PROLOG
Nama ku Nayara Apriliani. Seorang perempuan yang menginjak bilangan 23 tahun. Aku sudah tidak memiliki dua malaikat, yang biasa disebut orangtua.
Bukan. Aku bukan perempuan yatim-piatu yang menyedihkan seperti di cerita wattpad yang lain, aku sempat menjejal kasih seorang ibu hingga aku kelas 5 SD.
Untuk, Ayah, aku bahkan masih merasakannya hingga seminggu yang lalu.
Aku memang sempat menyicipi bangku perkuliahan. Namun, hanya setengah jalan. Karena, aku lebih menyayangi mereka.
Ya. Mereka, anak-anak yatim-piatu yang berada dibawah naungan panti asuhan Ayah.
Beberapa bulan terakhir, panti mengalami masa sulit. Entah mengapa, banyak donatur yang tiba-tiba menarik uluran tangan mereka. Dan, keadaan lebih sulit lagi, setelah sepeninggal Ayah.
-Kantor Panti Asuhan Bina Kasih-
Disini lah aku berada sekarang. Berdebat dengan seorang pria yang datangnya entah darimana, dan meng-klaim bahwa tanah panti asuhan yang kami dirikan hampir 10 tahun, adalah milik nya.
Katakan, apakah pria di depan ku waras?
"Anda tidak bisa seperti itu Tuan!"
"Tentu saja, saya bisa. Saya pemilik sah tempat ini." Katanya sembari melempar berkas dokumen berisi bukti hukum kepemilikan tanah panti, ke atas meja kerja.
Aku mengambil nya dengan segan.
Aku membaca dengan tangan bergetar, dan air yang hampir jatuh dari kedua netraku.
"Bagaimana Nona Naya? Apakah saya masih terlihat seperti penipu? Katakan! Dimana penipu yang membawa surat, dan dokumen resmi seperti ini?"
Aku kehabisan kata-kata. Aku tidak bisa menyerahkan tanah yang mana diatasnya hidup anak yatim-piatu lebih dari 860-an anak. Namun, aku juga tidak bisa menebus tanah ini, tanah seluas 320 m2, dan jika di uangkan sama dengan 560 juta. Ya Tuhan, cobaan apalagi ini?
Aku kehabisan akal, aku kehabisan cara.
"Saya mohon Tuan, apa Anda tidak merasa kasihan? Banyak anak-anak yatim-piatu yang ditelantarkan, nantinya."
"Tidak." Katanya dengan santai, tanpa wajah berdosa.
Aku sudah tidak bisa menahan makian ku.
"Dasar iblis. Tidak punya hati."
"Memang."
"Tidak berperikemanusiaan."
"Benar sekali. Kecuali..."
Dia menghentikan ucapan nya. Aku mengernyit, apa mungkin pria arogan ini akan berubah pikiran?
Lantas, beberapa detik kemudian dia menyeringai setan. Sirna sudah harapanku.
Dia mendekati ku, memutari meja yang menjadi penghalang. Aku terhenyak, saat tangannya terangkat mengelus pelan dahi ku.
"Anda. Sebagai jaminannya."
Deg
Ketika mulut ku akan terbuka, mengeluarkan sumpah serapah.
Dia mengangkat jari telunjuk, pertanda aku harus menutup mulutku. Anehnya, aku menurutinya.
Dasar bodoh kau Naya!
"Jangan pernah berpikir, kalau saya menyukai atau mencintai anda. Dengan wanita yang sudah saya kenal hingga berabad-abad pun tidak ada kata menggelikan itu di dalam kamus hidup saya. Apalagi dengan anda, yang bertemu baru sekali ini. Saya hanya menginginkan pernikahan hitam diatas putih."
Ini gila.
Aku belum sempat membalas perkataan nya, pria berengsek itu sudah berjalan dengan angkuh meninggalkan ruangan.
Baru beberapa langkah, dia membalikkan badan, dan berkata, " Saya akan datang kembali 3 hari lagi, dan saya harap Anda cukup bijak untuk menentukan kata 'iya'. Baiklah, sampai jumpa calon istri! Semoga harimu menyenangkan!"
Aku menatap kepergian nya dengan tatapan bodoh, dungu!
Aku tidak berguna!!
"Arghhhh!!!"
.
.
.
.
.
.
.
-Sabtu, 25 April 2020
Hai, hai, hai!!!
I'm come back!! Gimana setelah baca prolognya? Mual-mual? Muntah-muntah?
Atau, kejang-kejang?
Semoga walau dengan banyaknya efek samping setelah membaca ini, kalian masih mau membaca ke bab-bab selanjutnya yah. Walaupun, terpaksa!😆
Intinya, i miss you.
By: n_n💖
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro