Bab 24
"Prakteknya dilanjut minggu depan. Untuk bahan, sama seperti tadi. Yang mejanya sudah bersih boleh kembali ke kelas, kalau yang belum bersih belum boleh. Saya akhiri dulu di sini, jangan lupa diingat langkah-langkahnya tadi. Mengerti?"
"Iya, Pak."
Sudah lewat 5 menit, kelas 12 MIPA 2 baru merampungkan kegiatan praktek di laboratorium biologi. Adanya praktek yang dilakukan sebagai salah satu tambahan nilai, praktek ini begitu penting untuk kenaikan rata-rata mata pelajaran biologi di rapor.
Kesya mengemasi bahan-bahan yang ia bawa dari rumah, membersihkan meja, serta membalikan kursi ke atas meja lab seperti sedia kala. Begitu sudah menyelesaikan pekerjaannya, ia pun keluar dari kelas sendirian tanpa bersama yang lain. Buku catatannya tadi sedikit basah di ujung sehingga ia menentengnya di samping badan.
Hampir tiba di kelas, dari jauh nampak sosok Julio yang tengah berdiri di depan kelas sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada dan juga bersender di tembok yang bisa mengecap bagian belakangnya.
Ia menghampiri Julio. "Cari aku?" Julio mengangguk. "Kan bisa ketemuan pas istirahat kedua nanti. Ada apa memangnya?"
"Nih." Julio menyerahkan bingkisan kertas berisi bekal makanannya. "Hari ini hari kebalikan. Jadi, ayo kita tukeran makanan!" usulnya. "Kebetulan hari ini aku bawa buah-buahan yang udah dipotong-potong, terus ada ayam suwir di bagian pemisah lainnya."
"Eh‐- tapi, Julio. Gak ada hari kebalikan, itu adanya di kartun Spongebon Squarepants aja," tolak Kesya.
"Aku anggep aja. Ayo kita tukeran aja, kayaknya kan asik banget kalau dilakuin. Nah, aku juga mau makan makanan buatan kamu. Kata Kevin enak, jadi pokoknya aku mau hari ini kita tukeran makanan," kekeh Julio tidak mau ada penolakan.
"Haa, ya sudah. Kamu keras kepala banget kayak Kevin kalau di rumah. Sebentar ya, aku ambilin makanannya dulu," kata Kesya akhirnya menerima ajakan tersebut dan menerima bingkisan dari Julio lalu masuk ke dalam kelas.
Kesya meletakan makanan Julio di dalam lokernya kemudian mengambil kotak makannnya yang berwarna sama dengan milik Julio. Setelah itu, ia kembali keluar dan menyerahkan bekal miliknya kepasa cowok tersebut.
Kotak makan tersebut dibuka oleh Julio, nampak di sana terdapat lauk makan sederhana dan juga ada tumis udang dan cumi buatan Kesya sendiri. Cuminya tidak hitam, sangat pas sesuai selera Julio. Kebetulan sekali dia memang penggemar sea food terutama cumi-cumi dan kepiting.
"Okey, siap. Sampai ketemu di istirahat kedua ya, Sya. Kevin gak bisa ikut karena katanya mau ke perpustakaan buat nyari referensi tugas," kata Julio
"Pantesan aja Kevin gak bawa bekal makanannya, ternyata ada alasannya. Ya udah deh, kita makan berdua seperti biasa," timpal Kesya.
"Aku balik ke kelas dulu ya." Julio melambaikan tangan lalu pergi kembali ke kelasnya.
Usai Julio pergi, Kesya kembali masuk dan menggeledah tas miliknya. Dia mengeluarkan sunscreen dan juga mosturizer miliknya yang ia rasa sudah tidak cocok di kulit. Karena ia merasakan kulitnya sedikit memerah dan gatal usai memakai kedua produk tersebut.
Sebetulnya ia bisa saja memberikannya kepada yang lain, namun orang-orang di sini punya gengsi dan sikap arogan yang begitu tinggi yang membuat mereka bisa menolak barang pemberiannya mentah-mentah.
Arogan dan tidak suka dibanding-bandingkan dengan seseorang yang lebih rendah bagi mereka, itulah yang menjadi titik tersulit baginya untuk bisa bergaul dengan baik di kelasnya. Lebih dari sekadar disebut sebagai kelas unggulan, kelasnya ini memiliki karaktee siswa yang rata-rata hampir sama. Bukan berarti kelas lain tidak lebih baik daripada ini, hanya saja Kesya sudah pernah sekelas dengan sepertiga anak yang ada di sini saat kelas 11.
Ia harap semester 2 akan segera datang sehingga fokusnya terhadap belajar pun bisa maksimal dan dietnya akan segera berakhir. Ia pun menunggu keberuntungan yang datang kepadanya sehingga kesialannya dulu bisa sirna dan lenyap ditelan bumi.
***
Julio mengendus pelan bau makanan di dalam kotak makaman yang dipenganginya, ia tidak merasakan bau yang aneh. Hanya bau masakan biasa.
Kenapa firasat buruknya tidak hilang sejak tadi? Ia hanya mencoba memastikan makanan tersebut baik-baik saja, tidak ada kacang. Ia berani yakin karena sudah beberapa kali menggeledah isi makan tersebut dengan baik. Bahkan, sebelumnya ia memakan sedikit bagian tengah dalam satu suap.
"Kamu kenapa? Masakanku aneh atau—"
"Bukan, aku cuman mau pastiin semua ini gak ada isi yang bikin kamu alergi. Walaupun aku yang makan, aku gak mau kamu dijahilin dengan sengaja bikin alergi kamu kambuh," tutur cowok tersebut.
"Kamu tenang aja. Tadi, aku juga udah periksa kok. Aku pastiin juga di situ gak akan ada kacang. Jangan dipikirin, ayo kita makan."
Keraguan Julio belum hilang meski Kesya sendiri sudah memastikannya. Walaupun begitu, ia tetap memakan makanan milik Kesya dan Kesya memakan buah-buahan yang ia bawa. Tidak akan basi atau tidak enak karena saat sebelum jam pertama dimulai, ia menitipkan makanannya di kulkas koperasi sekolah. Makanya kotak makanannya sedikit dingin saat disentuh.
"Sya, mau tanya. Kalau ada cowok suka sama cewek tapi kita takut bilang ke orangnya tapi dia menemani si cewek dari bawah, apa yang bakal kamu lakuin kalau ada diposisi si cowok?" tanya Julio sedikit random, padahal dia bertanya karena sebenarnya cowok itu adalah dirinya sendiri.
"Kenapa harus takut? Bilang saja, toh menyukai seseorang itu hak dia dan selama gak merugikan orang lain kita bebas mencintai siapapun. Apalagi cowok itu temenin si cewek dari bawah, kalau ceweknya peka ya bakal terima—kecuali kalau udah ada pacar sih jangan ditembak aja," jawab Kesya setelah menelan makanannya.
Pertanyaan yang aneh yang ia dengar dari Julio, namun seolah keadaan dari si cowok di pertanyaan tersebut tidak asing untuknya.
"Kalau ditolak?" Julio bertanya lagi.
"Harus terima jawaban tersebut. Maksudnya, kita gak bisa memaksakan seseorang untuk balik menyukai kita, bukan? Asalkan setelah itu keduanya gak memutuskan hubungan pertemanan aja dan gak saling benci."
Jawaban Kesya cukup logis. Memang harusnya begitu bukan? Feedback didapatkan apabila ada aksi yang kita berikan kepada orang lain. Sementara itu, tidak semua feedback harus sesuai dengan yang diinginkan oleh diri kita sendiri. Makanya Kesya tidak mau berharap banyak jika sedang jatuh cinta kepada seseorang. Takut tidak sesuai ekspetasi.
"Oke. Makasih, Sya."
"Itu pertanyaan random ya?"
"Ha? Iya, hahaha. Iseng tanya aja."
Jangan sampai Kesya tahu motif dibalik ia bertanya seperti itu, bisa-bisa Julio ketahuan kalau ia suka sama Kesya. Kan gak lucu, dia memang belum siap mengatakan suka kepada cewek itu meskipun sudah direstui dan diberi dorongan semangat oleh Kevin.
Makan siang mereka selesai. Julio sejauh ini merasa tenang-tenang saja. Ia mulai mengemasi bekal makanannya dan milik Kesya dari atas meja kantin.
Namun, ia tiba-tiba menatap Kesya dengan serius. Arah pandangnya hanya tertuju pada Kesya saja, tanpa ia sadari kalau yang ditatapnya balik sedang kebingungan. Cukup lama Julio menatap Kesya, hampir sekitar 5 menit dengan sesekali mengedipkan mata dan mulut sedikit terbuka.
Kesya melambai-lambaikan tangan di depan wajah cowok itu. "Julio? Halo? Kamu kenapa? Apa ada sesuatu di mukaku?"
Julio tidak merespon. Ia masih saja menatap Kesya dari tempat duduknya, bahkan tatapannya berubah perlahan menjadi sedikt bingung. Wajahnya pun kini mulai maju ke depan, mendekati Kesya yang terlonjak kaget dan memundukan badan.
Semakin lama, tingkah Julio tidak membuatnya mengerti. Kotak makannya pun ia jadikan sebagai penghalang supaya Julio tidak berbuat macam-macam dengannya. Sempat juga Kesya berpikir bahwa Julio akan menciumnya. Astaga, dia harus mensucikan otaknya tersebut.
Tiba-tiba saja, sesuatu yang bukan dalam diri Julio muncul dan mengejutkan seluruh pengunjung kantin.
"AKHIRNYA GUE LIHAT KAMBING DIKUNCIR!"
"Hah? Kambing dikun—"
"YA TUHAN, KAMBINGNYA NGOMONG!"
Tunggu— apa yang sedang terjadi pada Julio?
***
To be continue
• Matcha-Shin
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro