Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 38 - Cerminan Dari Hati Yang Terlingkupi Ketidaktenangan

Sebagaimana dunia yang tampak begitulah cerah menyambut hari, terhiasi oleh mekaran bunga seiring bagaimana embusan angin pun seakan sibuk singkirkan hawa dingin yang masih tertinggal. Tak heran apabila aroma harum nan lembut begitulah menguasai udara, semacam beritahukan semua orang yang beraktivitas jikalau musim semi tiba sudah pada puncaknya.

Rentetan pepohonan yang berdiri di sepanjang pinggiran jalanan, seakan sedang beradu siapa yang paling banyak memekarkan bunga-bunga berwarna merah muda. Meskipun begitu, hari kerja yang nan sibuk ini bukanlah waktu tepat untuk menikmati keindahan yang barangkali bagi warga setempat adalah hal biasa jikalau musim semi tiba.

Tidak lagi ada pemandangan di mana orang-orang mengenakan pakaian setebal musim sebelumnya. Warna yang dikenakan pun lebih beragam dan hidup, dan tak jarang pula akan terlihat beberapa orang mengenakan pakaian bermotif bunga-bunga.

Salah satu di antara orang-orang terpilih tersebut tak lain adalah ia, seorang pria muda dengan gaya rambut rapi nan resmi layaknya baru saja menghadiri suatu acara penting, dan dengan setelan kebiruan yang melekat sempurna pada tubuhnya, ia keluar dari mobil terparkirnya untuk kemudian dengan sepatu putih yang dikenakan itu pula ia membawa diri masuk ke dalam toko yang diketahui toko Weiyin.

"Apa atasan kalian ada?" tanyanya pada salah satu pekerja, dan jawaban yang didapatkan cukup untuk membawanya bergerak ke suatu ruangan yang diketahui ruangan kerja dari seseorang yang dicarinya. Tunjukkan jikalau yang berada dalam ruangan tidak hanya ada seorang, melainkan dua orang yang mungkin seharusnya tidak ia ganggu.

Lantas, kepada siapa ia harus menyalahkan? Pekerja tadi yang memberikan jawaban tak lengkap, ataukah kepada dirinya sendiri yang segera masuk ke ruangan dengan cukup terburu-buru? Semacam apabila tidak sesegera mungkin ia menemui orang ini, maka kemungkinan besar apa yang menjadi pikiran dan keputusannya akan kembali ditarik atau dihapuskan.

Ataukah harus menyalahkan waktu? Yang mana sekitar 2 jam lalu, ketika ia duduk pada jajaran orang-orang penting dari bisnis Zhilian hotel, tentu tanpa mengecualikan keberadaan dari sang ayah, Wang Zhi Feng. Dan dari sekitar 20 orang yang hadir, tampak satu orang yang pikirannya sedang memikirkan hal di luar dari pertemuan. Terlihat tidak profesional memang, dan terlihat tidak bertanggung jawab. Akan tetapi, apa yang bisa ia perbuat di saat pikiran yang sedang menghantuinya belakangan ini tak bisa diabaikan, dan apabila bukan sang ayah yang menyadarkan, ia tidak akan tahu apabila sekarang semua pasang mata orang-orang yang hadir sedang mengarah kepadanya.

"It-itu ...." Diliriknya sang ayah, termasuk pula beberapa orang lainnya, seakan dibalik pasang mata yang memperhatikannya ini barangkali bisa memberikan suatu kejelasan akan apa yang diinginkan mereka untuk ia katakan.

Namun, tidaklah ada hasil yang bisa ia peroleh, sampai didengarkan sudah dehaman sang ayah yang membuka lembar dokumen berhalaman lima. Yang mana di halaman tersebut, ia selaku yang membuat serta menyiapkan dokumen sudah pasti tahu berisikan atau membahas mengenai hal apa halaman tersebut. Sehingga masa kritis dalam pertemuan ini mampu dilewatinya dengan baik, bahkan ketika berakhir sudah pertemuan ini.

"Kulihat beberapa hari ini kau sering melamun," ucap ayah, begitu dalam ruangan tak lagi dihadiri siapa-siapa selain putra bungsunya ini. "Jika sikap ini kau terus lakukan, terutama di tempat kerja seperti rapat tadi. Menurutmu, apa yang akan dikatakan mereka setelah melihat direktur hotel tidaklah bisa fokus?"

"Maaf, Die."

"Jangan lagi bersikap tidak profesional begini, atau jika memang ada masalah yang mengganggumu, maka selesaikan segera."

Ren Cheng hanya bisa mengangguk paham, sementara sang ayah pergi sudah tinggalkan ia seorang diri yang mengembuskan napas dalam ruangan teramat sunyi. Mengingat-ingat kembali apabila pikiran mengganggu ini telah menghampirinya sekitar beberapa waktu lalu dari semenjak ia berbincang terakhir kali dengan Dao Yang. Kala ucapan Dao Yang yang berucap, "Jika menurutmu ada sesuatu yang mengganjal, ada sesuatu yang jika diungkit akan memancing emosimu untuk melonjak ... bukankah itu berarti ada sesuatu yang salah?"

Kalimat itulah yang terus terngiang, sampai tiba ke titik di mana ia yakin apabila ucapan Dao Yang ini adalah benar tanpa lagi memedulikan bagaimana ia pernah berkali-kali menyangkal sebelumnya. Yang jika semakin disangkal, justru akan semakin mengundang pikiran mengganggu hingga ke tahap di mana teguran dari sang ayah barusan didapatkan.

Dengan segala pemikiran yang telah dipikirkan belakangan ini, terlebih karena memang ia tidak lagi ingin sampai mengecewakan sang ayah. Begitulah akhirnya bagaimana Ren Cheng yang bahkan telah lupa akan makan siang bisa berakhir di sini ... di tempat dan di ruang kerja di mana Xu Wei sedang bersama dengan sang kekasih, Dao Yang. Pun Ren Cheng yang baru saja menyadari apabila ia memang telah masuk ke ruangan ini dengan terburu-buru terdiam, sampai harus dengarkan bagaimana Xu Wei mempertanyakan alasan kenapa Ren Cheng kemari. Karena jelas sekali bagi Xu Wei pribadi, apabila kunjungan Ren Cheng ini adalah kunjungan pertama yang dilakukan dari semenjak pertengkaran terakhir mereka beberapa waktu lalu.

Dao Yang yang memang terlihat akan siap pergi, bahkan jika Ren Cheng tidak datang sekalipun seketika berucap, "Kalian berdua bicaralah baik-baik, aku pamit dulu." Terlebih merasa, dan sangat sadar diri apabila kedua orang ini memang membutuhkan waktu pribadi. "Aku pergi dulu, Ren Cheng."

Tidak ada kata balasan yang bisa Ren Cheng ucapkan selain anggukan, dan entah kenapa ... begitu Dao Yang menepuk-nepuk bahunya, mampu Ren Cheng rasakan jikalau Dao Yang mungkin saja telah tahu apa maksud dari kedatangan menemui Xu Wei ini. Semacam tepukan bahu yang diberikan Dao Yang barusan tak lain adalah suatu bentuk semangat, atau bahkan suatu keputusan paling benar untuk dilakukan Ren Cheng.

Begitu ruang kerja Xu Wei benar saja tertutup, menyisakan Ren Cheng dan Xu Wei seorang. Xu Wei kembali menanyakan untuk alasan apa Ren Cheng berkunjung sekarang? Dan Ren Cheng seketika arahkan pandangan pada Xu Wei, ketahui apabila Xu Wei memang bertanya karena tidak tahu ... tidak sama sekali seperti Dao Yang, dan hal itu sedikit memberikan ketenangan pada Ren Cheng. Akan tetapi, mulut yang belum memberikan jawaban dengan pandangan serius yang dilemparkan pada Xu Wei, cukup jadikan Xu Wei untuk kembali berucap, "Kau kemari bukan karena ingin lanjut bertengkar denganku, bukan?"

Yang mana yang diajak bicara masih setia terdiam, Xu Wei tidak tahu pula apa yang sedang dipikirkan teman prianya ini. Ingin menebak sekalipun, Xu Wei mana berani karena telah menganggap Ren Cheng memanglah benar masih marah karena perihal sebelumnya. "Kuizinkan kau marah padaku, tapi kumohon padamu untuk memberikanku wajah dihadapan para pekerjaku. Kecilkan suaramu jika bisa." Bangun dari duduk, Xu Wei dekati jendela hanya untuk turunkan tirai yang menggantung, dan dengan punggung yang disenderkan pada dinding, Xu Wei tampak siap untuk mendengar tatkala Ren Cheng sekalipun mulai mengikis jarak yang ada hingga berposisi saling berhadapan.

Posisi yang setidaknya membuat Xu Wei sadar, apabila teman prianya ini barangkali sedang tidaklah ingin marah. Melainkan tampak seperti seseorang yang sedang atau kesulitan untuk mengatakan sesuatu atas hal yang sudah diputuskan, dan hal itulah yang membuat Xu Wei tak lagi mampu menghentikan pikiran yang mulai menebak-nebak hingga ke titik di mana mulut ingin mengucapkan sesuatu. Setidaknya diketahui Ren Cheng apabila yang ingin diucapkan Xu Wei jelas saja adalah pertanyaan lainnya.

Dehaman kecil dikeluarkan Ren Cheng sebagai bentuk atau peringatan bagi Xu Wei untuk jangan mengucapkan apa-apa. Karena Ren Cheng merasa, apabila ia tidak mengatakannya sekarang hanya karena tersela oleh Xu Wei ... maka kemungkinan besar ia akan mengurungkan dan menelan dalam-dalam hal yang ingin disampaikan pada Xu Wei.

Dirasa dan dilihat Xu Wei benarlah memahami sinyal dehaman ini, Ren Cheng pun berucap, "Aku butuh bantuanmu." Jadikan Xu Wei sedikit mengerutkan dahi ketidakmengertian atas bantuan seperti apa yang sebenarnya sedang dimintai Ren Cheng ini. "Bisakah kau membantuku, Xu Wei?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro