PART 1
Luna menyandarkan kepalanya di bahu Radit. Lelaki yang baru beberapa bulan terakhir menemani hari-harinya. Seorang lelaki tampan yang sudah bertahun-tahun mengejar cinta milik Luna. Namun, penolakan demi penolakan yang selalu Radit terima. Hingga suatu hari, entah kenapa sang gadis mulai menaruh perhatian pada lelaki tersebut. Ia mulai merespon setiap gombalan yang Radit berikan. Bahkan sudah mulai membalas senyum yang lelaki berbadan tinggi itu lemparkan. Hati yang selama ini selalu menaruh benci terhadap lelaki, akhirnya luluh juga. Radit-lah lelaki pertama yang berhasil menaklukkan hati Luna. Gadis muda yang pernah menyamaratakan semua lelaki seperti bapaknya.
"Dit, kamu janji, ya, gak akan nyakitin aku. Jangan jadi seperti bapakku. Lelaki brengsek yang taunya cuman nyakitin, nyiksa. Kasian ibu." Gadis itu menatap ke depan. Posisi kepalanya masih di bahu Radit. Air mata pun luruh membasahi pipi mulusnya.
"Aku janji, kok. Kamu jangan samain semua laki-laki, Sayang. Tidak semua lelaki itu jahat." Radit menjawab sambil membelai lembut rambut lurus milik Luna.
Sang gadis tersenyum. Air matanya pun diseka perlahan. Tak lama kesedihan yang sempat tergurat menciptkan garis lengkung di bibirnya. Luna tersenyum, hatinya tenang saat berada di dekat Radit. Perlahan luka di hatinya sedikit demi sedikit tertambal menggunakan cinta dan perhatian dari sang kekasih hati.
Mereka menikmati malam di sebuah restoran pinggir pantai. Lampu yang berpijar temaram membuat suasana semakin romantis.
"Aku ngga mau pulang, Dit." Luna berujar sambil mengeratkan pelukan. Rasanya dia tidak ingin jauh-jauh dari lelaki itu. Apalagi jika harus pulang dan kembali mendengarkan isakan ibu dari dalam kamar. Tadi Luna memang sengaja melarikan diri dari rumah. Setelah menyaksikan pertengkaran hebat kedua orang tuanya. Melihat sang ibu yang terus menjadi bulan-bulanan bapak. Mereka seperti tak pernah lelah untuk saling mencaci dan menyiksa.
Radit mengangguk dan tersenyum mendengar penuturan kekasihnya. Angin malam semakin dingin menusuk tulang. Malam kian larut menyelimuti jagad raya. Namun, kondisi restoran belum sepi. Banyak pengunjung yang masih menghabiskan waktu bersama. Enggan untuk beranjak. Saling bertukar cerita seakan tidak ada lagi hari esok.
Setelah beberapa lama saling terpekur dalam diam. Menikmati sensasi sambil saling berpelukan, akhirnya Radit memutuskan untuk membawa Luna ke rumah temannya. Jika gadis itu memang tidak ingin pulang, tempat paling aman adalah rumah Windy. Teman Radit yang hanya tinggal sendiri di kota ini. Orang tuanya berada di kota lain, sedangkan Windy memilih menetap di sini karena pekerjaan.
Luna tidak menolak saat Radit mengutarakan maksudnya. Gadis itu sudah terlalu mempercayai sang kekasih. Apa pun keputusan Radit baginya adalah sebuah kebenaran. Luna benar-benar haus kasih sayang.
Di mobil, sang gadis mengenggam erat tangah kekasihnya. Ia sangat takut kehilangan Radit. Selama perjalanan tubuh Luna mengisyaratkan tidak ingin jauh dari lelaki maskulin itu. Ia terus saja mendekat, tak peduli Radit kepayahan menyupir.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Radit lembut di telinga Luna. Laju mobil sengaja ia pelankan.
Tidak ada jawaban. Luna telah terlelap dengan posisi tubuh tak berjarak. Lelaki itu melirik ke arah Luna. Betapa sempurna ciptaan Tuhan yang sekarang berada tepat di sampingnya. Luna adalah gadis yang memiliki paras cantik dan menggairahkan. Radit merada sangat beruntung bisa merebut hati Luna. Gadis yang terkenal dingin dan cuek dilingkup pekerjaan mereka.
Setelah beberapa bulan menjalin hubungan dengan Luna, barulah Radit mengetahui bagaimana lemahnya wanita itu. Luna yang selama ini memang seperti sengaja menutup hati untuk tiap lelaki, ternyata memiliki hati yang begitu rapuh. Semua disebabkan karena perilaku sang bapak. Luna tidak pernah mendapatkan kasih sayang bapak secara utuh.
Perlahan Radit menepikan mobilnya. Ia merasakan hasrat yang begitu menggebu. Belum pernah selama ini ia bersikap terlalu jauh terhadap Luna. Ia sengaja menahan agar Luna tidak lari dan merasa takut. Namun, kali ini Radit sudah lelah menahan. Ingin sekali saja ia mengecup bibir ranum milik sang kekasih. Radit merasa tertantang apalagi posisi Luna tidak berjarak dengannya. Lelaki itu bisa merasakan embusan hangat napas milik wanita muda itu. Aroma parfum yang begitu lembut menusuk indera penciuman, membuat suasana menjadi panas. Padahal AC mobil telah dinyalakan semenjak mereka keluar dari restoran tadi.
Radit pun semakin mendekatkan wajahnya. Napasnya memburu menahan debar yang semakin tak karuan. Perlahan lelaki itu melancarkan hajatnya. Mengulum bibir ranum kemerah-merahan milik Luna. Luna gelagapan karena susah bernapas. Ia membuka mata dan mencoba untuk mengembalikan kesadaran. Setengah kaget wanita itu mendorong perlahan tubuh Radit. Namun, lelaki itu bagai haus akan kehangatan. Ia semakin mempererat pelukan. Luna pun terbawa suasana. Ia mulai menikmati setiap gerakan yang Radit lancarkan. Perlakuan yang tidak pernah ia dapatkan dari siapa pun sebelumnya. Sikap Radit yang lembut membuat Luna terlena. Ia merasai setiap sensasi yang kekasihnya hadirkan.
Bukan hanya sebatas wajah, tangan Radit sudah berani menjalar ke mana-mana. Merabai setiap lekuk dari tubuh Luna. Gadis itu terbelalak. Ia takut tapi tidak bisa menolak. Dua pasangan yang belum halal itu mulai bertindak jauh dari aturan. Mereka tidak menyadari jika setan sedang memperdayakan.
"Ra--"
Mulut Luna kembali dibungkam. Lumatan itu kian bernapsu. Bukan hanya sekadar melepas keingintahuan. Terus berlanjut tiada henti. Luna yang begitu menyayangi Radit pun mulai mencoba untuk menikmati. Hati yang tadi sempat bergejolak, kini malah merasa nyaman karena merasa dicintai.
Desahan demi desahan menggelora dari dua insan yang sedang dimabuk asmara. Selang beberapa waktu, lelaki itu mulai bisa mengontrol diri. Walau sesekali ia menggeliat karena hasrat ya g belum tuntas tersalurkan. Sambil menggenggam jemari milim Luna, Radit menyetir mobil dengan laju agak kencang. Ia mempunyai rencana lain. Tidak jadi menitipkan Luna ke rumah Windy malam ini, akan tetapi mengarahkan mobil ke salah satu hotel mewah di pusat kota.
Ada hal yang harus segera dituntaskan. Malam ini Luna harus ia miliki seutuhnya. Radit bisa merasakan tidak ada penolakan dari Luna. Berarti kekasihnya juga menginginkan hal yang sama. Radit tersenyum melirik kekasih hati yang melihatnya malu-malu. Luna menyembunyikan senyum sambil merangsek manja ke tubuh Radit. Radit kembali menggeliat melihat gelagat Luna. Rasa itu semakin menggebu. Harus segera dituntaskan.
Mobil berwarna putih milik Radit memasuki halaman hotel. Ia menghentikan kendaraan dan menyerahkan kunci kepada valet parkir yang sudah berada di sana. Radit memeluk Luna dan membawanya memasuki lobi hotel.
Setelah check-in, dengan mantap, lelaki itu meremas jemari milik kekasihnya. Malam semakin larut, akan tetapi ke dua sejoli itu sedang berada di puncak kegairahan yang tidak bisa diminimalisirkan. Luna merasakan getaran yang semakin kuat di dadanya. Badannya panas dingin membayangkan kejadian apa yang kana terjadi beberapa saat ke depan.
"Tenang, Sayang. Jangan gugup!" seru Radit seperti bisa membaca pikiran sang kekasih.
Setiba di depan pintu kamar, Radit memasukkan kartu untuk membuka kunci. Mereka saling bertatapan. Hasrat itu kian meletup-letup tak terelakkan. Dua sejoli yang telah salah memilih jalan. Tidak bisa mengendalikan birahi hanya karena kenikmatan sesaat.
Apakah yang akan terjadi dengan Luna-Radit selanjutnya?
Bersambung
***
BTW, cerbung MEUTIA TIDAK GILA aku off kan dulu, ya. Entah kenapa aku malah selingkuh mikirin cerita baru tentang Luna dan Radit😂😂
Semoga suka😊🙏
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro