Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3

“Kenalin, Dad, calon Jay,” katanya sambil mengecup jemari Bongbong.

Mereka berdiri menghadap Jason yang duduk di kursi tunggalnya dengan kaki menyilang. Kaki kanan berada di atas kaki kiri, tangannya berada di atas kedua pahanya. Mengenakan jas hitam, senada dengan sepatu mengkilapnya yang ia pakai.

Fey yang mendengar ucapan sang kakak tercengang. Ia terkejut dengan ucapan dari seorang Jay, terkenal dingin dengan semua perempuan yang mendekatinya, saat ini mengatakan jika teman Fey adalah calon tunangannya. Sungguh luar biasa, batin Fey.

Di ruang tengah, ayahnya tersenyum meremehkan melihat penampilan gadis dari teman anak bungsunya. Dilihatnya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Bongbong yang memakai celana jin hitam dengan kaos oblong longgar berwarna putih, rambut sepunggung yang sengaja dikucir kuda, juga jangan lupakan flatshoes hitamnya yang sudah buluk.

Bongbong segera menarik tangannya, ia risi dengan perlakuan lelaki yang berdiri di sampingnya. Tanpa ragu, ia menginjak kaki Jay dengan semangat ’45 hingga Jay mengaduh kesakitan. Dilihatnya jam yang bertengger indah di tembok sebelah kanannya, jam sudah menunjuk di angka 12 dengan jarum panjang di angka 3, itu artinya tersisa 45 menit lagi dirinya akan terlambat ke toko kue tempatnya bekerja.

“Maaf, Om. Saya buru-buru. Saya tidak ada waktu untuk meladeni orang di sebelah saya,” liriknya pada lelaki yang menyebutnya sebagai calon tunangan tadi. Bongbong langsung berlalu menuju tangga di mana Fey sedang menunggunya.

Mereka memasuki kamar, dilihatnya foto yang ada di atas meja belajar Fey, dirinya dengan gadis itu melakukan photobox di mal saat mereka sedang main. “Bong, nggak usah didenger ucapan kakak gue tadi! Dia udah perjaka tua, makanya bokap nyuruh merit.” Fey mengambil buku yang diminta Bongbong. “nih, buku lo.” Ia menyerahkan bukunya.

“Sans, aja elaah. Kayak baru kenal gue aja!” serunya. Ia memasukkan bukunya ke dalam tas. “gue pamit dulu, ya! Bentar lagi masuk soalnya. Bye.” Mereka cipika-cipiki, lalu Bongbong meninggalkan kamar Fey.

“Gue anter, deh, sampe depan.” Bongbong mengangguk.

Mereka menuruni tangga bersama. Di ruang tengah masih terdengar suara Jay dengan ayahnya. Bongbong berjalan begitu saja, melewati ruang itu sambil menggamit tali tas gendongnya.

“Ati-ati, ya! Jangan kapok ke sini lagi.”

“Siap.”

Bongbong berjalan dari pintu rumah Fey ke gerbang membutuhkan waktu sekitar 5 menit. Jauhnya pintu gerbang dengan pintu rumah membuat kakinya terasa pegal, tapi tergantikan dengan tanaman bunga di sepanjang jalan membuat mata Bongbong segar menikmati keindahan warna-warni bunga yang tumbuh menghiasi jalan.

“Siang, Pak,” sapanya pada sekuriti yang berjaga di pos gerbang.

“Siang, Mbak.” Ada dua sekuriti yang berjaga, satu sudah beruban, satu lagi masih muda. Semua berbadan besar, dengan rambut cepak, dan seragam yang sama hitamnya dengan kulit mereka.

“Kok, nggak bisa dibuka?” keluhnya saat membuka gerbang. Sekali lagi ia mencoba membuka, tetap tidak bisa. “Pak, bisa tolong bukain gerbangnya?”

“Mbak nggak boleh keluar sama Bos!” ucapnya datar, seperti tembok.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Duh, kenapa ya nggak boleh keluar? Kepo ya?
Tungguin aja up selanjutnya

Oh iya, yang mau pesen pembatas kayak gitu atau pesen cover juga bisa

Bisa pesen di naviegirl
Untuk yang masih teen, unyu-unyu kek orangnya bisa pesen di sini

Atau bisa juga ke Dee14007 kalo ini kayak yang dark, atau dewasa gitu model covernya.

Tapi semuanya cakep-cakep kok, cek aja ig'nya kalo mau bukti

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro