Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 29

Semester baru sudah hadir, menjadikan semester terakhir bagi mereka yang sedang mempersiapkan diri untuk bertempur dengan berbagai ujian mulai bulan ini. Tampaknya, suasana ekolah tidak banyak berubah seperti sebelumnya, hanya mungkin sikap beberapa anak berubah menjadi lebih kalem.

Untuk semeater ini, Kesya sudah berhenti melakukan dietnya. Tubuhnya sudah dikatakan proporsional dengan berat badan ideal, tidak terlalu kurus maupun tidak terlihat gemuk. Ini sudah sangat pas. Ditambah sekarang pipinya mulai menirus dan wajahnya semakin hari semakin mulus saja. Gaya rambutnya juga sedikit berubah, mulanya hanya ikat satu terlalu tinggi menjadi terurai atau ikat rendah.

Oke, siapa yang tidak akan menaksir dia yang dari dikatakan gembel menjadi seorang primadona? Harusnya, dari awal ia memang merawat diri dengan cara yang tepat.

Bulan ini ada kegiatan rutin setiap tahunnya, yaitu School Edu Fair atau EXPO. Para penyelenggara kegiatan ini adalah alumni dari SMA mereka yang sudah berkuliah di berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta. Event inilah yang menjadi salah satu pusat bertanya lebih mendalam karena akan ada berbagai stand perguruan tinggi yang berjejer di dalam aula.

Ini yang dinanti-nantikan oleh Kesya sebagai siswi kelas 12, ada banyak pertanyaan yang ia ingin ajukan ke salah satu universitas incarannya.

"Di sana ada asramanya ya, Kak?" tanya Kesya pada salah satu kakak tingkat dari alumni yang berbeda yang sedang ikut memeriahkan EXPO.

"Iya, Dek. Di sana mahasiswa tingkat pertama wajib masuk asrama di tahun pertama, selanjutnya boleh kos atau asrama lagi tapi harus mengajukan surat," jawab kakak tingkat tersebut.

Salah seorang kating cowok di belakang stand berbisik pada kawan di sebelahnya. "Cuy, lo tau dia gak? Kayaknya dulu gak ada yang sebening itu. Gak mungkin adek kelas 10 atau 11, dasinya ada garis tiga. Siswi pindahan?" tanyanya.

Agak tidak mungkin jika itu siswi pindahan, sekolah mereka biasanya membuka penerimaan siswi pindahan maksimal kelas 11 karena tidak ingin pusing jika ada nilai rapot dengan kkm yang jomplang.

Kawannya yang tidak tahu juga siapa itu pun menggelengkan kepala. Ia menghendikan bahu. "Mana gue tahu, coba lo pdkt jih sana," suruhnya lalu mendorong tubuh di sebelahnya-yang bertanya itu untuk berjalan ke depan. Daripada tanya-tanya mulu mending tanya aja sama yang bersangkutan. Betul?

Dengan gugup kating tadi pun mendekati Kesya yang masih bertanya asik pada kating cewek yang tengah berbagi pengalaman selama berkuliah. Tubuhnya sudah berdiri tepat di samping Kesya, cewek tersebut sedikit terkejut dengan kedatangan kating itu.

"Halo, Dek? Mau tanya-tanya apa nih di stand kita? Ini temen jurusan Kakak namanya Kak Afi dari alumni SMA sebelah," kata kating cowok bernama Chio itu. "Adek namanya siapa? Kakak baru pertama kali lihat." Ia bertanya penasaran karena name bet Kesya tertutup oleh rambut.

"Nama saya Kesya dari 12 MIPA 2, Kak," ucap Kesya memperkenalkan diri.

"Oh, Kesya."

Chio belum menyadari bahwa Kesya di sampingnya ini adalah orang yang pernah ia ejek di kantin bersama teman-temannya saat sedang membolos pelajaran tambahan. Ia masih terkagum dengan kecantikan dan wajah manis cewek itu.

Satu langkah bergeser mendekatinya, Chio terlihat mulai terang-terangan ini menempel padanya. "Kesya beneran mau kuliah di kampus kakak? Keren lho, mau ambil jurusan apa memang?"

"Statistika, Kak."

"Jauh ya dari fakultas kakak."

Siapa yang tanya? Kesya terheran dan mulai risih dengan sikap Chio. Secara sengaja, ia mulai berbicara lagi dengan Kak Afi daripada menanggapi pertanyaan dari Chio.

Beberapa pertanyaan terus saja dilontarkan oleh Chio padanya, semakin membuatnya tidak tenang. Kesya masih ingin di sini, namun bukan di dekat cowok tersebut. Ada apa? Semua orang berusaha mendekatinya dengan cara menggoda. Tidakkah mereka melihat wajah risih dan tidak nyamannya atas hal itu? Sepertinya tidak.

Semakin banyak yang datang mendekati dirinya. Ada yang terang-terangan meminta nomor Whatsappnya, ada pula yang mengajaknya makan di luar. Semua ini membuat Kesya semakin tidak nyaman saja.

Beruntungnya, Julio yang baru saja selesai dari stand universitas diincarnya melihat Kesya sedang didekati oleh kakak tingkat super playboy saat zaman SMA. Julio tanpa pikir panjang langsung menarik Kesya pergi dari sana.

"Jangan deket-deket sama mereka. Mukanya kayak playboy yang punya puluhan pacar," kata Julio terang-terangan memperlihatkan kecemburuannya.

"Hahaha, ya ampun lucu banget. Kamu cemburu ya?" goda Kesya membuat Julio menjadi gugup.

"E-enggak, kok! Aku udah tahu kalau mereka suka selingkuh pas dulu masih SMA. Pokoknya jangan deket-deket sama mereka lagi ya, nanti aku temenin kalau mau ke stand manapun. Aku udah selesai kok buat tanya-tanya di univ inceranku," kata Julio.

Kesya mengangguk. Keduanya kemudian berjalan menuju ke stand perguruan tinggi lainnya. Kini mereka sedang berbincang dengan salah satu kakak tingkat dari kedinasan. Seragam biru terlihat keren, ingin rasanya Kesya mengenakannya tahun ini.

Kebahagiaan Kesya tidak bisa Julio cegah. Sudah seharusnya dia menerima adanya LDR jika perlu. Tapi, dia sendiri masih berstatus teman dan bukan pacar, apa ini masih bisa disebut calon LDR-an?

Kalau tidak cepat menjadikan Kesya menjadi kekasihnya, ia tidak akan membiarkan siapapun menjadikan Kesya kekasih mereka.

***

Wajah pucat dengan keringat dingin diperlihatkan Kesya sangat jelas, benar-benar seperti sedang menghadapi sebuah phobia yang tak biasa. Baru saja keluar dari kelas sendirian, ia tak mau lagi bertemu orang-orang itu.

Satu kata saat melihat mereka; jijik.

Tryout yang seharusnya keluar dengan wajah bodo amat, kesal maupun senang tidak bisa Kesya ungkapkan. Justru ia memperlihatkan wajah ketakutan yang tidak biasa, menghindari sekumpulan cowok di kelas 12 MIPA 2 yang menjadi pengawas Tryout dari serangkaian kegiatan EXPO ini.

Bruk!

Benda di depannya ia tabrak tidak sengaja. Dada Julio tidak terasa sakit meskipun menjadi korban kepala Kesya yang menghantamnya.

"Aduh! M-maf, Iyo." Kesya berkata masih dalam keadaan agak takut. Ia terus saja berjalan tadi dengan langkah terburu-buru hingga tak melihat ke arah depan dan berakhir menabrak Julio.

"Buru-buru amat. Mau kemana, Sya?"

"Ke ...." Kesya harus berbohong, tidak mau berkata yang sebenarnya. "Kantin! Aku haus jadi mau beli minuman dulu di sana karena lupa bawa botol minumku sendiri."

"Oh, aku temen-"

"Di sini kalian ya! Dicariin di kelas taunya lagi pacaran di deket lab komputer." Kevin muncul dari balik celah antara laboratorium komputer dan ruang sekretariat, dan memotong perkataan Julio yang belum selesai itu.

Mata Kesya melotot. "PACARAN APANYA? Fitnah!" serunya tidak terima padahal jelas-jelas Kevin harusnya bisa langsung ke kelas 12 MIPA 2 saat Kesya keluar paling akhir, di sana kan Kesya masih bersama orang-orang...- tidak, jangan dipikirkan lagi. Sudah ilfeel.

"Halah, udahlah. Yok ikut gue." Kevin lalu menarik pergelangan kedua orang yang dicari-carinya sedari tadi itu untuk ia ajak ke warung depan. "Skuy, makan ketoprak."

Tanpa melawan, Julio dan Kesya diseret menuju warung makan ketoprak yang letaknya di depan sekolah mereka. Salah satu warung makan langganan Kevin kalau dia sedang mengidam ketoprak dari kampungnya dulu. Dan ini adalah salah satu makanan yang justru Kesya hindari karena bau kacang begitu kuat di indra penciumannya.

Sesampainya di sana, Kevin langsung memesan dua porsi ketoprak untuk dirinya dan Julio. Kesya hanya dipesankan es teh manis, tidak mungkin dia akan memberikan ketoprak tanpa bumbu kacang.

"Kasihan yang gak bisa makan ketoprak sendirian," ledek Kevin dengan nada dibuat-buat, menyindir Kesya yang tidak bisa memakan bumbu kacang. Jangan lupa lidah yang dijulurkan semakin membuat Kesya kesal.

Wajah super jahil itu ingin Kesya tabok dengan botol saus cabai yang ada di meja depannya. Kesabarannya masih bisa diredamkan dengan segelas es teh manis yang ia minum. Sensasi dingin es batu ternyata cukup ampuh menurunkan kepalanya yang panas karena emosi.

Berkebalikan dengan kakak adik yang sedang perang dunia ala anak kembar, Julio masih anteng memakan ketoprak traktiran Kevin sambil mendengarkan perselisihan tersebut.

Kevin tidak sengaja menubruk lengan Julio karena tubuhnya sedikit oleng. "Eh, sorry. Ini gegara Kesya dorong gue sih."

"Aa gak boleh su'dzon, Kesya gak dorong tau," belanya tidak terima.

"Kalian lucu banget. Udah-udah, Vin. Mending lo makan aja tuh ketoprak keburu dimakan lalat. Kesya mending jangan ladenin Kevin, anaknya emang jahil parah." Julio melerai keduanya dengan mudah.

Kevin menoleh ke arahnya, tepat disaat Julio sedang memcuri-curi pandangan ke Kesya. Setelah sadar diperhatikan, Julio menjadi malu.

Tatapan Kevin berubah, sedang memberikan sebuah isyarat kepadanya. "Buruan nyatain perasaan lo, bego. Masa sampai sekarang belum ada progress lanjutan buat kelanjutan hubungan sama adek gue sih."

Julio menggeleng. "Belum berani." Seketika membuat Kevin menepuk jidatnya.

Kan, kelamaan! Ini lama-lama Kevin beneran comblangin Kesya dengan Julio secara terang-terangan. Gemes banget! Astaga, padahal dia sendiri jomblo dan suka iri saat Julio sedang uwu dengan Kesya, tapi tetap saja ingin keduanya berpacaran segera.

"Julio, kalau masih lama, nanti gue bisa-bisa pecat lo jadi calon ipar," bisik Kevin.

Calon ipar...

Calon ipar...

CALON IPAR?

"Kalau lo pecat gue, habis UN gue nikahin Kesya aja sekalian biar resmi jadi adik ipar lo." Julio menjawab dengan membisik balik.

"ANJRIT! GILA LO!"

***

To be continue

• Matcha-Shin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro