Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11

“Lupa?” Jay telah berdiri di depan kap mobilnya selama tiga puluh menit. Selama itu pula dirinya sudah menelepon Bongbong sebanyak puluhan kali. Mengirim pesan hingga sepuluh kali, tanpa balasan.

Waktu adalah uang bagi Jay. Se menit ia membuangnya, maka hilang sudah kesempatan untuk mendapat investor asing untuk bekerja sama. Karena waktu sangat berharga baginya seperti investor yang memupuk kepercayaan pada perusahaannya.

“Maaf, Bang. Tadi sibuk baca novel sampe lupa waktu.” Jay masuk ke dalam mobil diikuti Bongbong. “Marah?”

“Saya tidak mau banyak basa-basi. Sekarang ganti pakaian kamu, dan dandan yang cantik. Kita akan ketemu dengan daddy dan juga calon besannya!” Jay langsung menjalankan mobilnya menuju apartemennya.

“Tapi saya nggak punya bajunya, Bang. Kalo dandan biasa, sih, bisa. Pernah jadi SPG soalnya,” senyumnya pada Jay. Ia melihat jalanan yang bukan ke arah rumah Jay, tapi malah lurus. :”Kita ke mana, Bang? Bukannya rumah Bang Jay harusnya belok tadi?”

“Apartemen.”

Jay memang cuek terhadap perempuan, apalagi pada Bongbong yang baru dua kali bertatap muka. Akan sangat sulit bagi Jay untuk mencoba akrab dengannya. Meskipun jalanan sedang macet, Jay tampak tidak kesulitan untuk mencari jalan tikus agar cepat sampai Apartemennya. Lima belas menit menggunakan mobil lamborghini, membuatnya cepat sampai.

Di Apartemen, sudah ada beberapa karyawan salon dan juga butik langganan keluarga Jay yang akan mendandani Bongbong. Dari merawat kuku, rambut, juga kulit putihnya yang berkerut karena tidak memakai lotion.

“Bang, semua ini mau ngapain? Banyak banget orangnya.” Bongbong menghitung jumlah orang yang berada di Apartemen. Sebanyak sepuluh orang yang akan mendandani Bongbong dan membuatnya cantik.

“Saya tinggal dulu, ya! Nanti urus saja, buat terlihat menarik dan sepadan dengan saya!”

“Baik, Pak,” jawab seluruh karyawan yang berdiri di sisi pintu.

“Bang,” panggil Bongbong mengikuti ke arah Jay masuk ke dalam kamarnya mengambil dokumen lalu keluar lagi. “Saya ditinggal di sini?”

Jay terhenti, melihat Bongbong sebentar lalu melihat Gucci di tangan kirinya. “Sudah jam 2 kurang, waktumu semakin sedikit untuk berdandan. Dan ingat, uang yang sudah kamu terima dan kamu harus melakukan apa untuk saya!”

“Hah?” Bongbong masih memikirkan apa yang Jay ucapkan. loading-nya lama. Dari ucapan Jay masuk ke telinga, tercerna ke otak, di sana masih berputar-putar untuk merespons apa yang Jay telah ucapkan.

Setelah Jay menutup pintu Apartemen, baru Bongbong digiring ke depan cermin untuk melakukan ritual berdandan. Duduk di kursi empuk membuat Bongbong tidak nyaman karena kaki dan tangannya dipegang oleh para pekerja untuk manikur dan pedikur.

“Eh?” Bongbong terkejut saat kakinya masuk ke dalam wadah berisi air hangat. Meskipun tidak nyaman, nyatanya ia tertidur.

Para karyawan sibuk menyiapkan air mandi susu agar kulit Bongbong tidak kering dan kasar. Saat karyawan selesai mengerjakan manikur dan pedikur, Bongbong disuruh mandi air susu dalam waktu sepuluh menit.

Selepas itu, Bongbong didandani bak artis Korea dengan dandanan yang tipis n flawless. Hanya menggunakan foundation dan bedak, perona wajah, serta lip balm juga liptin agar bibirnya tidak pucat.

Sumpah demi apa pun, Bongbong terlihat sangat cantik, seperti anak remaja yang baru lulus sekolah dengan nilai memuaskan ketika senyumnya mengembang. Dengan gaun longgar berlipat sepaha, warna yang sangat disukainya, krem. Bongbong memutar badan saat berkaca di depan lemari.

Rambutnya dikeriting gantung, hanya bagian bawah yang terlihat keriting, juga kontak lensa membuat matany menjadi tidak sipit lagi.

Tak lupa sandal hak lima sentimeter yang sangat cocok dengan gaunnya, berwarna coklat. Kukunya sudah mengkilap, wajahnya sudah seperti artis, tak lupa kulitnya juga lembut.

Menjadi ratu dalam sekejap, meskipun hanya sementara membuat gadis berambut sepunggung itu merekahkan senyumannya sedari tadi.

“Non, ini tasnya.” Satu karyawan memberikan tas kecil berwarna senada dengan gaunnya.

Bongbong telah siap untuk dijemput. Ia duduk di kursi meja makan, di sana ada roti yang bisa mengganjal perut Bongbong. Pasalnya, perutnya sudah berdemo meminta jatah siang yang belum diisi apa pun. Ia mengambil satu iris roti dengan selai strawberry di atasnya.

“Jangan di makan, Non! Nanti liptin-nya pudar!” Satu karyawan yang bernama Mbak Nay melarang.

Bongbong meliriknya. Perutnya sudah minta diisi sejak tadi. Berdandan seperti ini saja membutuhkan waktu empat jam membuat dirinya tidak sempat makan apa pun sejak tadi siang.

“Sebentar lagi Tuan Jay akan tiba.” Ini adalah Miss. Iya panggilannya Miss. Dia sebenarnya cowok tapi sedikit kayak perempuan dan maunya dipanggil Miss. Dia salah satu yang memanikur jemarinya.

“Sudah Siap?” Jay memasuki kamar Apartemennya dan langsung melongo melihat Bongbong.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro