Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

46 • Skenario

Ya, ya me está gustando mas de lo normal.

- Despacito 🎼

🌹

"Selamat siang, anak-anak!" Bu Alya berseru ceria seperti biasanya. Ia sudah tak sabar untuk menagih tugas drama pada murid-muridnya, dan tak sabar juga untuk menghukum kelompok yang belum mengerjakan.

"Gimana drama musikalnya?" tanya Bu Alya. "Ada yang belom mengerjakan?"

Tidak ada yang menjawab.

"Nggak ada? Berarti udah semua?" ucap Bu Alya. "Bagus kalo gitu. Udah dihafalin belom?"

"Belom, Buuuu!"

"BELOM LAH."

"UDAAAAH tapi boong."

"Yasudah, kita hari ini latihan drama dulu aja ya. Kelompok siapa yang mau duluan?" ujar Bu Alya seraya berjalan ke tengah kelas dan berdiri menghadap semua murid.

"Boleh liat teks?" tanya Keenan pada Bevan yang duduk di sampingnya. Entah sejak kapan Keenan pindah ke bangkunya Dira.

"Boleh kayaknya," jawab Bevan.

"Ayo deh, yuk!" seru Keenan sambil menoleh ke belakang, ke arah Alfi dan juga Alana. "Gue pengen nyoba akting jadi Vallyant Paris, nih. Udah kagak sabar."

"Ayo!" balas Alana.

Mereka berempat pun akhirnya bangkit. Bevan langsung mengajak anggota kelompok yang lain. Dinda, Rachel, Natasha, Clara, Gea dan Jihan serempak maju ke depan kelas dengan membawa text drama milik masing-masing. Mereka semua sebenarnya malas bercampur takut, tapi karena ada Alfi, mereka jadi terpaksa nurut.

"Oke, kelompok dua ini, ya?" ucap Bu Alya yang dijawab 'Ya' oleh Bevan.

"Bagus, ini baru namanya niat nyari nilai," kata Bu Alya diselingi cekikikan. "Pasti kalian niat begini gara-gara takut sama Alfi, ya?"

Semuanya tertawa, terkecuali Alfi karena dirinyalah yang telah menjadi bahan tawaan. Ia mendengus, melirik tajam ke arah Bu Alya dengan ganasnya. Untung saja Bu Alya tidak melihat tatapan itu. Kalau lihat, mungkin dia jadi tak mau lagi mengajar di XI IPS 1.

"Oke. Silahkan dimulai dramanya." Bu Alya mempersilahkan Kelompok 2 untuk mulai menampilkan drama mereka.

"Siang, semuanya. Kami dari Kelompok 2 mau menampilkan drama yang berjudul Romeo & Juliet ...." Alfi berujar santai namun mampu membuat semua yang dengar seketika terdiam. "... Selamat menyaksikan."

Dan drama pun dimulai ....

"Pada zaman dahulu kala, di kota Verona, Italia. Hiduplah keluarga kaya yang bernama Capulet dan Keluarga miskin yaitu Montague. Pada suatu malam, keluarga Capulet mengadakan pesta untuk pertunangan Juliet bersama Vallyant Paris. Dan Rosaline sepupu Juliet mengajak pacarnya, Romeo." Sang narator, Gea, berujar sebagai pembukaan drama.

Alana, Keenan, Alfi dan Natasha mulai memperagakan tari dansa. Alana berdansa dengan Keenan, dan Alfi bersama Natasha. Alana dan Keenan terlihat adem, tapi Alfi dan Natasha malah sebaliknya karena Alfi yang diam-diam menggerutu terhadap Natasha.

Kasihan Natasha. Tapi, gapapa, dia banyak tingkah sih.

"Juliet, kita sudah bertunangan. Aku pasti akan menikahimu," ucap Keenan yang berperan sebagai Paris.

Juliet yang diperankan oleh Alana pun menjawab, "Paris, perkenalan ini adalah keinginan keluargaku, dan aku tak menginginkan ini."

"Rosaline, apakah dia yang bernama Juliet?" Alfi yang menjadi tokoh utama itu bertanya pada Natasha yang berperan sebagai Rosaline.

"Ya, dia dipaksa untuk menikah dengan Paris," jawab Natasha.

Narator pun kembali berucap, "Ternyata Romeo jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Juliet. Ia ingin berkenalan secara langsung. Romeo pun berjalan mendekati Juliet."

"Juliet, perkenalkan, saya Romeo," ujar Alfi kepada Alana.

"Oh ... senang berkenalan denganmu," balas Alana.

"Kuingin dia yang sempurna, untuk diriku yang biasa. Kuingin hatinya, kuingin cintanya, kuingin semua yang ada pada dirinya ... Ku hanya manusia biasa, Tuhan bantuku tuk berubah. Tuk miliki dia, tuk bahagiakannya, tuk menjadi seorang yang sempurna untuk dia ....🎼" Alfi bernyanyi sambil menatap kedua bola mata Alana begitu dalam. Sepertinya Alfi sangat menghayati lantunannya itu.

Narator berucap lagi, "Tidak lama, Ibu Juliet datang dan menghampiri mereka."

"Kamu siapa? Kamu berasal dari keluarga mana?" tanya Ibu Juliet yang diperankan oleh Clara.

"Saya Romeo, dari keluarga Montague." Alfi menjawab.

Clara melotot dan segera mengusir Alfi. "Apa? keluarga Montague tak pantas menginjak istanaku ini. Pergilah dan jangan pernah bertemu dengan Juliet lagi!"

"Romeo pergi dan langsung pulang ke rumah untuk menemui ibunya. Ia menceritakan semuanya pada ibunya tersebut," ujar Gea, narator.

"Mengapa keluarga Juliet tidak menerimaku, Bu? Apa salah keluarga ini?" Alfi berucap pada Jihan.

"Keluarga Capulet memang tak pantas untukmu. Banyak gadis-gadis cantik di Verona ini. Mengapa harus Juliet?" ucap Jihan, ibu Romeo.

"Maaf, Bu. Hatiku telah tertutup kepada wanita-wanita lain selain Alana," kata Alfi.

"Alana?" Semuanya ternyata menyadari kesalahan pengucapan yang Alfi buat. Lantas, Alfi yang baru tersadar akan kesalahannya itu langsung memperbaikinya dengan terburu-buru.

"Eh-- Juliet," ralat Alfi, salah tingkah.

Semuanya lantas tertawa bahkan sampai ada yang terpingkal-pingkal.

"Cie elah Alfi."

"INI KISAH ROMEO & JULIET, Al, BUKAN KISAH LO SAMA ALANA. HAHAHAHA!"

"Nggak fokus sih, jadinya malah nyebut nama doi beneran," ujar Keenan, meledek.

"Bacot lo semua," cetus Alfi, kesal. Ia lalu menoleh ke arah Gea, "Lanjut, Ge."

Gea pun menurut dan kembali membacakan kalimat yang harus diucapkan sang narator. "Romeo akhirnya pergi untuk berjumpa dengan sahabatnya, Andreana, dan berkeluh kesah padanya ...."

Andreana yang perannya dimainkan oleh Rachel itu berkata, "Perjuangkanlah cintamu. Jadikanlah Juliet kekasih sejatimu."

Alfi menunduk. "Apakah aku bisa? Keluarga kami telah bermusuhan turun-temurun."

Rachel tersenyum demi menyemangati Alfi. "Romeo, kamu harus semangat. Jangan menyerah. Dan aku yakin kamu pasti bisa."

"Di lain tempat, di istana keluarga Capulet ...," ucap sang narator.

"Apakah kamu tau siapa laki-laki yang berasal dari Montague itu? Sepertinya ia menyukai Juliet. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!" ujar Clara, ibu Juliet.

Natasha alias Rosaline menjawab. "Dia Romeo, Tante. Dia adalah pacarku dan aku cemburu melihatnya bersama Juliet. Tolong jangan biarkan mereka bersatu karena aku sangat mencintai Romeo ...."

"Tenang saja, Rosaline. Ikutlah denganku!" Clara menarik Natasha dan mengajaknya untuk pergi.

"Ibu Juliet dan Rosaline pergi ke gubuk keluarga Montague ...," ucap Gea.

"Ada apa kau datang kemari? Tak puaskah kau membuatku miskin seperti ini?!" Jihan alias Ibu Romeo berucap pada Clara.

"Hahahaha, jelas saja aku puas!" Clara tertawa jahat. "Aku tidak akan membuatmu semakin menderita bila Romeo tidak mendekati anakku!"

"Bu, kami akan menjadikanmu seperti sediakala bila Romeo menjadi pasangan hidupku," ujar Natasha.

"Keluarga kami tidak akan berhubungan dengan keluargamu!" seru Jihan, ibu Romeo.

Clara pun membalas, "Keluargamu akan tinggal di jalanan bila Romeo tak menikahi Rosaline."

Dengan perasaan yang bercampur aduk, Jihan menjawab, "Baik, aku akan menikahkan Romeo dengan Rosaline."

"Pada saat yang sama, Juliet sedang berjalan-jalan dengan Paris ...," ucap Gea sambil membaca teks pada naskah miliknya.

"Juliet, aku sangat mencintaimu. Aku tak mau berpisah denganmu," ungkap Keenan pada Alana seraya menggenggam tangan perempuan itu.

Alana membalasnya dengan sebait lagu. "Buktikanlah kau cinta padaku buat aku tergila-gila padamu. Jangan dulu kau lelah menunggu. Ku ingin lihat kesungguhanmu sebelum ku bilang 'i love you' ...🎼"

Penuh semangat, Keenan berkata, "Baiklah, aku akan membuktikannya. Tunggulah sebentar di sini. Aku akan cepat kembali."

"Bertepatan dengan Paris pergi, Romeo datang." Gea sang narator berujar lagi.

"Hai, Juliet. Apa kau masih ingat denganku?" ucap Alfi pada Alana.

Alana tersenyum. "Tentu, Romeo. Kita bertemu di pestaku."

"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Juliet?" tanya Alfi.

"Aku sedang menunggu seseorang, Romeo. Lalu apa yang kau lakukan di sini?" Alana bertanya balik.

Alfi melirik kertas naskahnya sebelum berucap lagi. "Juliet, sebenarnya aku mencintaimu ketika pertama kali kita bertemu di pesta itu. Kurasa ku t'lah jatuh cinta pada pandangan yang pertama. Sulit bagiku untuk bisa berhenti mengagumi dirinya ...🎼"

"Oh, Tuhan, tolong diriku. Untuk buat dia menjadi milikku ...🎼" Alana membalas. "Tapi, bagaimana dengan keluarga kita?"

"Biar mamamu tak suka, papamu juga melarang, walau dunia menolak ku tak takut. Tetap kukatakan kucinta dirimu...🎼 Bagaimana bila kita backstreet?" usul Alfi yang mendapat persetujuan dari Alana, sang Juliet.

"Romeo kembali ke rumah dan bertemu dengan sang ibu ...," ucap Gea.

"Romeo, minggu depan acara pertunanganmu dengan rosaline akan dilangsungkan," ujar Jihan, ibu Romeo.

Romeo menolak mentah-mentah. "Aku tidak mau, aku hanya mencintai Juliet. Walaupun seluruh dunia melarangku. Aku akan tetap mencintainya."

"Bu, berilah ia kebebasan untuk mencari cinta sejatinya," ucap Rachel yang berperan sebagai Andreana.

"Kehidupan kita akan berubah jika kamu menikah dengannya," lanjut Jihan pada Alfi.

"Aku tidak mau," bantah Alfi.

"Di istana keluarga Capulet ...," ujar Gea.

"Kita harus menjaga pasangan kita masing-masing jika tidak ingin kehilangan mereka," tegas Keenan alias Paris.

"Ya. Aku akan terus menjaga Romeo," balas Natasha alias Rosaline.

"Diam-diam, Juliet berkencan dengan Romeo di sudut taman istana," ucap narator.

"Aku sangat mencintaimu, Romeo. Tapi, kamu akan bertunangan minggu depan," ucap Alana, getir.

"Percayalah padaku, Alana. Yakinilah cinta kita akan terus bersatu," ujar Alfi.

"JULIET WOI, JULIET."

"SALAH SEBUT NAMA LAGI, GENKS."

"YAELAH, AL, MINUM AKUA DULU GIH!"

Mendengar sorakan dari seisi murid sebelas IPS 1, Alfi lagi-lagi menepuk keningnya. Ia melihat teks di naskahnya dan kembali mengucapkan kalimat tadi tanpa melihat wajah Alana. Takut salah sebut nama lagi.

"Oke, lanjut lagi nih yaa!" ucap Gea yang sudah tak sabar untuk kembali membaca alur ceritanya.

"Iyaaa," jawab semuanya.

"Oke." Gea berdeham. "Di istana keluarga Capulet ...."

"Bu, aku tidak ingin menikah dengan Rosaline. Berikanlah syarat apapun agar aku dapat menikah dengan Juliet," ucap Alfi.

Clara meninggikan dagunya seraya berkata, "Apakah kamu sanggup menghadapi syarat apapun yang aku berikan?"

Alfi menjawab, "Aku sanggup."

"Baik." Clara tersenyum sinis. "Kamu harus mengambil bunga cinta di air terjun di Eropa dan membawanya besok pagi ke sini."

"Tepat saat itu, Rosaline datang." Gea berucap.

Dengan penuh kekecewaan, Rosaline berucap lantang pada Clara. "Tante, mengapa kau membiarkan Romeo menikahi Juliet? Jika seperti ini aku lebih baik mati. Biarkanku pergi karna aku tak sanggup lagi, mengingat kesalahanmu padaku. Aku pun tak sanggup lagi ....🎼"

"Keesokan harinya ...," ucap Gea lagi dan lagi.

"Malam nanti kamu akan menikah dengan Juliet, Paris! Aku sedih karena perbuatanku Rosaline meninggal ...," ucap Clara diakhiri raut kesedihan di wajahnya.

"Iya, Bu. Aku akan mempersiapkan segalanya dan membahagiakan mendiang Rosaline," ucap Keenan.

Gea kembali bercuap-cuap. "Pada saat yang sama teman Romeo, Madam Xena, menyamar sebagai pelayan di istana dan berbicara dengan Juliet."

"Hai, Juliet, aku adalah sahabat Romeo. Aku ingin kau dan Romeo menjadi pasangan sejati." Dinda alias Madam Xena berkata.

Jawab Alana, "Tapi, malam nanti aku akan menikah dengan Paris."

Dinda tersenyum tipis. "Aku akan memberikanmu sebotol ramuan. Ramuan ini dapat membuatmu tertidur selama 4 hari, dan mereka akan menganggapmu sedang koma."

"Bagaimana caranya?"

"Minumlah pada saat yang tepat dan jangan membuat mereka curiga karena kamu meminum ini." Dinda menyerahkan sebuah botol minuman kepada Alana.

"Di kamar Juliet ...," ujar Gea.

"Demi kebahagiaan. Aku akan menunggumu. Aku ingin menjadi cinta abadimu. Jemputlah aku dan kita akan menikah." Alana memejamkan matanya, kemudian menenggak ramuan tadi hingga habis.

Sesaat kemudian.

"Kekasihku, ada apa denganmu? Bangunlah! Mengapa kau pergi sia-siakan rasa sayangku?" Keenan meraih tubuh Alana yang tergeletak di lantai dan kemudian memeluknya. "Karna malam ini saat yang terindah bagi hidupku. Oh Tuhan, janganlah hilangkan dia dari hidupku selamanya ....🎼"

Gea berucap lagi. "Tiga hari kemudian. Romeo datang untuk memberikan bunga kepada Juliet. Namun, yang ia lihat hanyalah Juliet yang tak sadarkan diri."

"Juliet, bangunlah dari tidurmu. Aku telah membawa bunga cinta untukmu," rintih Alfi.

Bevan yang berperan sebagai asisten berkata, "Romeo, Juliet sedang koma sejak tiga hari lalu. Ia belum sadar hingga kini. Kata dokter, Ia sebenarnya sudah meninggal."

Alfi terkejut lantas tak percaya. "Ini tidak mungkin. Juliet pasti kelelahan menungguku ...."

Bevan menghela napas. "Kami hanya menunggumu untuk melihat Juliet untuk yang terakhir kali."

"Kalau begitu, aku akan meminum racun ini untuk menjemput Juliet di sana. Akan aku bawa cinta putih ini." Sesaat setelah itu, Alfi meneguk minuman itu hingga ia jatuh ke lantai dan tak sadarkan diri.

"Ketika Romeo sudah meninggal, Juliet terbangun dari tidur panjangnya dan melihat Romeo telah tiada ...," ucapan mellow Gea membuat seisi kelas seketika semakin tentram dan asyik menyaksikan drama itu.

Alana merengkuh erat tubuh Alfi sembari berucap, "Romeo, kekasihku ... Mengapa kamu meninggalkanku? Aku tak bisa hidup tanpamu. Akan aku bawa cinta putih ini. Sampai mati kisah ini kan ku jaga hingga berakhir nafasku putih cintaku untukmu.. sampai mati dirimu kan dihatiku tiada mungkin tuk terganti walau semua tlah berlalu..."

Sesudah bernyanyi, Alana pun ikut meminum racun bohongan tadi dan meninggal dalam posisi jatuh ke atas badan Alfi.

Gea menarik napas panjang sebelum ia membaca teks terakhir di naskah drama itu. "Akhirnya, Romeo dan Juliet tenang abadi dalam kehidupan selanjutnya. Dan keluarga mereka berdua membuat patung Romeo dan Juliet untuk mengenang cinta abadi mereka ... Tamat!"

"HOREEE!!!" Seisi kelas serempak bertepuk tangan dengan riang.

"Masih latihan aja udah keren. Gimana kalo kalian akting beneran tanpa teks!" puji Fino.

"Yang paling keren sih Alfi sama Alana," goda Jerico. "Aktingnya mendalami peran banget."

"Setuju deh sama Jerico!" sambung Cleo. "Sampe Alfi salah sebut nama mulu, hahahahaha!"

Pipi Alana memerah mendengar ucapan penuh godaan tentang dirinya itu. Kalian tidak tau kan bagaimana kondisi jantung Alana saat Alfi salah menyebut nama 'Juliet' menjadi 'Alana' sebanyak dua kali? Rasanya campur aduk antara kaget, senang, panik, dan lain-lain hingga jantung Alana sudah tak tau lagi bagaimana keadaannya.

Apalagi saat wajah Alfi ikutan memerah karena kesalahannya sendiri.

* * *

Pulang sekolah, Alana sudah keluar dari kelas lebih dulu dibanding Keenan dan Alfi yang masih harus piket. Tadinya Alana ingin menunggu mereka, tapi Keenan menyuruhnya untuk tunggu di lobi sekolah saja. Alana pun menurutinya.

"Al, lo udah baikan sama Alana?" tanya Keenan yang sedang menyapu lantai.

"Baikan gara-gara apa?" Alfi malah nanya balik.

"Dih!" Keenan langsung menegapkan badannya. "Kan lo kemaren-kemaren nonjok dia. Masa iya lo nggak minta maaf?"

Alfi menggeleng sambil mengangkat satu per satu bangku ke atas meja. "Nggak."

"Goblok banget sih, anjir!" Keenan jadi gregetan. "Pantesan Alana ngambek terus sama lo. Lo nya aja kayak tai begitu!""

"Lagian kan itu udah kejadian beberapa hari yang lalu," sahut Alfi santai.

"Terus? Lo pikir Alana nggak inget, gitu?" cetus Keenan.

Alfi menggedikan bahunya dan membuat Keenan menepuk wajahnya.

"Alana di lobi. Bodo amat pokoknya hari ini juga lo harus minta maaf ke dia," tutur Keenan.

"Y." Alfi mendengus.

* * *

Tiga menit berlalu. Alfi dan Keenan langsung kabur dari kelas saat Annisa, Jihan, Rachel dan Vio sedang tidak mengawasi mereka sebab cewek-cewek itu sedang pergi ke warung untuk membeli sabun lantai sekaligus mencari kain pel dari kelas lain untuk dipinjam.

Alfi dan Keenan menuruni anak tangga menuju lantai dasar berdua. Keenan bersiul, Alfi anteng berdiam diri.

Tiba di lantai dasar, mereka berlanjut ke lobi sekolah dan langsung bertemu Alana yang sedang duduk sendirian di dekat kaca besar lobi. Keenan menghampirinya bersama Alfi yang mengekor.

"Pulang bareng siapa, Na?" tanya Keenan.

"Dijemput," jawab Alana. "Kalian udah selesai piketnya? Kok cepet banget?"

"Iya dong, hehe." Keenan nyengir.

"Ayo, balik. Nggak usah kebanyakan omong." Alfi berucap ketus seraya melengos pergi meninggalkan Alana dan Keenan. Ia berjalan keluar dari lobi dan seketika semua perempuan yang melihatnya langsung matanya tak berkedip.

"Ayo, Na!" ajak Keenan pada Alana untuk menyusul Alfi. Mereka berdua berlari untuk menggapai Alfi dan usahanya berhasil. Kini mereka jalan berdampingan bersama-sama dengan Alfi.

"Eh, aduh, gue lupa!" Keenan tiba-tiba menepuk keningnya dengan keras. "Ada yang ketinggalan di kelas. Al, Na, gue ke kelas dulu, ya. Lo berduaan dulu deh. Dah!"

Keenan langsung ngibrit kencang ke arah lobi sekolah dan masuk ke sana. Alana mengernyit melihat kelakuan Keenan, begitupun Alfi. Dan sekarang tersisalah Alfi dan Alana yang hanya berdua.

Alana diam, tidak ingin bicara karena sejujurnya ia masih memendam rasa kesal terhadap Alfi. Alfi pun sama, tidak bicara. Mereka berdua akhirnya sama-sama diam.

Keenan bangsat, pasti dia sengaja biar gue minta maaf ke Alana, umpat Alfi dalam hati.

10 detik ...

25 detik ...

45 detik ...

Semenit ....

"Na." Alfi memanggil dan tidak disahut oleh Alana.

"Sini deh." Alfi tiba-tiba menghentikan langkah Alana dengan cara menahan pergelangan tangan cewek itu. Alana pun berhenti dan berputar badan ke arah Alfi. Alfi ikut memutar badannya sembilanpuluh derajat ke arah Alana. Kini mereka berdiri sambil berhadapan.

Alfi memandang wajah Alana Perlahan, tangan kiri Alfi bergerak ke arah pipi kiri Alana. Perlahan Alfi mengusap luka lebam di pipi Alana hingga Alana meringis tanda sakit.

"Masih sakit?" tanya Alfi.

"Masih," jawab Alana, jutek.

"Oh." Alfi mundur selangkah dari Alana. "Gue disuruh Keenan buat minta maaf ke lo. Maaf ya."

"Apaan sih!" Alana menabok dada Alfi.

"Kok masih marah, sih? Udah minta maaf padahal," ucap Alfi, agak cemberut.

"Apaan minta maaf kayak begitu!" omel Alana.

Ketika Alana baru saja mau melangkah pergi meninggalkan Alfi, segera Alfi menahannya. "Bercanda kali. Gue ulang deh ya ... Gue minta maaf atas perbuatan gue ke lo waktu itu. Tulus banget loh ini, bukan karna disuruh Keenan."

"Bodo!" Alana masih kesal.

"Sumpah, Alana ...," melas Alfi, masih menggenggam pergelangan tangan kiri Alana agar cewek itu tidak kabur.

"Ya udah, lepas!" Alana memukul tangan Alfi yang memegang tangannya. Alfi pun melepas genggamannya seraya mendengus kecil.

"Dimaafin nggak?" tanya Alfi.

"Iya," ucap Alana tanpa melihat Alfi.

"Ya udah, gue balik duluan ya," pamit Alfi, "si Keenan paling bentar lagi muncul."

Alana tak menjawab, hanya mengangguk.

Baru lima langkah Alfi pergi, ia kembali mundur dan berhenti lagi di samping Alana. Alana mengernyit bingung lalu bertanya, "Kenapa balik lagi?"

"Creo que empecé a aplastar en usted."

Usai membisikkan kalimat asing itu, Alfi langsung berlari meninggalkan Alana yang terheran-heran akan maksud dari ucapannya. Lantas, Alana berteriak ke arah Alfi, "ALFI, LO BARUSAN NGOMONG APA?"

Tapi, Alfi tidak menjawab.

••• AN •••

penasaran Alfi ngomong apa pake bahasa Spanyol begitu? translate cobaaa!😂

btw,

TULIS TIGA KATA UNTUK DIGNITATE! 👏🏻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro