Bab 7
Motor matic berwarna hitam milik Kevin sudah terparkir rapi di parkiran depan GOR yang berada di tengah kota. Sudah mulai nampak suasana ramai bagi orang-orang yang ingin berolahraga di sana atau sekedar bermain-main di sekitaran GOR yang terdapat sebuah taman kecil dan juga baru tersebut dekat dengan alun-alun.
Kevin yang baru membuka helmnya memancarkan aura keren yang dilihat oleh gadis-gadis disana. Lalu dengan saja dia menyisir rambutnya ke belakang sehingga menampakan tidak lebarnya dan menebarkan pesonanya. Melihat hal tersebut bisa langsung mencibir kelakuan Kevin di dalam hatinya tahun bibirnya tetaplah mencibir tanpa suara.
"Sebenarnya kamu tuh niatan olahraga apa cuman pamer pesona doang, sih?" dengus Kesya melipat tangan di depan dada.
"Kan ada peribahasa yang mengatakan 'Sekali mengayuh dua tiga pulau terlampaui', ya maksud peribahasa itu ya kayak gini lah. Lumayan sekalian cuci mata, Sya— aduh! Kenapa dicubit sih."
Kevin baru saja mau mengatakan tujuan lainnya ke GOR, namun kasih sudah mencubit lengannya cukup keras sehingga membuatnya menjerit kecil karena kesakitan. Cubitan Kesya memang tidak main-main. Bahkan dia pernah mendapatkan bekas cubitan tersebut tidak hilang selama 2 hari.
"Udah ah. Ayo kita masuk nanti malah nggak jadi-jadi kalau mata kamu udah pecicilan."
Kesya pun berjalan duluan memasuki stadion atau GOR kota yang cukup luas tersebut. Tampak dari luar memang hanya terdapat beberapa orang saja, nyatanya di dalam sana jauh lebih ramai daripada yang ia perkirakan.
Mata cantik tersebut menatap sekeliling dari ujung hingga keujung tanpa terlewatkan sedikitpun. Begitu ramai, orang-orang tampak bersemangat melakukan olahraga di pagi hari ini. Bahkan ada pelatihan fisik dari TNI atau Polri di sana yang sangat jelas terlihat dari pelatihnya yang terus bersuara dengan semangat yang menggebu-gebu.
Kesya menaruh tas miliknya yang berisi air mineral tersebut di pinggir lapangan yang nampaknya cukup aman. Tasnya bersebelahan dengan tas hijau tua milik Kevin.
"Mulai sekarang gue pelatih lo ya, Sya."
"Hah? Pelatih? What?"
Alis Kesya menyatu dalam kebingungan dengan ucapan Kevin yang tiba-tiba. Pelatih? Yang benar saja! Memangnya dia sedang ada pelatihan fisik seperti kumpulan prajurit TNI di ujung lapangan seberang apa?
"Iya, pelatih. Biar lo lebih gampang buat atur olahraganya dan gak salah langkah," tutur Kevin.
"Dih, masa gitu sih A'. Gak mau ah, terlalu formal buat acara diet aku. Lagian, Aa gak pantes jadi pelatih. Bagusnya jadi tukang angkat galon kayak di rumah," timpal Kesya setengah meledek.
"Ganteng gini jadi tukang galon. Gak sudi!" protes Kevin tak diidahkan sama sekali oleh Kesya, justru cewek tersebut langsung memulai pemanasan terlebih dahulu. "Au ah! Langsung aja biar gak buang-buang waktu. Pemanasannya jangan sampaisalah ya."
"Iya, Aa Kevin."
Kesya mulai mengikuti alur Kevin dalam melakukan pemanasan sebelum memulai jogging dengan benar. Gerakannya sederhana namun Kevin melakukan perbagian sedikit lebih lama.
Mungkin kalian penasaran, kenapa Kesya gonta ganti memanggil saudara kembarnya dengan Aa atau Kevin saja. Kalau di rumah atau dalam keadaan kakak-adik, Kesya akan memanggil Kevin dengan sebutan Aa seperti panggilannya ke Devan--kakak tertua mereka. Sementara di sekolah, Kesya memanggil Kevib dengan 'Kevin' saja dikarenakan mereka siswa seangkatan.
Ribet? Orang lain akan berpikir begitu kalau melihat perbedaan panggilan Kesya untuk Kevin saat di rumah maupun sekolah. Tetapi, selama ini Kevin tidak memprotes sampai naik darah mengenai panggilan tersebut. Paling, mentok kalau Kesya keseringan panggil dia cuman 'Kev' atau 'Vin' saat di rumah tanpa embel-embel Aa.
Ujung-ujungnya, Kevin sendiri yang kadang ribet. Tetap saja, dia tidak bisa menolak apapun yang Kesya lakukan padanya asalkan bukan perbuatan keji dan menimbulkan dosa besar.
Selesai pemanasan, Kevin meminta Kesya untuk berlari mengelilingi stadion ini selama 15 menit lamanya. Terserah berapa putaran yang Kesya sanggupi, asalkan begitu sudah 15 menit maka dia harua berhenti. Dan Kesya tidak boleh berhenti berlari. Untuk itu, Kevin pun meminta agar cewek itu berlari kecil-kecil saja dan jangan tergesa-gesa.
"Segitu cukup ya?" tanya Kesya khawatir kalau dia tidak sanggup lari dalam tempo waktu sekian.
"Cukup. Banget malah. Udah gak usah protes, beneran ini waktu yang biasa digunain buat awalan yang mau jogging," jawab Kevin mendorong Kesya untuk berdiri di garis start.
Begitu ia mulai memberi aba-aba, Kesya sudah memposisikan dirinya siap untuk berlari. Dalam hitungan ketiga, Kevin meniup peluitnya dan Kesya pun mulai berlari secara perlahan-lahan. Tidak hanya cewek itu saja yang berlari, Kevin tepat ada di belakangnya ikut berlari sekaligus mengawasi.
Putaran pertama masih baik-baik saja, Kesya belum mengeluhkan apapun. Tetapi, saat putaran dua mendekati tiga, ia merasakan mulai sulit mengatur napas ketika berlari.
Napasnya sedikit pengap, debaran jantungnya lebih cepat dari normal, kakinya mulai terasa lelah serta matahari yang terik di pagi hari tersebut mulai membuat keringat menetes dari keningnya.
Tepat pada putaran ketiga lebih separuh, waktu sudah habis dan Kesya langsung terduduk di pinggiran lapangan yang berumput. Beberapa waktu ia memulihkan jalan napasnya dan meluruskan kakinya agar tidak terkena Varises. Kevin masih lanjut berlari sampai 6 putaran.
Saat keduanya sudah selesai berlari dan duduk berdampingan, Kesya masih terlihat terengah-engah.
"Capek banget, A'. Mana tumbenan baru mulai lari malah pagi-pagi jadi panas gitu," ucap Kesya.
"Tapi lumayan biar ada keringet. Sekaligus dapet vitamin dari sinar matahari, bagus loh buat tulang kamu biar tambah kuat dan gak loyoan," timpal Kevin. "Kalau masih capek, tunggu redaan terus kita ambil tas di seberang sana."
"Mau makan bubur gak?"
"Boleh-boleh. Di depan ada tukang bubur langganan yang laris banget dagangannya."
Sekitar 20 menit mereka hanya terduduk di sana dan Kevin hanya berbicara seputar cara mengambil napas yang baik saat berlari tadi. Masukan yang berharga, Kesya bisa menerapkannya saat jogging berikutnya.
Kemudian mereka bangkit dan berjalan menuju ke seberang lapangan untuk mengambil tas. Barang di dalam tas masih aman saat dicek dan mereka segera keluar dari stadion menuju ke warung bubur yang dimaksud Kevin.
Sesampainya di warung bubur, Kevin memesan dua porsi dan porsi untuk Kesya tentu saja tidak memakai kacang serta dirinya merequest krupuknya agak banyakan.
Sebetulnya, Kevin pengin makan ketoprak di warung sebelah cuman gak tega kalau bikin adiknya ngiler tapi gak bisa makan ketoprak itu. Walaupun dia juga kadang berdosa banget bikin Kesya ngiler kalau Kevin makan ketoprak di kamar dan baunya tercium sampai ke luar.
Dua mangkuk bubur sudah dihidangkan. Masing-masing menyantapnya dengan cara tersendiri. Kevin tim bubur diaduk san Kesya tim bubur tidak diaduk.
"Udah gak usah protes aduk apa gak diaduk. Rasanya juga tetep sama kayak bubur," kata Kesya cepat mencegah perdebatan begitu tau Kevin mau memancingnya tentang cara makan bubur mereka yang begitu bertolak belakang.
Kevin merinding dengan nada bicara Kesya yang terdengar galak baginya. Padahal biasa saja. "Galak pisan. Gak jadi deh buat yang itu, mending ganti topik aja ke yang lain. Sya, gimana dua hari ini pas lo di sekolah? Aman-aman aja 'kan? Gak ada kecet dan rusak 'kan?"
"Aku ini orang, bukan barang. Aman aja kok dua harian ini. Mereka mulai menjauh dan paling cuman ngomongin aku di belakang aja," balas Kesya jujur.
"Aa' gak lagi bolos kelas buat awasin aku 'kan?" Kali ini Kesya yang bertanya pada cowok itu.
Pertanyaan tersebut membuat Kevin gugup. Duh, mampus dia. Kok Kesya bisa tau kalau dia emang bolos buat awasin gimana keadaannya? Kan gak ada orang yang tau dan ngadu ke Kesya perihal hal itu.
"E-enggak! Gue gak bolos kok. Suer."
Sepandai-pandainya Kevin coba bohongin Kesya, pasti bakal ketahuan. Kalau yang ini udah keliatan, ngomongnya aja gugup kek lagi jawab pertanyaan dari guru BK.
Tetapi, Kesya tidak mau terlihat kalau dia seperti sudah tau hal itu. "Bagus. Gak boleh bolos atau nanti aku laporin ke mama kalau sampai Aa' kayak gitu."
"Iya, iya. Oh iya Sya, gue mau tanya sesuatu. Menurut tentang gue ambil jurusan kuliah nanti gimana? Kata lo mending gue ambil seni musiknya atau ambil jurusan psikolog aja?" tanya Kevin meminta pendapat karena galau.
"Apa aja bisa. Ada kok terapi seni, balik lagi ke Aa sendiri condongnya kemana. Seni musik apa Psikolognya?"
"Gak tau..." Otak Kevin kosong dengan jawaban dari pertanyaan Kesya. Dua-duanya sangat bagus dan menjadi jurusan incarannya sejak SMA.
"Mending renungin dulu buat jangka panjang."
"Kalau lo sendiri deh, milih yang mana."
"Kalau kata aku mending Aa ambil seni musik aja, soalnya kakak udah bagus di situ jadi kalau kuliah di jurusan seni musik nanti bakat kakak bakal berkembang dan terasah lebih baik nanti."
Itu hanya pendapat dari hatinya saja. Sejak dulu, Kesya paham mengenai kegemaran sang kembaran dalam bidang musik. Sementara dirinya justru menyukai sains. Banyak sekali ya perbedaan mereka dalam hal kesukaan? Anak kembar identik saja bisa beda apalagi mereka yang tidak identik.
Kevin menepuk pundak Kesya dan mengacak rambutnya yang terikat menjadi agak berantakan. "Bagus. Lumayan buat referensi, tinggal gas aja pas SNMPTN atau SBMPTN. Syukur-syukur diterima jalur rapot dulu biar gak mumet sama ujian. Thanks ya, Sya."
"Aamiin. Gak masalah buat aku, A'. Semoga kita semua termasuk Julio bisa diterima lewat jalur rapot."
***
Sibling time!
Moment Kesya dan Kevin yang uwu
[ walaupun ngerasanya gak uwu ]
• Matcha-Shin
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro