Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15 • Sepedas Cabai

"GUYS, KITA BAKAL STUDY TOUR KE BALI!"

Pekikkan melengking itu berasal dari Natasha yang baru saja memasuki kelas bersama Clara dan Rana yang ngekor di belakang. Wajah Natasha memerah, dikarenakan lari-larian dari lantai satu ke lantai dua di mana kelasnya berada hanya untuk berteriak seperti tadi.

"SERIUS, SHA?" Bevan ikutan teriak.

"BALI?!" Kini semuanya mulai histeris dengan pengumuman terbaru itu. Dalam hitungan detik, keadaan kelas langsung ricuh melebihi kondisi awal. Ini memang jam istirahat, tapi ramainya sudah melebihi pasar yang dipenuhi emak-emak cerewet.

"Nih, gue bakal bagi-bagiin surat edarannya ke kalian. Jangan sampe ilang, ya!" ucap Natasha di depan kelas.

"Seriusan itu?" Alana memastikan sambil menatap Alfi dan Keenan secara bergantian. Sebagai murid baru, Alana tidak tahu-menahu tentang sejarah Study Tour di sekolah ini. Jadi, lebih baik ia bertanya untuk memastikan apakah hal itu benar atau tidak.

Keenan mengangguk. "Iya. Natasha aja bawa surat edaran gitu."

"WAAAH, KEREN BANGET DONG?!" Alana bersorak girang dan super kencang, hingga Alfi tersentak mendengarnya. "ASIK, KITA KE BALI!!!"

"Berisik!" omel Alfi. "Santai aja kenapa sih? Kayak bocah kampung aja lo."

"Sirik aja." Alana menjulurkan lidahnya ke arah Alfi, mengejek.

Natasha mendekati meja Alana, lalu menaruh tiga lembar kertas yang ia maksud tadi. Alfi, Keenan dan Alana langsung membaca surat itu dengan saksama. Di sana tertulis hari, tanggal, tempat, dan biaya untuk pergi ke Bali. Semuanya tertera dengan lengkap dan mudah dipahami.

"Ah, pokoknya pas pulang nanti gue mau langsung ajak Mama ke mall buat belanja pakaian baru!! Yaaaay!" Alana meninju udara, sangking senangnya. "Kalian mau ikut juga?"

"Ogah!" cetus Alfi. "Daripada buang-buang duit kayak bocah manja macem lo, mending gue pake barang-barang lama. Seenggaknya gue bisa ngurangin beban orang tua gue. Seharusnya lo mikir, orang tua lo itu pasti susah nyari uang buat nafkahin anaknya. Dan lo dengan nggak tau dirinya minta ke mall cuma buat beli baju baru. Gue yakin lo pasti punya banyak baju yang masih bagus dan layak dipake. Nggak pernah diajarin ngehemat uang, ya? Atau mungkin lo nggak tau cara ngegunain uang yang bener? Lo itu taunya cuma minta, ngerengek, ngambek, nangis. Bocah banget tau nggak?"

Dalem. Omongan Alfi selalu berhasil menohok lawan bicaranya. Tentunya sekarang Alana bungkam, tak mau bicara lagi. Alfi memang pinter banget ngerangkai kata sepanjang jagad dengan kalimat-kalimat menyebalkan. Dia juga nggak pernah mikir, apakah orang yang menjadi lawan bicaranya itu akan tersinggung atau tidak.

Dasar, Alfi manusia cabe.

"Al ..." Keenan menegur, "Kontrol."

Alfi melirik Alana yang tertunduk. Pasti anak itu bete dan cemberut lagi. Alfi sudah hafal dengan gelagat teman sebangkunya tersebut. Alfi berdecak, "Ngambek aja terus sampe Pluto diakuin lagi sebagai planet."

"Ish!!" Alana menghentakan kakinya, ia menengadah dan menatap Alfi. Matanya berkaca-kaca, "Kenapa sih lo gak pernah gak nyebelin?!"

"Lo nya aja yang baperan," seloroh Alfi.

"Ngomong tuh diayak dulu kek! Mikir, orang yang lo ajak ngomong itu bakal sakit hati atau nggak sama omongan lo!" Alana ngamuk. "Jangan cuma pinter di bidang akademik. Lo juga harus pinter ngehargain perasaan orang!"

"Makan bang." Alfi nggak nyambung.

"ALFI!!" Alana geregetan. Ia sampai mengacak-acak rambutnya sendiri sangking kesalnya. "NGESELIN!!!"

"Berisik." Alfi melirik sinis Alana, lalu beralih ke kotak bekalnya yang berisi nasi goreng. "Gue mau makan."

"Gue lagi ngomong, dengerin dulu!" Alana menarik tangan kanan Alfi yang baru saja menyendok makanan. Alhasil, nasi yang ditampung oleh sendok itu jatuh bertebaran mengotori lantai dan juga celana Alfi.

"Yah ..." Alana cengo.

"Tuhkan!" Alfi ngomel lagi. "Nasi itu pamali buat dibuang-buang. Dosa! Ngeselin banget sih lo, orang lagi makan malah diganggu. Udah, sana lo pergi yang jauh dari gue. Sejauh mungkin, sampe gue nggak ngeliat lo."

"BACOT." Alana manyun.

"LO BACOT." Alfi membalas, mengikuti Alana.

"Yaelah, lo berdua kaku amat." Keenan tiba-tiba nimbrung, sambil tersenyum penuh arti. "Jadian aja sih. Atau perlu gue deketin dulu lo berdua biar bisa saling kenal lebih dalem lagi?"

"Krik krik." Alfi kembali memakan nasi gorengnya.

"Ah, enggak mau! Alfi galak, ngelebihin galaknya emak-emak yang lagi ngomelin anaknya," sahut Alana.

"Emangnya gue mau sama lo?" Alfi tertawa sinis.

"Siapa juga yang bilang gue mau sama lo?!" Alana ikutan sinis.

"Heran deh. Ini orang berdua hobinya adu mulut, tapi kalo yang satu kena masalah, yang satunya pasti nolongin." Keenan berucap tanpa melirik Alana dan Alfi, sengaja ngomong sambil menatap ke arah lain.

Sindiran Keenan pun berhasil membuat Alfi dan Alana sama-sama diam dan kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing. Alfi melanjutkan acara makan nasi gorengnya, dan Alana pura-pura sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Keenan, ia malah tertawa melihat dua manusia di hadapannya.

* * *

Pulang sekolah, Alana meminta pada Alfi dan Keenan untuk menemaninya menunggu ibunya menjemput. Untungnya, Alfi mau walau harus dipaksa dulu oleh Keenan.

"Gue pengen deh, bisa naik motor." Alana berucap ketika seorang siswa melaju di hadapannya dengan membawa sebuah motor matic.

"Minta diajarin aja sama Alfi!" seru Keenan. "Gue pengen aja sih ngajarin lo, cuma gue takut lo kenapa-napa. Kalo sama Alfi kan keselamatan lo pasti terjamin."

"Ayo." Alfi tersenyum sok manis. "Dengan syarat, dalam waktu setengah jam, lo harus udah lancar pake motor itu."

"Motor apa?" tanya Alana.

"Ninja gue," celetuk Alfi, "Mau?"

"Ish, lo mau bikin gue celaka, ya?!" Alana menabok lengan Alfi. "Alfi mah ngeselin mulu!!!"

Tepat saat itu, mobil milik ibunya Alana muncul di depan gerbang. Kaca depan mobil itu menurun, menampilkan figur ibu Alana yang selalu terlihat cantik. Ia tersenyum pada anaknya dan juga kedua lelaki yang sedang bersama Alana.

"Nyokap gue udah dateng." Alana bangkit dari bangku dan berpamitan pada kedua temannya. "Makasih udah nemenin. Dadah!"

Tiba di dalam mobil, Alana menghembus napas lega lalu melepas tas dari punggungnya. "Capek."

"Itu temen-temen kamu?" tanya Miska, ibu Alana, sembari menjalankan kembali mobilnya.

Alana mengangguk dan tersenyum lebar. "Mereka itu sahabatan dari SD, Ma. Tapi sekarang aku temenan sama mereka."

"Orangnya baik?" tanya Miska lagi.

"Baik," ucap Alana, "Oh iya, Ma. Tanggal lima nanti sekolahku mau ngadain study tour ke Bali."

"Wah, seru dong?" Miska tersenyum. "Berarti, habis ini kita ke mall ya, kamu mau beli barang-barang yang diperluin buat di sana, kan?"

Alana menggeleng dengan ragu. "Nggak usah, Ma. Aku pake barang-barang yang ada aja."

"Loh?" Miska mengerutkan kening, merasa aneh dengan tingkah anaknya yang tak seperti biasanya. "Yakin kamu?"

"Iya, yakin." Alana nyengir.

Alfi, gue bakal tunjukkin ke lo kalo gue nggak manja!, batin Alana berseru.

••• A/N •••

Asik pada mo jalan-jalan:3 HAHAHAHHA. jadi, hari ini update 3 kali dulu ya. udah cukup bikin otak ngebul loh:")))

kalian mau menghargai diriku sebagai calon istrinya Alfi, kan? kalo gitu, silahkan tinggalkan vote & comment ya:) timakaciiii💖😄😄😄

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro