai, Radit pun memulai obrolan mereka. Bagaimana pun, madalah harus segera diselesaikan.
"Sayang, kamu masih marah?" tanya Radit sambil menatap wajah Luna. Yang ditatap malah memalingkan wajah.
"Menurutmu?" Luna balik bertanya.
Radit menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sepertinya agak susah untuk berbicara dengan Luna kali ini.
"Aku minta maaf. Itu semua tidak seperti yang kamu lihat. Dia memaksaku dan menyodorkan dirinya."
Luna tersenyum mendengar penjelasan Radit. Dia tidak akan bisa dibodohi kali ini.
"Apa iya dipaksa, tapi begitu menikmati? Dipaksa untuk menikmati gitu?"
"Benar, Sayang. Dia itu Mayra. Dia memang mantanku dulu sekali. Kini dia hadir lagi merayu dengan segala cara. Dia tidak menerima hubungan kami berakhir. Aku tidak mungkin kembali karena aku sudah memilikimu. Kita akan menikah."
Luna kaget mendengar kalimat terakhir Radit. Gadis itu berusaha mencari keseriusan di mata kekasihnya. Hanya saja Radit tidak menatap, dia sedang menikmati minuman yang telah disediakan pelayan.
"Bersiaplah. Nanti malam aku akan membawamu untuk berjumpa dengan orang tuaku. Aku akan menjemput pukul delapan malam."
Mulut Luna seakan terkunci. Ia masih bertanya-tanya dalam hati apakah lelaki yang kini duduk tepat di depannya sedang serius?
"Lalu bagaimana dengan wanita itu?" tanya Luna diplomatis.
"Dia bukan apa-apa. Kamu jangan takut. Aku tidak mungkin bersama dia. Masa-masa itu telah lewat."
Luna kembali terdiam. Sedotan di dalam gelas hanya dimain-mainkannya. Rasa lapar hilang begitu saja. Sedangkan Radit, Ia sendiri tidak begitu yakin dengan ucapannya. Apakah ia akan benar-benar menikahi Luna atau tidak. Yang ia mau sekarang adalah bagaimana caranya agar Luna tidak memutuskan hubungan mereka setelah apa yang ia saksikan pagi tadi.
Dibandingkan Luna dan Mayra, dua wanita itu memiliki kelebihan yang berbeda. Mayra sangat piawai dalam hal memuaskan hasrat birahi. Sedangkan Luna, Radit belum mengetahui dengan pasti. Ingin sekali saja ia menikmatinya bersama Luna, akan tetapi sangat tidak mungkin. Luna seperti menggembok diri. Pantang disentuh sebelum halal.
***
Setelah mendengarkan penjelasan Radit siang tadi, Luna masih belum bisa memberikan keputusan mengenai hubungan mereka. Apa yang ia saksikan di lift pagi tadi masih terbayang jelas. Radit dan wanita itu sangat menikmati. Mengingatnya saja Luna merasa jijik. Namun, ia tetap menerima permintaan Radit untuk bertemu dengan orang tuanya.
Dirasa penampilannya sudah cukup, Luna bergegas menunggu Radit di depan. Melihat Luna sudah rapi dan cantik dnegan make up minimalisnya, Beni tak enak hati jika tidak membuat suasana menjadi berubah.
"Mau ke mana kamu?" tanyanya setelah berada di samping Luna.
Luna yang sedang duduk di kursi teras, sedikit mendongak melihat ke atas bapaknya.
"Bertemu orang tua Radit."
Beni tertawa. Ia bertepuk tangan sambil menatap Luna lekat.
"Jangan kamu sia-siakan kesempatan ini. Impianku punya menantu kaya raya akan segera terwujud."
Luna tidak menggubris sang ayah. Dia fokus menatap layar ponsel.
Tak lama Anita ikut berdiri di samping Beni.
"Luna, hati-hati, ya, Nak. Eloklah nanti dalam bersikap di depan orang tua Radit. Berikan kesan terbaik, jika kamu adalah perempuan baik-baik," ujar Anita.
Luna mengangguk mendengar wejangan dari sang ibu.
"Heleh! Rugi cantik kalau tidak bisa menggaet bos-bos kaya. Pokoknya kamu harus nikah sama si bos itu. Jika tidak, kamu akan tanggung akibatnya!"
Anita menatap tajam ke arah Beni. Ia sudah kebal dengan segala macam bentuk ancaman yang dikeluarkan sang suami. Namun, jika ancaman itu diarahkan untuk Luna, maka hatinya akan tidak tenang. Luna adalah nyawanya yang lain.
Di saat perselisihan pendapat terjadi di antara suami istri tersebut, mobil Radit terlihat memasuki pekarangan rumah Luna. Setelah berpamitan pada Anita, gadis itu segera berlalu dan masuk ke dalam mobil. Radit terlihat santai tidak seperti biasanya. Kali ini ia menggunakan kaos berwarna pitih dipadukan dengan jeans berwarna biru muda. Aura ketampanannya semakin terlihat. Luna sedikit pangling dibuatnya. Padahal, ia sudah terbiasa melihat penampilan Radit seperti itu saat bukan di jam kerja.
"Aku gugup!" seru Luna.
Ia merasa tangannya sudah panas dingin sejak tadi. Hatinya berdebar tak menentu. Apa nanti yang akan dibincangkan dengan orang tua Radit?
"Mereka baik. Tidak perlu gugup," ungkap Radit. Ia berusaha untuk menggenggam jemari Luna, tapi, gadis itu menariknya. Ia masih sungkan bersentuhan dengan kekasihnya. Radit menghela napas pelan. Ia akan memberikan Luna waktu untuk menenangkan diri. Lelaki bertubuh tinggi itu tidak ingin memaksakan, dia tidak mau Luna pergi dan kembali menumbuhkan kebencian di hatinya. Setelah dulu bersusah payah untuk mendapatkan cinta wanita itu, kini pun ia harus bersabar menghadapi sikap Luna dikarenakan kesalahannya sendiri.
Akhirnya mereka pun tiba di rumah Radit. Baru pertama kali Luna menginjakkan kaki di rumah pemilik utama beberapa perusahaan di kota mereka tinggal. Orang kaya yang kekayaannya tidak akan habis dimakan oleh beberapa keturunan berikutnya. Luna ternganga dengan kemegahan rumah orang tua Radit. Di dalam hati ia berkata, mana mungkin Radit bisa menikah denganku, kami berbeda!
Radit membawa Luna ke ruangan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Ruangan yang telah diset untuk acara makan malam. Namun, saat mereka menghampiri meja makan yang telah dipenuhi oleh berbagai macam menu makanan itu, semuanya masih sepi. Orang tua Radit belum tampak di sana.
Radit mempersilakan Luna untuk duduk. Sementara ia pergi memanggilkan papa dan mamanya.
Bersambung
***
Bagaimana tanggapan orang tua Radit saat melihat Luna?? Diterimakah Luna sebagai calon mantu atau tidak?
Maaf, up-nya lamaaa. Karena suatu dan lain hal🙏🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro