🌸Dignitate 🌸
🍬🍬🍬
Kalau diibaratkan sebagai sebuah rasa, aku yakin rasa yang tepat untuk seorang Alfi adalah rasa pedas. Itu sesuai jika kau tahu siapa dia sebenarnya.
Maka kalau kalian kenal dengan Keenan kalian pasti langsung tahu rasa apakah dirinya. Yah, benar rasa gurih. Rasa yang tak pernah bosan untuk kau nikmati.
Bila kamu diantara keduanya kamu pilih rasa yang mana?
"Alana!"
Suara itu menyentak ku dari lamunan, orang yang yang sedari tadi ada di lamunku itu sedang berada di hadapanku membawa sebuah kantong plastik ditangannya.
"Keenan, lo bukannya lagi latihan ya? Kok lo ke sini?"
"Ini," Keenan meletakkan kantong plastik itu di mejaku, "itu roti, gue beli buat lo."
"Gue lagi diet, Keenan."
"Lo mau sekurus apa lagi? Badan cungkring gini mau lo kurusin gimana lagi?" Balas Keenan.
"Tap–"
"Nggak usah manja! Entar sakit baru tau rasa."
Suara itu berasal dari sesosok manusia berbibir cabai yang setiap bicara keluarnya pedes mulu. Alfi.
"Iya-iya nanti gue makan," ucapku setengah hati.
"Nggak usah sok-sokan diet deh, badan segitu aja harusnya lo bersyukur!" Ucap Alfi dengan nada tinggi.
"Udahlah Al, gue cuma khawatir kalau mag dia kambuh lagi," Keenan memang selalu menjadi penolong gue dari si pedas Alfi.
"Dan untuk Lo, jangan coba-coba untuk diet. Diet itu nggak baik buat kesehatan," hatiku menghangat mendengarnya.
"Ck, lo nggak latihan? Kalau terus manjain anak satu ini, lo bakal tertinggal jauh," kata Alfi.
Alfi benar-benar minta dijitak. Kenapa manusia kayak dia mesti ada sih?
"Rotinya jangan lupa dimakan. gue latihan basket dulu ya," ucapannya lalu mengacak rambutku.
Begitu manis sampai rasanya aku mau meleleh saat itu juga.
"Baper lo? Baru digituin doang."
Mood-ku langsung berubah seratus delapan puluh derajat mendengar manusia cabai ini.
🍬🍬🍬
Bagai es krim ditengah panas, tepat saat ini rasanya hatiku meleleh ketika Keenan menggendongku ke UKS. aku masih menjalankan diet ku pagi tadi dengan makan sebuah apel saja untuk sarapanku, alhasil tubuhku lemas ketika upacara bendera.
Keuntungannya dari diet ku kali ini, aku bisa digendong ala bridal style oleh Keenan.
Sesampainya di UKS. dapat kulihat samar-samar dengan kesadaran ku yang terbatas Keenan mengambil segelas air dan....
Syurr
Wajahku seketika basah, penglihatan ku sepenuhnya pulih. Kali ini dapat kulihat wajah menyebalkan Alfi dihadapan ku.
Ternyata yang menggendong aku bukanlah Keenan, tapi dia.
"Dasar manja. Sadar lo. Badan lo berat nggak usah berlagak sok pingsan," katanya dengan wajah sedatar-datarnya seolah tanpa dosa mengucapkan kata itu setelah perbuatannya tadi.
"Terkutuk lo Al, gue beneran sakit tauk!"
"Bodo."
Tiba-tiba saja kepalaku pusing ketika aku hendak berjalan keluar UKS, aku tidak sanggup menahan beban tubuhku karena tubuhku saat ini sedang lemas sekali.
Aku mungkin saja akan terhempas ke lantai saat sebuah tangan menahan tubuhku.
"Kalau sakit beneran, seharusnya lo nggak usah banyak bergerak."
Kali ini dia mengucapkannya dengan nada yang lembut tidak seperti tadi seolah ada kekhawatiran didalamnya.
Dan anehnya padaku, ada debaran aneh di daerah dadaku yang membuat aku semakin bingung.
🍬🍬🍬
Dia begitu manis seperti gulali, sehingga aku tak dapat membedakan antara perasaan suka atau ketertarikan semata.
Keenan mengantarkan aku pulang untuk pertama kalinya, dan membuatku senang luar biasa. Apalagi dibonceng dengan motor besarnya membuat aku serasa menjadi Salma yang dibonceng Nathan dalam film dear Nathan.
Keenan sesekali membuat lelucon agar perjalanan kami tidak begitu membosankan.
Hingga tiba di depan rumahku, aku turun dengan sedikit bantuan darinya.
"Thanks, Keenan." Ucapku seraya memberikan helm padanya.
"Hati-hati dijalan."
Dia tersenyum ke arah ku, dan mengacak rambutku yang mungkin sudah menjadi hobinya.
"Jangan lupa bangun besok," kata Keenan disertai kekehan setelahnya.
"Iya gue tahu kali," aku membalas senyumannya.
Sungguh manis tapi apakah sikap manisnya ini hanya untuk ku atau pada semua orang pun ia bersikap seperti ini? Karena setahuku Keenan adalah orang yang baik.
🍬🍬🍬
Nasi goreng dengan sosis dan ayam lengkap sudah dalam bekal berwarna biru yang sudah ku siapkan tadi pagi terpatri indah dalam genggaman tanganku.
Aku melangkah ringan menuju lapangan basket hendak memberikannya pada Keenan, aku tak sabar ingin segera meminta pendapatnya tentang rasa nasi goreng buatan ku.
Kakiku terhenti tak kala melihat Keenan sedang duduk bersama seorang perempuan yang kuduga adalah kakak kelas yang selama ini mengincar Keenan, dan dapat kutebak saat ini ia pasti sedang bersandiwara agar dapat perhatian Keenan.
Kesal, marah, dongkol, rasa aku ingin berlari dan langsung menjambak rambut perempuan ganjen itu, tapi sayangnya itu hanya sebatas keinginanku saja.
Nyatanya aku tetap disini memandangi mereka dengan pasrah. Aku tidak mungkin melarang Keenan untuk mendekatinya, lagi pula Keenan adalah orang yang baik kepada semua orang. Dengan sedikit kebohongan yang dibuat perempuan itu, ia tidak akan tega membiarkan perempuan terluka seperti kakak kelas yang pura-pura keseleo itu.
Aku menggenggam erat bekal yang kubawa tadi lalu berbalik arah, aku sudah tak berselera menemui Keenan.
Bukk
Seperti aku menabrak sesuatu yang sangat keras sehingga membuat kepalaku terasa sakit.
"Jalan itu pake mata!"
Dari segi kebahasaan sudah dapat diketahui siapa yang berbicara.
"Jalan itu pake kaki bukan pake mata, lo rajin belajar tapi nggak pinter ya," ucapku tidak kalah pedas dengan ucapannya.
"Dasar! Lo ngapain disini?"
"Au-ah," aku melewatinya malas berdebat dengan mood-ku yang sedang buruk.
"Tentang Keenan?" Dia malah mengikutiku.
Aku tetap berjalan dan semakin cepat. Aku tak suka di introspeksi seperti ini.
Namun diluar dugaanku, Alfi tetap mengejarku.
"Lo cemburu?"
"Seorang Alana cemburu? lucu juga muka lo."
"Nggak! Gue nggak cemburu!" Aku menghentikan langkahku.
"Lo suka kan sama Keenan?"
"Ck, lo nyebelin banget. udah gue bilang gue nggak cemburu apalagi suka," aku mencebikkan bibir tak suka.
"Terus ini untuk apa?" Ucapannya mengambil bekal ditangan ku.
Melihat situasi ini, aku memikirkan hal yang lebih menarik daripada berdebat dengannya.
"Ini buat lo," aku memberikan bekal itu pada Alfi.
Dengan bingung Alfi memandang bekal tersebut.
"Kan gue sukanya sama lo," aku mendekatinya sambil mengedipkan sebelah mataku.
Aku dapat melihat wajahnya yang memerah, sangat lucu.
"Lo gila? Gara-gara cemburu sama Keenan otak lo mereng," Alfi menjitak kepalaku.
"Ih, Alfi..., Kok kamu jahat," kataku mengelus-elus kepalaku.
"Sedeng nih orang. Kamu-kamu pala lo peang."
Dasar Alfi terkadang ia bisa lucu juga ya kalau lagi marah, dan itu membuatku semakin bernafsu untuk menjahili nya.
"Alfi kok gitu ngomongnya sama Alana."
Alfi bergidik geli dan berjalan meninggalkanku, aku tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menjahilinya. Aku mengejar Alfi.
"Tunggu aku dong sayang," aku juga geli sendiri dengan ucapan ku.
🍬🍬🍬
Aku tidak pernah menyangka bahwa ada es krim yang rasanya pedas, sungguh luar biasa mungkin rasanya sehingga aku menjadi ingin mencicipinya.
"Alana."
Aku menghentikan bacaan ku terhadap es krim rasa pedas tadi dan langsung menyimpan handphone-ku, ketika guru yang mengajar melihat ke arahku.
"Kamu sudah mengerti apa yang saya jelaskan?"
Aku menggeleng pelan, dan selanjutnya aku tahu konsekuensinya bila bermain hp dalam kelas yaitu lari lima kali keliling lapangan.
Aku melangkah keluar dan menuju kelapangan, segera aku melaksanakan hukumanku.
Diputaran ke tiga tubuhku seakan mati rasa, aku dehidrasi. Perlahan langkahku ku perlambat.
Aku tersentak ketika sebuah benda dingin menempel di wajahku.
"Minum."
Aku buka mimpi melihat seorang Alfi memberikanku minuman, lantas aku langsung mengambil minuman itu dan meminumnya sampai habis.
"Lo ngapain disini?" Tanyaku penuh selidik.
"Kebetulan lewat aja."
"Tumben baik," kataku sambil tertawa kecil.
"Kan sama kamu."
Hah?
"Aku kan suka sama kamu."
Aku mengerenyit keheranan dan hampir menjerit histeris mendengar ucapan super aneh dari Alfi.
"Lo demam Al?" Aku menyentuh dahinya memeriksa apakah ia demam atau tidak.
"Semalam lo yang bilang kalau lo suka gue, dan sekarang gue bales rasa suka lo."
Sekali lagi aku rasanya ingin teriak histeris mendengarnya, kata itu sungguh aneh bila diucapkan dari bibirnya.
"Gue suka lo Alana, lo mau nggak jadi pacar gue?"
Seperti ketika di UKS, debaran itu muncul lagi kini dengan ritme lebih cepat.
Kayaknya aku akan memilih rasa pedas untuk pertanyaan aku waktu itu.
🍬🍬🍬
The end
🍬🍬🍬
Nama lengkap: Sarina br Nainggolan
Wattpad: @Sarinaava
Instagram:@Sarinaava_
Pembaca sejak : 2017
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro