Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 29 - Penantian Dari Ruangan Berpintu Darurat

Menyaksikan bagaimana dokter dan beberapa perawat lainnya masuk ke dalam ruangan medis, Dao Yang dengan tangan serta pakaian berlumuran darah hanya bisa menatap pintu yang baru saja tertutup. Dapati pula pelaporan dari beberapa petugas kepolisian yang menangani kasus, jelaskan apa yang terjadi disebabkan oleh bocah yang tiba-tiba saja menyeberangi jalan sesuka hati. Sebabkan si pengemudi mobil kuning tak bisa menghentikan laju kendaraan, malah membanting setir ke tengah jalanan dan tertabrak oleh mobil yang melaju dari belakang.

Pihak keluarga dari si bocah telah meminta maaf, dan bersedia menerima segala jenis ganti rugi jika memang diperlukan atas kecelakaan yang terjadi.

Namun, untuk saat ini keputusan apa yang ingin diambil oleh pihak keluarga Wang, bagaimana mungkin Dao Yang bisa mewakili tanpa berkompromi, bukan? Di saat keluarga Wang entahlah apakah sudah mengetahui atau belum mengenai kabar kecelakaan ini. Oleh karena itu, Dao Yang hanya bisa meminta petugas kepolisian untuk datang kembali apabila memang pihak keluarga Wang nanti tiba.

Yang mana seperginya petugas kepolisian, barulah Dao Yang menyadari apabila ia tidak sendiri di lorong dari rumah sakit ini. Melainkan ada Ding Xiang yang berdiri tak jauh darinya, dan mungkin telah mendengarkan laporan dari petugas kepolisian tadi. Berulang kali Dao Yang mengatakan untuk jangan khawatir, tapi tidaklah Ding Xiang memberikan jawaban semacam tak mendengar ucapan apa-apa. Bahkan ketika Dao Yang meminta untuk duduk saja pada jejeran kursi yang ada, tidaklah pula Ding Xiang bergerak sampai-sampai harus Dao Yang sendiri yang memapah dan membawanya duduk.

"Kecelakaan ini terjadi bukan atas kesalahanmu. Berhentilah menyalahkan diri, dan lebih baik kau pulang istirahatkan tubuh." Tak mesti harus menunggu jawaban, dari bagaimana air mata yang dikeluarkan Ding Xiang pun, Dao Yang telah tahu apa yang hendak dikatakan adalah suatu bantahan. Terlihat kian meyakinkan setelah dapati Ding Xiang menggelen-geleng. "Kau sendiri tadi mendengarnya dari petugas, penyebab kecelakaan adalah kelalaian orang tua terhadap anak."

"Tetap saja ... apabila sebelumnya aku tidak bertengkar, maka kemungkinan besar konsentrasi Direktur Wang tidak akan terbagi."

Dengan yakin Dao Yang membalas, "Daripada berpikir yang tidak-tidak, akan lebih baik jika kau menanyakannya langsung pada Ren Cheng nanti." Meskipun ia bukanlah seorang dokter dan tidak begitu paham mengenai medis, tapi setidaknya ia harus yakin jika semua akan baik-baik saja.

Mana tahu dari lorong terlihat kehadiran seseorang mendekat, mendirikan sepasang tungkai Dao Yang untuk siap menyambut siapa pun itu. Namun, kian dekat seseorang ini melangkah, dapat dilihat apabila bukan anggota keluarga Wang yang datang, melainkan teman terdekat Ren Cheng. Lantas, apakah mungkin keluarga Wang belumlah mendengar kabar kecelakaan yang dialami Ren Cheng? Karena jika sudah mendengar, sesibuk apa pun mereka tidak mungkin akan selama ini datangnya.

Dengan cepat Dao Yang melesat hampiri Xu Wei, ajak wanita ini sedikit menjauh dari Ding Xiang yang barangkali memang membutuhkan waktu sendiri dalam menjernihkan pikiran dan tenangkan emosinya. Yang dengan segera pula tanpa berbasa-basi, Xu Wei bertanya, "Bagaimana keadaan Ren Cheng? Semuanya baik-baik saja, bukan?"

Mengangguk Dao Yang, tenangkan Xu Wei yang merasa sedikit lega dan puas. Semacam Dao Yang-lah dokter yang menangani, dan hal itu menunjukkan betapa besar Xu Wei menaruh kepercayaan pada Dao Yang yang berakhir melemparkan pertanyaan. "Apa keluarga Wang telah tahu hal ini?"

"Banyak orang yang membicarakan mengenai hal ini, tapi dikarenakan itu pula kabar ini malah terdengar seperti kabar bohong. Hingga aku secara kebetulan melewati area dari kecelakaan, dan lihat benar saja mobil Ren Cheng di sana ... barulah buru-buru aku kemari." Xu Wei mencoba menarik dan mengembuskan napas dalam-dalam beberapa kali, dan begitu merasa detak jantung telah kembali normal, barulah ia dapati akan bagaimana tangan serta pakaian Dao Yang berlumuran darah. Meminta untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

Tentu kepergian Dao Yang ini dimanfaatkan Xu Wei sebaik mungkin untuk menemui Ding Xiang, ambil posisi duduk bersebelahan. Hanya saja, tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. Apakah harus menenangkan Ding Xiang yang terlihat terpukul ini? Ataukah harus meminta maaf dahulu terkait kasus penangkapan Su Yao? Yang pada akhirnya Xu Wei memulai dengan menyebutkan nama Ren Cheng. Beritahukan bagaimana pria itu baik, peduli dan berhati hangat. Jelas Xu Wei tak lagi ingin membiarkan Ding Xiang terus-terusan marah hanya dikarenakan kasus Su Yao yang merupakan bagian dari permasalahan Weiyin, bukannya Ren Cheng.

Hanya dikarenakan Ren Cheng berteman dekat dengannya, Ren Cheng pun harus menanggung untuk dibenci. Sekarang, pria baik itu terbaring dalam ruang darurat. Bagaimana kondisinya, dan bagaimana luka yang dialami belumlah diketahui.

Namun, sama seperti bagaimana Dao Yang yakin semua akan baik-baik saja, Xu Wei juga demikian. Mengatakan hal-hal konyol seperti misalkan ... bagaimana jika ada luka pada wajah Ren Cheng yang tak bisa dihilangkan? Bukankah ketampanan yang selalu ditinggikan Ren Cheng akan hilang? Seorang Direktur Muda dari Zhilian Hotel akhirnya tak lagi bisa menyombongkan diri.

Pun Ding Xiang seketika tertawa kecil, air mata disekanya untuk kemudian arahkan pandangan pada Xu Wei. "Terima kasih telah menghiburku. Sebenarnya ... aku masih ingin mendiamkan kalian hingga tiga hari ke depan, tapi lihatlah Direktur Wang, sungguh pandai bermain menjadi korban."

"Benar, setelah ini kau bisa bebas memarahinya dan memukulnya sepuas mungkin, atau jika tidak ingin bermain fisik ...." Memikirkan baik-baik hal apa yang harus dipergunakan, Xu Wei seketika tersenyum sembari melanjutkan ucapannya, "kau bisa membuatkan makanan paling tidak enak untuknya nanti."

Seakan segala kekhawatiran yang ada terangkat sudah, Ding Xiang embuskan napas dengan cukup panjang untuk kemudian tersenyum bahkan menyampaikan terima kasihnya pada Xu Wei. Sekaligus meminta maaf atas perilaku kekanak-kanakannya. Namun, Xu Wei tidak menerima permintaan maaf tersebut, karena yang harus meminta maaf dan mendapatkan maaf adalah dirinya. Bukanlah Ding Xiang.

Begitu kata 'maaf' keluar dari mulut Xu Wei ... seketika itu pula Ding Xiang menerima. Yang mana di saat itu juga, kehadiran dari keluarga Wang, lengkap dengan Jia Hou dan juga Yun Bei hadir bersamaan. Sertakan pula Dao Yang yang baru saja selesai membersihkan tangan dari lumuran darah untuk bergabung dengan semua orang, menanti akan saat di mana pintu dari ruangan darurat dibukakan sembari jelaskan pelaporan dari petugas kepolisian mengenai keseluruhan dari kecelakaan dan juga mengenai bagaimana pihak keluarga si anak kecil ingin meminta maaf serta bersedia menerima hukuman apa pun, bersedia pula membayar ganti rugi jika diperlukan.

"Mari kita urus hal itu setelah melihat bagaimana kondisi Ren Cheng," ucap Wang Zhi Feng, melirik ke arah istrinya yang berlinang air mata serta ketakutan. Meskipun demikian, sang istri masih mengangguk menyetujui. "Baiklah, kau duduklah lebih dahulu istirahatkan tubuh." Jatuhkan pandangan pada sang menantu, Yun Bei. Segera Yun Bei yang paham memapah ibu mertuanya untuk duduk bergabung bersama Xu Wei dan juga Ding Xiang.

Tidak banyak yang bisa dibicarakan para wanita ini, karena memang situasi dan waktunya tidak tepat bagi mereka untuk mengobrol. Terus berharap jika pintu beruangan darurat untuk sesegera mungkin terbuka, keluarkan setidaknya satu saja orang yang melaporkan kondisi terkini Ren Cheng seperti apa. Setidaknya satu kabar lebih baik daripada tidak sama sekali. Sungguh berbanding terbalik dengan para pria yang masih setia berdiri di sana, sibuk mendiskusikan sesuatu sembari sesekali menoleh pada pintu yang tertutup darurat tersebut.

***

Waktu entahlah telah menunjukkan pukul berapa, seperti apa pula kondisi di luar sana dengan hujanan kepingan es siang tadi entahlah apakah sudah berhenti atau belum. Tidak tahu pula bagaimana kabar kecelakaan Ren Cheng telah menyebar, dan sepanas apa topik tersebut telah dibicarakan. Yang pasti kini tak satu pun orang dari rumah sakit ini yang menanti tepat di depan atau lorong dari ruangan berpintu darurat, anggota keluarga seluruhnya telah pindah ke dalam suatu ruangan yang bisa dimasuki oleh siapa pun selama tidak menganggu ia yang terbaring belum sadarkan diri.

Raut penuh kelegaan hampiri setiap wajah dari anggota keluarga, saling mengobrol satu sama lain termasuk dengan Xu Wei yang jelas terlihat dekat. Namun, tidaklah dengan seseorang yang berstatus pekerja Weiyin ini, dan entah sejak kapan dan dengan alasan apa pula, telah tinggalkan ruangan dan hanya bisa mengintip dari balik pintu yang sedikit terbuka ini untuk pandangi siapa yang terbaring di ranjang. Memang terlihat seperti terasingkan dari semua orang, tapi Ding Xiang tidaklah merasa demikian hingga berakhir tinggalkan rumah sakit.

Dari awal di mana Ding Xiang berjumpa secara tak sengaja di restoran perancis, saksikan bagaimana lamaran Ren Cheng ditolak oleh Xu Wei ... ia sadar betul dirinya bukanlah siapa-siapa selain orang yang tak penting, terutama bagi Ren Cheng. Atas dasar apa pula ia bisa-bisanya menyukai pria itu? Bahkan memiliki sedikit keinginan untuk perasaannya terbalaskan. Setelah dipikir-pikir, pertengkaran yang terjadi tepat sebelum Ren Cheng mengalami kecelakaan, benarkah semua dikarenakan kekecewaan akibat kasus Su Yao? Ataukah justru dikarenakan ucapan Dao Yang sewaktu di kafe tersebut?

Akan tetapi, benarkah Ren Cheng orang yang sedemikian rupa? Bisa memanfaatkan segala cara hanya untuk menutupi perasaannya yang belum menghilang dari Yun Bei? Dan jika memang begitu kenyataan yang ada, apa yang harus dilakukan Ding Xiang yang kini telah berada di luar dari rumah sakit. Rasakan dari dinginnya kepingan es yang jatuh pada tangan terulurnya, sadarkan ia dari pikiran yang menekan untuk kemudian pulang ke rumah sewaan dengan menaiki rickshaw (Becak versi china).

Tidak perlu menghabiskan waktu terlalu lama, sesampai di rumah pun seketika ayah dan ibu menanyakan ke mana dirinya sepanjang hari ini? Padahal hari di luar sana mampulah segelap itu dikarenakan efek dari hujanan kepingan es yang memang kian lebat. Kala lihatlah sendiri di bagian dapur kecil rumah sewaannya ini, ibu jelas saja baru memulai untuk memasak makan malam, di saat ayah sendiri sibuk membaca surat kabar yang memberitakan kabar kecelakaan dari Ren Cheng.

Karena rasa penasaran akan seperti apa kabar tersebut diberitakan, Ding Xiang yang mengabaikan ocehan sang ibu bergegas dekati sang ayah untuk ikut melihat surat kabar yang ada. Yang tentunya sebagian besar apa yang dikabarkan tidaklah benar, semacam surat kabar ini dibuat bukan untuk menyampaikan fakta, melainkan demi menarik rumor untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak lagi.

Tak heran apabila Ding Xiang seketika berucap, "Jangan percaya dengan apa yang ditulis ini, semua jelas adalah kebohongan karena penyebab kecelakaan sama sekali bukan berasal dari Ren Cheng." Direbutnya surat kabar, dibuang sudah ke dalam plastik tempat sampah. "Jika kalian ingin tahu kebenaran dari kecelakaan itu seperti apa, aku bisa memberitahukan semuanya. Yang pastinya adalah fakta, dan bukannya kebohongan. Jangan pula dengarkan ucapan orang-orang di luar sana, jelas sekali orang-orang belakangan ini suka bergosip."

Tidak mengherankan apabila ayah dan ibu akan menganggap putri mereka ini bersikap berlebihan, di saat memang tidak ada yang menanyakan apa-apa terkait kecelakaan tersebut, bahkan tidak pula menanyakan apa-apa terkait kondisi Ren Cheng. Semacam ayah dan ibu tidak sama sekali peduli akan apa yang terjadi, dikarenakan mereka memang tidak begitu kenal apalagi dekat, ditambah lagi perihal kemarin terkait Su Yao ... ayah masihlah menyimpan ketidaksukaan atas perilaku Ren Cheng.

"Aku bukannya membela Ren Cheng, ataupun sudah memaafkannya. Hanya saja ... kecelakaan itu terjadi tak jauh dari posisiku berada, jadi ... sedikit kurang aku tahu kejadian sepenuhnya seperti apa."

"Daripada kau mengoceh tak jelas, bukankah lebih baik kalau kau membantu ibumu memasak?" tanya ayah, dan Ding Xiang pun menjauh dari sang ayah untuk kemudian membantu ibu membersihkan dan mencuci sayuran hijau yang ada. "Xiang'er ...." panggil ayah kemudian, tapi ada semacam keraguan yang hadir dari balik mulut memanggilnya ini. "jika kau merasa berat untuk menetap di kota ini, pulanglah ke rumah kapan pun kau mau. Hanya pintu rumah itu yang akan selalu terbuka untukmu, dan akan ada ayah dan ibu yang selalu menyambut."

Mendengar hal itu seketika datangkan rasa haru dan juga kaca-kaca bening pada Ding Xiang. "Aku tahu, keluarga adalah yang terbaik. Tidak meninggalkan dan selalu bersama. Kalian jangan khawatir, semua baik-baik saja. Putri kalian ini tidaklah selemah itu hanya dikarenakan suatu hal kecil, dan lihatlah bagaimana produk wewangian buatanku baru saja diluncurkan kemarin."

Ayah dan ibu serta merta tersenyum, mengangguk-angguk membenarkan. Siapa yang tahu mulai besok akan menjadi seperti apa putri mereka, mengingat untuk menciptakan wewangian itu sampai bisa terjual dibutuhkan banyak proses, bahkan di dalam dari proses tersebut memiliki beberapa hal layaknya drama telah terjadi. Akan sangat disayangkan apabila mimpi putri mereka yang baru tergapai ini harus disudahi hanya dikarenakan masalah kecil terkait kekecewaan telah dibohongi, bukan? Dan baik ayah ataupun ibu akan selalu mendukung keputusan Ding Xiang, selama semua baik-baik saja seperti apa yang barusan putri mereka katakan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro