❝ Two ❞
" Terkadang Imajinasi Lebih Menyenangkan Dibandingkan Dengan Realita "
- unknow
- Walaupun ia hanyalah sebuah karakter di suatu cerita, ia digolongkan kedalam sesuatu yg 'Tidak nyata', tapi ia berhasil menghibur kita, ia berhasil membuat kita menyukainya, namun tetap saja, ia tak nyata dan tak mungkin akan nyata.
- Kita lebih menyukai hal yg tidak nyata sehingga berpikir 'Berapa kali realita telah membohongi kita?' pdhl realita hanya menyadarkan hal yg sebenarnya.
(Curhat dikit daijobu kan? :'D)
-- -- -- -- -- •• -- -- -- -- --
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading!❤
-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
•
•
•
•
•
•
"Terkadang, Manusia itu bodoh susah melupakan orang yg mereka sayangi, tapi dari sanalah kita tau betapa sayangnya ia pada orang itu"
"Terkadang, kita melupakan sesuatu agar hidup kita lebih tenang"
"Aah.. Apa kami bisa melakukan itu Tanjirou?"
"Tapi apa yg harus kami lakukan lagi?"
"Hampir semua yg kami lakukan gagal"
"Seberapa sayangnya dia pada (name)? Bahkan melupakannya saja susah"
"Kalau terus seperti ini Tanjirou tak akan pernah bisa melupakan (name)"
Gadis itu menjatuhkan dirinya dan menyender pada dinding dibelakangnya, terlihat setetes lalu disusul dengan air mata yg keluar.
Hiks
'Baka baka! Pdhl ia diberi kesempatan lagi untuk kesini, tapi sampai sekarang pun aku tak bisa membantunya sama sekali'
Ia memeluk kedua kakinya dan menenggelamkan kepalanya disisi tangannya itu, tak lama kemudian tangisannya mereda tapi tak dengan rasa sakitnya.
Perlahan namun pasti tangannya bergerak kebawah, mengambil batu, dan mengukir pohon apel di pasir itu.
"Mungkin aku bisa beristirahat dulu, untuk sekarang aku tak ingin peduli dulu pada apapun"
"Ku percayakan Tirai kedua ini...
.
.
.
..padamu (name)"
- - - - - - - - ≪ °✾° ≫ - - - - - - - -
Hari-hari rasanya sama saja, rasanya seperti berada di dunia palsu, tapi rasanya dihantui oleh bayangan yg sepertinya memanggilku ke suatu tempat, namun aku tak tau harus apa.
Jika dilihat dari buku note itu memang begitu, bayangannya yg sering muncul membuat perasaan sedih ini muncul lagi.
' aku harus bisa mencari cara untuk membawanya kembali-! Tapi bagaimana? '
Bagaikan tenggelam kedalam laut kesedihan dimana kebahagiaan berada jauh di daratan atas sana. Apa yg harus kulakukan untuk keluar dari lautan kesedihan ini? Bagaimana caranya memperpendek jarak antara daratan dan laut ini?.
"Tanjirou.."
Suara lembut nan pelan itu melewati telingaku dengan halus, ah itu okaa-san.
"Ayo makan, makan malam sudah siap"
"Ah.. Hai', sebentar okaa-san"
Okaa-san sudah meninggalkan kamar, aku membereskan buku-buku ini sebelum beranjak.
Aku menggapai dan menaruh boneka kucing kecil berwarna kuning, dan tiba-tiba dua buah kunci perak kecil keluar dari robekan dipunggung boneka itu.
Jadi terpikir kapan boneka ini robek? Tidak mungkin tikus yg merobeknya kan? Lagipula robekan ini terlihat rapih tak mungkin tikus, Dan juga.. rasanya familiar seperti pernah melihatnya... Tapi apa?
Aku teringat sesuatu, mungkin nanti bisa ditanyakan setelah makan nanti.
Aku menaruh nya dan berlalu menuju ruang makan pasti yg lain sudah menungguku.
Dan benar saja semuanya mengobrol bersama sesekali tertawa terbawa lelucon entah apa.
Suasana hangat rasanya menjalar ke seluruh tubuh dan hati, hingga saat makan sudah selesai dan yg lain sudah sibuk dengan kesibukan masing-masing.
Aku membuka suara untuk bertanya pada okaa-san yg tengah mencuci piring.
"Ano.. Apa okaa-san masih ingat (name)?"
"Eh? Karimoto (Name)-chan sahabatmu dulu kah?"
"U-um.. Mungkin pertanyaan ku sedikit ngawur.. Eum... Karna okaa-san berteman baik dengan ibu (name), jadi aku berpikir apa ada sesuatu yg okaa-san tau tentang (name) tapi tak ku ketahui?"
Praang-!
Suara mangkok kecil yg jatuh terdengar seperti suara piring yg jatuh, entah suasana memang berubah dari sananya atau hanya aku yg merasakannya.
"E-eh? O-okaa-san? A-apa aku salah berbicara!?" ujar ku panik takut okaa-san tertimpa tangga karna pertanyaan yg terlihat bodoh ini.
"(Name)-chan ya?, Sepertinya sudah saatnya kau mengetahuinya.." ucap Okaa-san sambil tersenyum memelas.
-------- ≪ °✾° ≫ --------
Hari ini musim dingin telah datang, dan aku masih bingung dengan kata-kata oka-san.
Dari ceritanya, ternyata (name) memiliki seorang kembaran yg dinyatakan hilang saat masih bayi tapi (name) bilang kepadaku bahwa ia hanyalah anak tunggal.
Juga sebuah rahasia dan sesuatu yg spesial dari taman pohon apel itu, tapi aku dan (name) yg sering ke sana saja tak tau apa yg rahasia dan apa yg spesial dari pohon apel itu, alasan pohon apel itu bisa tumbuh subur walaupun umurnya sudah 30 tahun lebih.
Marga 'Karimoto', "Kari" berasal dari suatu kata dan mengambil 4 huruf terakhir dari kata itu, dan kata itu adalah 'Hikari' yg berarti 'Cahaya'.
Sesuatu tentang (name) yg tak ku ketahui?, Entah kenapa.. Aku merasa dunia ini semakin berputar-putar saja.
Dan lagi mendengar bahwa sebenarnya (name) mati karna penyakitnya sendiri
Langit sore sudah menunjukkan senja nya dengan tangan yg menggenggam sebuah pena dengan buku kosong di hadapanku.
Rasanya ingin sekali menulis semua yg selama ini terjadi, siapa tau selama berjalannya waktu aku bisa menemukan jawabannya namun.. Aku bingung ingin memulainya dari mana.
Dari langit senja benak ini tampak kosong melompong bagai memori yg dihapus, ingatan masa kecil itu berputar seperti video masa lalu yg terus berputar dimana hampir semua berlatar pohon apel.
Musim dingin, musim yg menurutku sangat menusuk paru-paru, bahkan jika keluar aku harus memakai mantel yg tebal untuk mencegah rasa sakitnya.
Walaupun rasa sakitnya sekarang sudah tak terasa lagi tapi itu bukan berarti aku harus berhenti meminum suplemen itu.
Bagaimana kabar (name) di alam sana ya? Apa ia bahagia? Apa ia masih mengingatku? Ahh.. Aku merindukannya, pasti ada cara untuk membawanya kembali.
Andai saja aku bisa memutuskan perbedaan alam ini.
Entah karna angin sepoi yg melewati celah kecil berhasil membuat tangan ini bergerak menggambar taman pohon apel itu semirip yg ku bisa, jika pohon apel ini terlihat sangat normal maka apa yg disebut rahasia dan apa yg membuatnya spesial?.
Tangan ini bergerak menggambar apa pun yg muncul dibenak ku rasanya seperti aku ingin menggambar itu semua, dan... Yah..
Jika semisal bertanya dimana arah ke taman itu? Jawabannya adalah dari arah jendelaku hanya tinggal memandang lurus saja, walau tidak terlihat dari sini, tapi aku ingat jalan dan arahnya.
Bangku kayu itu.... Bangku kayu itu selalu setia berada di samping pohon apel itu.. Ah-! Jika tidak keliru.. Mungkin?
Langsung saja aku menyambar mantel tebal itu dan melangkah pergi keluar dari rumah
"Ini hanya perkiraan ku, belum tentu benar-!"
Ah, ya ampun aku belum meminum suplemen itu dari pagi kuharap aku bisa bertahan dari rasa sakit di paru-paru ini.
Jika bangku itu tak pernah dipindahkan kemungkinan ada sesuatu didalamnya, tapi..
Langkah ku berhenti seraya memegang dada ini yg rasanya sakit menahan sakit di paru-paru ini, jika ada bangku..
Seharusnya saat kecil sebelum ia menceritakan tentang apa yg ia lihat malam itu, seharusnya ia duduk di bangku itu sambil menunduk.
Sebenarnya apa jawaban dari semua ini?
Apa aku bisa membawanya kembali?.
"T-Tanjirou?"
.
.
.
•
•
•
.
.
.
•
•
•
.
.
.
"(n-name)?"
•
•
•
•
.
.
.
.
•
•
•
•
.
.
.
.
.
•
•
•
•
•
.
.
.
.
.
"E-eh- K-Kanao-chan? Nandesuka?"
Kukira suara tadi adalah (name) ternyata bukan.. Ternyata Kanao ya... Sepertinya diri ini terlalu sibuk memikirkan (name) hingga tak bisa membedakan suara (name) dan suara Kanao.
"I-iee.. H-hanya berjalan-jalan.. K-kau sendiri?" ucapnya padaku sambil mengalihkan pandangannya.
"Ahh.. Aku ingin pergi ke Taman, mau ikut?" jawabku sambil menunjuk tempat yg ingin ku tuju.
Kanao tampak melihat tempat yg ku tunjuk lalu membuka suara, "Bolehkah?"
Sementara aku hanya menjawabnya dengan anggukan sambil tersenyum hangat sebisa mungkin untuk menutupi rasa sakit di paru-paru ku ini.
Tamannya sudah tak jauh lagi, bahkan berjalan sebentar saja sudah sampai, tempat penuh kenangan masa kecilku dengan-nya.
Iris mata ini mulai menelusuri bagian-bagian taman ini dengan teliti seraya mencoba mengandalkan penciuman yg tajam tapi lagi-lagi penciuman ini tak mencium bau apa pun.
Entah angin mana, padahal aku sering ke sini tapi rasanya sangat familiar saat mendekati bangku kayu di samping pohon apel itu.
Rasa sakit di paru-paru rasanya seperti tak di pedulikan lagi, semoga saja paru-paru ku bisa bertahan sebelum akhirnya jantung ini tak berdetak lagi.
Ah- iya-!..
Warna rumput kecil di kaki depan sebelah kanan bangku kayu itu warnanya berbeda dengan rumput disekitarnya, atau kah... Mungkin ini tempat yg dikatakan Okaa-san?.
Ternyata rumput yg berbeda warna itu hanyalah rumput buatan dan tepat dibawahnya terdapat sebuah kayu yg tampak seperti jalan kebawah tanah dan juga dapat dibuka dengan sebuah kunci.
Segera ku rogoh saku mantel ini dan ya, 2 kunci perak keluar dari saku mantel ini tepat sekali sekarang 2 kunci ini sangat dibutuhkan, segera saja ku arahkan salah satu kunci itu ke bolongan kunci itu, sepertinya tepat.
Kayu itu terbuka menunjukkan dalamnya jalan jurang ke ruangan dibawah itu, tapi untunglah ada tangga yg menjadi jalur aman untuk kebawah.
Tanpa aba-aba tiba-tiba saja Kanao mendorongku hingga jatuh kebawah sana membuatku terlonjak terkejut.
Wajahnya tertutupi bayangan karna ia menunduk, jarak dari atas hingga kebawah sangat jauh padahal ada tangga tapi percuma diri ini tak bisa menggapainya, apa aku akan mati lagi?, Pikiran ini sangat tak percaya Kanao melakukan ini,
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Ia Seperti Bukan Kanao-chan Yang Ku Kenal"
-- -- -- -- ≪ °✾° ≫ -- -- -- --
Na... Tirai kedua sudah membuka dirinya , bagaimana dengan Tirai ketiga ya? .
1458 word.
▂ ▃ ▅ ▆ █ ▆ ▅ ▃ ▂
L o a d i n g . . .
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro