Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 21 Satu Kamar

Dibilang malu, jelas malu banget! 

Hania sedang tak berkutik di depan Kenan yang sekarang sedang tidur di pangkuannya.

Masih sesi pemotretan di kapal pesiar tentu. Hanya beda pose saja.

Banyak alasan kenapa Hania mendadak jadi batu begini. Pertama, karena kecupan dadakan di kening itu. Efeknya benar-benar di luar dugaan! Jantung Hania berdegup sangat kencang.

Kedua, karena Kenan ternyata tahu Maya sudah menipunya kemarin!

“Pak–” Ragu-ragu Hania membuka suara.

“Bu Hania, tolong elus rambut Pak Kenan!” Teriakan Raiden menjeda keraguan Hania.

Tangan perempuan itu secara perlahan mulai mengelus puncak kepala Kenan, sesuai instruksi Raiden menurut perasaan Hania. Semoga saja fotografer cerewet itu tidak mengomel atau memberikan instruksi lebih dari ini!

“Tadi mau ngomong apa?” tanya Kenan tiba-tiba.

“Oh? Enggak!” Hania mendadak gagap. “Gak ada apa-apa kok.”

“Kalau kamu sudah menemukan cara membalaskan dendam karena penipuan saudara tirimu itu, langsung katakan saja.”

“Euh … itu ….”

“Minimal dia merasakan apa yang kamu rasakan. Lebih dari itu, lebih bagus.”

“Kapan Pak Kenan tahu?”

“Setelah kamu bertingkah tidak waras.”

“Dari siapa?”

“Bima.”

Ah, benar. Ada Bima yang masih berada di Jakarta untuk menggantikan Kenan tempo hari. Kali ini Hania benar-benar merasa perkataan Kenan ada benarnya.

“Gue beneran gak waras!”

“Kok gak bilang jujur ke saya?”

“Kamu tak akan percaya.”

“Kata siapa?”

“Saya.”

“Enak aja! Coba aja kalau Pak Kenan jujur, mungkin—”

Kenan tiba-tiba bangkit dari pangkuan Hania. Spontan membuat Hania berhenti bicara.

“Break dulu, Rai!” teriak Kenan tiba-tiba.

Raiden tampak mengacungkan kameranya ke udara sebagai balasan.

“Jadi, apa rencanamu sekarang? Sudah memikirkan cara membalaskan dendam?” tanya Kenan. Sengaja mengalihkan topik pembicaraan pada satu hal itu.

Meski sebenarnya ia sendiri sudah memiliki rencana bagaimana cara membuat perhitungan pada saudara tiri Hania itu seperti apa. Tapi, tentu ia tak mau main hakim sendiri. Ia sudah sepakat akan membantu Hania, bukan Hania yang harus mengikuti cara bermainnya.

Hania tampak diam sejenak. “Gimana kalau nagih uang yang udah saya kasih?”

Kenan membuang napas sambil tersenyum sinis. “Ide lain! Itu tidak akan membuat saudaramu menangis seperti kamu kemarin!” 

Bibir Hania langsung mengerucut. Malu tentu saja.

“Atau … bikin perselingkuhan mereka viral di medsos dengan saya bikin thread gitu?”

“Norak! Kamu mau mempermalukan saya juga? Apa kata orang nanti jika tahu masa lalu seorang menantu Prince Group?”

Serba salah! Semua ide-ide yang melesat di kepala Hania ditolak mentah-mentah oleh Kenan. Semua alasan yang laki-laki itu utarakan begitu masuk akal sampai Hania tak bisa membantah.

“Ikuti cara saya!” tegas Kenan.

“Cara apa emangnya?”

“Kamu lihat saja nanti hasilnya.”

“Loh? Kok Pak Kenan jadi main hakim sendiri gitu? Ini kan urusan saya sama si Maya dan Mas Alif?”

“Mas Alif?” Kening Kenan sampai mengerut keras.

“A–alif maksud saya.” Hania terbata-bata meralat kalimatnya.

“Urusan kamu sudah menjadi urusan saya juga!”

“Tapi, Pak–”

“Saya tidak menerima protes!”

“Pak Kenan mau ngapain si Maya sama Alif emang?”

“Rahasia!” Kenan menggeleng. Menolak membocorkan idenya yang sudah sejak kemarin ia pikirkan untuk membuat perhitungan pada saudara tiri terutama mantan kekasih Hania itu.

Hania terus merengek ingin Kenan segera memberitahunya apa yang laki-laki itu sebenarnya rencanakan. Tapi, Kenan bersikeras menolak. Perseteruan keduanya terus berlanjut, di tonton oleh tim Lucky Motret, juga Bima dan Ratna. Mereka tak bisa menginterupsi untuk memberikan aba-aba sesi foto selanjutnya karena waktu istirahat terlalu lama. 

Tapi, Raiden menolak. Ia juga tetap melakukan sesi foto dengan pose Kenan dan Hania yang sedang bercengkrama itu. Tak memberikan aba-aba sekalipun! Hanya meminta timnya diam-diam bergerak sesuai arahannya tanpa mengganggu keasyikan sepasang suami-istri itu.

“Rupanya mereka lebih terlihat manusiawi saat sedang berbincang seperti ini yah, Pak Bima.” Raiden buka suara. “Maksud saya, seperti layaknya suami-istri.”

Bima tersenyum getir. Bukannya tenang, ia justru malah merasa was-was.

“Yah … karena mereka dulunya partner kerja yang sekarang berubah status menjadi suami-istri.”

“Oh, yah? Jadi rumor itu benar tentang Bu Hania yang awalnya asisten pribadi Pak Kenan?”

Bima mengangguk tanpa ragu.

“Waaahhh … seperti di novel-novel yah jadinya. Menarik!”

Satu bidikan terakhir menjadi penutup sesi foto hari ini. Orang-orang masih menyaksikan perbincangan Kenan dan Hania dari kejauhan dengan senyum mengembang.

***

Mulut Hania nyaris tak bisa terkatup lagi menatap sebuah rumah besar berwarna putih di depannya. Yang menurut Kenan, rumah ini akan menjadi rumah mereka mulai detik ini.

Setiap Hania melangkah ke sudut-sudut ruangan di dalam rumah itu, mata dan mulutnya terus membentuk bulatan. 

“Pak ….”

“Ya? Ada yang perlu diubah? Bima akan meminta orang-orang segera untuk merenovasi bagian mana yang perlu diubah dari rumah ini jika kamu mau.”

“Oh? Bukan. Bukan. Pak Kenan yakin rumah ini akan kita jadikan tempat tinggal hanya berdua saja?”

“Ya.”

Hania mengerang kesal sampai menginjak lantai beberapa kali. Dua tangannya terkepal, menahan diri agar tak sampai mendarat di wajah Kenan.

“Pak Kenan gimana sih?! Kita di sini bakalan tinggal berdua, kan?”

“Ya! Sesuai kemauan kamu.”

Kenan hanya menjawab singkat tanpa tahu apa yang membuat istrinya itu tiba-tiba saja tampak jengkel.

Apa rumah yang ia sediakan tidak Hania sukai?

“Kalau kita tinggal cuma berdua di rumah segede ini, saya bakalan kerepotan buat ngurusnya. Bersih-bersih area rumah mulai dari lantai, jendela, cuci gorden yang jumlahnya gak tahu berapa saking banyaknya, belum sofa-sofa yang ada di mana-mana juga harus dibersihkan secara berkala. Pak Kenan mau jadiin saya babu ceritanya? Belum harus masak segala macem. Mana sempat saya ngerjain semuanya, Pak? Apalagi Pak Kenan mau saya tetep kerja juga, kan?”

“Babu? Siapa yang mau menjadikan kamu babu di sini?”

“Pak Kenan!”

“Jangan asal bicara! Semua urusan yang kamu sebutkan tadi, akan dikerjakan orang yang sudah saya pilih.”

“Ih! Gimana sih? Kok malah mempekerjakan orang segala? Gimana kalau mereka tahu soal pernikahan kontrak kita karena kerja di sini?”

“Tidak akan! Berani mereka buka mulut, nyawa mereka taruhannya.”

“Pak Kenan serius?”

“Sudah saya katakan tadi. Orang-orang yang bekerja di sini adalah orang yang saya pilih.”

“Mereka … tinggal di sini juga?”

“Tidak. Kamu bilang hanya ingin berdua saja di rumah ini, bukan?”

Hania mengangguk cepat.

“Mereka akan bekerja sesuai jadwal. Nanti akan saya kirimkan rinciannya.”

Hania menghela napas lega. Tak mengira jika Kenan akan memperhatikan hal sedetail ini. Rupanya pernikahan kontrak ini tak melulu buruk.

“Sebesar apa keinginan kamu untuk berdua dengan saya, Nia?” Kenan tiba-tiba berjalan mendekat pada Hania. Menatap tajam istrinya yang tampak terkejut itu lengkap dengan seringai tipis. “Apa kamu berniat membuat saya jatuh cinta?”

“Siapa juga yang mau jatuh cinta sama laki-laki kayak Pak Kenan?”

“Maksud kamu apa? Memangnya apa yang salah kalau kamu jatuh cinta sama saya?”

“Salah besar! Karena cuma cewek gak waras yang jatuh cinta sama Pak Kenan!”

“Sialan! Sebenci itu dia sama gue?”

Hania langsung balik badan, berjalan menjauh dari Kenan untuk menyembunyikan raut wajahnya yang tengah merengut.

“Siapa coba yang gak bakalan jatuh cinta sama lo, Kenan? Cuma cewek buta! Istighfar, Nia! Jaga hati lo baik-baik! Bertahan, Nia! Bertahan! Cuma sampai lo ngasih dia keturunan. Keturunan? Anak???”

Langkah Hania seketika itu juga terhenti. Sekujur tubuhnya mendadak begitu dingin.

“Pak!” seru Hania yang kembali membalikkan badannya lagi.

“Ya?” balas Kenan yang berada tak jauh darinya, tampak tengah memainkan ponsel di tangan.

“Kita tidurnya pisah kamar, kan?”

Kenan tak menjawab, ia malah berjalan mendahului Hania, menaiki tangga melingkar menuju lantai kedua. Laki-laki itu membuka pintu menuju sebuah ruangan. Hania mengekori tanpa protes.

“Tidak! Kita harus tidur bersama di kamar ini,” tegas Kenan.

“Kok malah tidur sekamar? Kan di rumah ini ada banyak kamar, Pak? Enggak! Saya gak mau tidur bareng Pak Kenan. Saya belum siap! Udah saya bilang waktu itu, saya belum siap melayani Pak Kenan sepenuhnya.”

Serbu Hania sembari berjalan menuju pintu, hendak keluar dari sebuah ruangan besar yang menurut keterangan Kenan akan menjadi kamar utama mereka.

Ya! “Mereka” yang dimaksud adalah Hania dan Kenan!

“Lantas, kamu mau kita tidur terpisah begitu? Membuat para pelayan di sini benar-benar mengetahui sandiwara kita?”

“Kenapa juga Pak Kenan malah sewa pelayan?”

“Lalu kamu mau mengerjakan semua pekerjaan di rumah ini, begitu?”

“Kenapa juga kita gak tinggal di tempat yang lebih kecil. Yang minim perawatan gitu. Misal, apartemen!”

“Apartemen murahan maksudmu? Kamu pikir seorang Kenan pantas tinggal di tempat sempit seperti itu?”

“Aaarrrggghhh!!! Kan cuma sementara, Pak ….”

“Rumah ini lebih nyaman untuk ditinggali sementara juga ketimbang apartemen yang kamu maksud. Kecuali, kamu mau tinggal di Penthouse Prince. Saya bisa pertimbangkan.”

Hania langsung memijit pelipis. Apa yang Kenan katakan barusan tentu saja bukanlah solusi yang ia harapkan.

“Apa gak bisa kita tinggal di hunian yang sederhana gitu, Pak? Yang … yah … pekerjaan rumahnya bisa saya kerjakan sendiri tanpa perlu bantuan pelayan. Hanya sementara!” keluh Hania. Mencoba membujuk Kenan agar berubah pikiran.

“Tidak! Saya tidak mau tinggal di tempat yang sempit, minim fasilitas, dan membuat kamu kerepotan. Kita tinggal di sini! Tak ada protes!”

“Tapi, Pak–”

“Begini saja! Untuk masalah di mana kita berdua tidur, kamu tidur disini, saya tidur di ruang kerja. Tapi untuk semua barang keperluan kita, harus ada di tempat ini. Jangan sampai pelayan curiga jika kita tidur terpisah. Masalah ini selesai!”

***

Novel ini juga terbit di:
1. Karyakarsa
Judul: STAY WITH ME
Penulis: Namiya

2. Goodnovel
Judul: Dipaksa Jadi Jodoh
Penulis: Namiya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro