Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

05 • Gagal Paham

"... Regan?"

Alana berjalan ke dalam rumah, perlahan mendekati cowok yang duduk di sofa sambil menunduk. Entah cowok itu tidak sadar atau budek, sampai-sampai ia tak mendengar panggilan dari Alana.

Sekali lagi, Alana memanggil. "Regan Gerifo."

Mendengar itu, si cowok lantas menengadah dan menoleh ke arah Alana. Pupil matanya membesar, menandakan ia terkejut akan kehadiran si pemilik rumah.

"Na," ucap Regan spontan. Ia lalu berdiri dari sofa dan mendekat ke Alana.

Lantas, Alana mundur satu langkah menjauhi Regan. "Kok bisa ada di sini? Kan nyokap gue belom pulang."

"Satpam lo izinin gue masuk." Regan berucap jujur. "Soalnya dia kenal gue."

Mata Alana memincing, tak suka akan kehadiran cowok itu di rumahnya. "Ngapain ke sini?"

"Mau ketemu lo." Regan maju satu langkah ke Alana, dan Alana mundur lagi.

Dengan risih, Alana berkata, "Gak usah deket-deket. Gue benci bau alkohol."

Ucapan Alana berhasil membuat Regan tak berkutik. Ia mundur, sedikit menjauh dan kemudian mengusap wajahnya. Ia menjilat bibirnya yang menghitam akibat sentuhan rokok. Matanya yang bagus itu sekarang terlihat sedikit memerah dan nggak enak dilihat.

"Lo pulang aja sana." Alana memang bermaksud mengusir Regan dari rumahnya. Tak ayal ia berucap seperti tadi.

"Gue mau ketemu lo, Na. Gue kangen." Regan mendekat ke Alana lagi, bahkan kini jarak mereka hanya sebatas satu jengkal. Refleks, Alana mendorong dada Regan agar cowok itu menjauh.

"Gue bilang jangan deket-deket!" Alana marah. "Gue benci banget kalo diginiin, Gan!"

"Alan--"

"Lo pergi sekarang. Gue gak mau liat lo!" Alana histeris. Tanpa peduli dengan sekitarnya, ia langsung berlari ke lantai dua di mana kamarnya ada. Ia masuk ke kamar, lalu membanting pintu hingga terdengar bunyi 'Brak!' yang keras sekali.

* * *

Keenan melompat ke kasur dan tiduran di sana. Membiarkan sang pemilik kasur duduk di lantai sambil sibuk dengan MacBook-nya.

"Al, lo lagi ngerjain apa, sih?" tanya Keenan sambil menatap langit-langit kamar Alfi. Kamar cowok itu bernuansa putih campur biru navy. Enak dilihat dan bikin betah karena Alfi pintar menata letak barang-barang yang ada di kamarnya dengan rapi.

"Ada tugas Geografi, padahal besok Geografi ulangan harian." Alfi berucap sambil sibuk mengetik keyword di kolom search google. "Najis ni guru, ngasih tugas gak kira-kira. Orang mah kalo ulangan ya ulangan, ini masih juga dikasih tugas."

"Ah, lo mah kerajinan banget, Al! Mending di sini, tiduran sama gue." Keenan memeluk guling dan memejamkan matanya, menikmati harum dan dinginnya kamar Alfi.

"Gue ngejar PTN, Bro," ucap Alfi, "Nilai gue gak boleh ada yang kosong, harus keisi semua, dan gue usahain nilai gue naik terus di setiap semester."

"Nilai lo aja 85 keatas mulu, Berak," dengus Keenan. "Kalo gue jadi lo, gue mah udah santai-santai aja mikirin kuliah."

"Jalan pikiran setiap orang itu beda-beda," kata Alfi, "Kalo lo pilih santai, gue lebih milih berjuang."

"A en je a ye!" Keenan bertepuk tangan, heboh sendiri. "Berarti beruntung banget dong cewek yang lo taksir. Pasti dia bakal diperjuangin terus sama lo."

"Cewek mulu pikiran lo." Alfi memang menanggapi Keenan, tapi ia masih sibuk mencari materi pelajaran di google. Iya, dia memang rajin. Rajin ngerjain tugas sekolah, tugas rumah, dan rajin beribadah.

He really is the definition of boyfriend goals.

"Masih mending gue. Daripada lo, nggak pernah ngelirik cewek." Keenan mencibir, "Pasti suram banget kan hidup lo? Tiap hari cuma bisa mesra-mesraan sama soal-soal dan tugas."

"Itukan kewajiban gue, Bego." Alfi berucap ketus. "Ngapain gue sekolah kalo gak belajar."

"Sekolah juga tempat buat nyari jodoh, woi. Emang lo pikir jodoh lo itu tugas?"

"Ngapain juga mikirin jodoh. Gue belom berani deketin cewek sebelum gue dapet gelar minimal Sarjana."

"Tapi, lo juga harus nikmatin masa-masa SMA lo yang nggak bakal keulang dua kali, Al." Keenan berguling ke kanan, membuat tubuhnya berubah posisi jadi tengkurep. Ia berbicara sambil menatap Alfi yang masih sibuk menulis di buku tulis sambil sesekali melirik layar MacBook-nya. "Minimal lo punya gebetan, gitu."

"Gue udah nikmatin kok. Lo liat sendiri, gue masih bisa main sama anak-anak yang sepantaran gue, kan? Dunia cowok gak cuma harus tentang cewek. Cewek cuma bikin lo jadi gak fokus belajar," kata Alfi. "Dikit-dikit cewek. Lagi makan, mikirin cewek. Lagi mandi, mikirin cewek. Lagi belajar, jadi gak fokus gara-gara mikirin cewek. Kalo udah ditolak sama cewek itu, bakal galau seumur hidup. Sebenernya lebih suram hidup lo sih, Nan, daripada gue."

"Ah, lo mah nggak paham, Al!" Keenan berdecak keras. "Gak pernah ngalamin sih."

"Lebih bagus lagi kalo gue gak paham," celetuk Alfi. "Jadi, gue gak perlu tau seburuk apa lagi punya pacar."

"Punya pacar itu gak buruk, Anjir!" Keenan mulai stress ngomong sama Alfi. "Tipe pacar itu nggak cuma satu, Al. Ada yang pengertian, yang ngertiin lo kalo lo mau belajar. Ada yang sabar, sabar ngadepin sifat lo yang ngeselin dan galak. Ada yang bawel, bawel karna peduli. Ada yang cuek, yang nggak peduli sama apapun yang terjadi sama lo. Setiap orang itu punya perbedaan, Al. Jangan ngeliat mereka dari satu sisi aja."

"Yang lo bilang 'buruk' itu mungkin tipe pacar yang dikit-dikit ngajak jalan, ngajak keluar malem, ngajak main di kamar, dan bikin lo lupa sama yang namanya belajar." Keenan melanjutkan. "Makanya, cari cewek yang pengertian."

"Au ah," dengus Alfi, "Gue lagi pusing mikirin Geografi, nggak usah dibikin tambah pusing sama omongan lo."

Yang terjadi setelah Alfi berkata seperti itu adalah; Hening.

* * *

Alana keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membungkus rambutnya yang basah. Ia berjalan ke dekat kasur, lalu duduk di tepi kasur sambil mengembus napas berat. Wajahnya yang semula kusam, seketika segar kembali setelah mandi.

Alana meraih ponselnya yang tergeletak di kasur saat ia melihat layarnya menyala. Ada pesan dari mama.

Mama💝: Kamu mau makan apa, Na?

Senyuman Alana melebar, ia sangat suka bila mamanya bertanya soal itu. Dengan gerakan cepat, Alana membalas pesan mama dan menyebut beberapa menu makanan yang ada di restoran berlambang huruf W terbalik.

Usai mengirim pesan, Alana melirik jam yang terpampang di layar hapenya. Jam setengah lima. Ia selalu bosan bila mamanya kerja. Nggak ada temen, nggak ada yang ngajak ngobrol. Ditambah lagi Alana baru pindah satu bulan yang lalu dan belum menemukan teman sebaya yang pas untuknya.

Sebenarnya Alana pindah tak begitu jauh dari rumah lamanya. Tetap berada di daerah yang sama, namun keadaannya jauh lebih baik dan terhindar dari para tetangga yang hobi bergosip.

Kling.

Ponsel Alana kembali berbunyi. Ia langsung melihat layarnya, berpikir itu adalah mamanya. Tapi ternyata, bukan.

Regan: Gue masih di sini. Gue kangen lo, Na.

Wajah Alana seketika memanas. Emosinya perlahan meluap dan ia segera menggeram. "Ngapain sih dia!"

Alana tak mau mengambil pusing. Ia hanya perlu menelepon satpam dan memintanya untuk mengusir Regan dari rumah ini.

••• A/N •••

Sejauh ini gimana? Comment donk<3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro