Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 22

Semingu sebelum memasuki Ujian Akhir Semester (UAS) ini, guru semakin mengefektifkan kegiatan belajar mengajar agar para siswa—kelas 12 khususnya—bisa mendapatkan nilai yang memuaskan di rapot nanti.

SMA Cakrawala Bangsa memiliki sistem yang tidak banyak dikatahui oleh siswa di sana. Guru akan memberikan nilai yang jujur ke hampir semua anak—bila dinaikan pun tidak banyak, dan beberapa beredar rumor jika anak tertentu—khususnya anak pegawai— saja bisa menyuap nilai dengan uang yang tidak sedikit nominalnya.

Maka dari itu, sebelum pindah ke sini Kesya sudah mempersiapkan strategi belajarnya agar ia dapat mendapatkan nilai yang memuaskan supaya targetnya lolos SNMPTN bisa terwujud.

Dua jam pelajaran terakhir, semua siswa mulai menguap dan terkantuk-kantuk oleh penjelasan dari guru Matematika. Mereka mengutuk siapapun yang menempatkan pelajaran yang hampir dibenci seluruh sekolah tersebut di jam terakhir di kelas itu yang rawan ngantuk menjelang pulang sekolah.

"Baik, karena sudah pada tidur, silakan yang mau menggantikan saya dalam menjelaskan bab ini bisa maju ke depan atau nanti saya memberikan nilai C- semua di rapor kalian," ujar Pak Iskandar membuat seluruh mata anak kelas jatuh ke Kesya.

Harapan satu-satunya hanyalah dia, mereka tidak mau jika mendapatkan nilai C- tetapi siapa lagi yang sanggup menjelaskan selain dia yang satu-satunya masuk dalam peringkat 10 besar?

Paham, Kesya mengerti dengan baik kode tersebut. Ia pun mengangkat tangan dan berkata dengan yakin, "Saya bersedia untuk menjelaskan bab ini, Pak."

"Oh, Kesya. Silakan maju ke depan dan jelaskan materi ini kepada teman-temanmu yang tidak mendengarkan bapak sedari tadi. Kamu menyelamatkan kelas ini dari nilai C- dan saya pastikan ada tambahan poin untukmu," kata Pak Iskandar lalu beliau pun duduk di kursinya.

Bergantian dengan Pak Iskandar, Kesya berdiri dan mulai berjalan ke papan tulis putih. Ia mengambil satu spidol dan bersiap untuk menerangkan bab ini yang sudah dipelajarinya seminggu yang lalu.

"Jadi teman-teman, tadi Pak Iskandar sudah menjelaskan mengenai kuartil, desil, simpangan baku, variansi, dan simpangan rata-rata. Saya akan menjelaskan terlebih tentang kuartil dan desil. Secara umum, kuartil membagi data menjadi empat bagian yang sama rata. Pembagian tersebut ada pada Q1, Q2 atau median, dan Q3. Jika data tunggal akan sangat mudah bagi kita menentukan kuartil karena kita bisa mengurutkan data tersebut lebih dahulu mulai dari yang terkecil hingga terbesar, lalu ...."

Penjelasan Kesya begitu jelas dan easy going. Tangannya cekatan menuliskan rumus beserta beberapa contoh soal yang berbeda tipe. Cara penyelesaiannya pun sangat mudah dibandingkan dengan Pak Iskandar sebelumnya.

Coretan demi coretan memenuhi papan tulis yang semula hanya diisi beberapa saja, kini semua soal dan penyelesaian serta rumus sudah dia paparkan di sana. Sebagian besar anak menjadi paham karena memperhatikannya, sedangkan sebagian kecil tidak peduli dengan pelajaran dan memilih untuk melanjutkan tidurnya. Salah satunya adalah Heshi, yang enggan untuk mendengarkan.

Pak Iskandar bertepuk tangan dan memuji penjelasan Kesya yang sangat sistematis. Ia kagum dan juga bangga memiliki siswa unggulan seperti ini yang selalu bisa dia andalkan. Butuh setidaknya satu siswa seperti ini di setiap kelas agar guru tidak pusing kalau semua anak tidak ada yang paham. Ibarat, jadi asisten guru.

"Saya memang selalu percaya dengan kemampuan kamu, Kesya. Penjelasan kamu lebih ringan dan mudah ditangkap dengan baik. Sepertinya kamu cocok buat menggantikan saya mengajar di sini." Pak Iskandar tertawa kecil karena guyon—tersirat bahwa perkataannya merupakan kata sarkas kepada siswa lain yang malas mendengarkannya.

"Terima kasih, Pak Iskandar. Saya cuman membantu bapak dalam menjelaskan materi tadi saja. Terima kasih atas pujiannya," balas Kesya.

"Barusan saya sadar, kamu jadi berubah ya. Dulu saya masih melihat kamu jadi siswa chubby yang pipinya pengin saya cubit. Tidak apa, kamu cantik sekarang. Pasti kamu sudah melakukan banyak hal seperti diet dan berolahraga. Saya yakin banyak orang yang akan sadar sama proses kamu dalam berubah," kata Pak Iskandar, lagi, membuat Kesya jadi tersipu malu.

Perubahan penampilan tubuhnya benar-benar sudah berubah meskipun belum mencapai goals. Paha dan lengan sudah mengecil, pipinya tidak sechubby dulu, dan pinggangnya mulai ramping. Jangan lupa berkat kerutinannya dalam menggunakan produk skincare, wajah kusam dan jidat beruntusannya berubah menjadi mulus dan bersih.

Sebentar lagi, dia bisa menjadi siswi yang cantik seperti lainnya dan berhenti diperlakukan tidak adil. Keinginannya memang selain mengubah pola makan lebih baik, diet bisa menjadi ajang balas dendam ampuh bagi siapa saja yang pernah memberi kata-kata yang tidak pantas mengenai tubuhnya.

"Dan juga, saya bangga kamu selalu mendapatkan peringkat tiga besar teratas dan membawa nama baik di sekolah ini."

"Sekali lagi terima kasih, Pak. Saya sudah menjelaskan materi, saya boleh duduk sekarang?"

"Oh, boleh. Silahkan."

Usai Kesya diizinkan kembali ke tempat duduknya, Pak Iskandar melanjutkan pembelajaran. Ia senang jika perubahannya disadari oleh orang lain dan mereka memuji dirinya atas proses yang dilakukannya.

Daripada hanya sekadar memuji 'cantik' saja, alangkah baiknya memang kita perlu mengapresiasi sebuah proses dari pencapaian hasil tersebut, bukan?

Meskipun masih saja ada siswa maupun siswi yang tidak suka ia dipuji seperti tadi, omongan itu sudah menjadi angin lalu baginya. Fokusnya sekarang adalah mencapai berat badan goals dan lolos seleksi universitas.

***

"Tumben-tumbennya ngajak Aa ke sini. Pakai acara bilang mau traktir lagi. Ini lo kesambet apaan?" tanya Kevin saat menginjakan kaki di sebuah tempat makan ice cream dan milk.

Satu yang memang membuat Kevin heran adalah bisa-bisanya Kesya bolos jam tambahan di les dan malah mengajaknya ke sini, untung aja Kevin orangnya santuy jadi Kesya gak bakal dilaporin ke Winda kalau semisal gak masuk les hari ini.

"Kesambet cintanya Aa buat aku." Kesya menanggapi.

"Geli anying, Sya."

Bulu kuduk Kevin langsung berdiri. Kesya yang tak suka mengumbar kata-kata seperti itu seketika membuat Kevin speechless dan menganggap adiknya kesurupan. Mereka memang terlihat saling peduli, tetapi jarang sekali mengatakan 'rasa sayang' kepada satu sama lain.

Namanya juga saudara, kadang ada rasa gengsi juga terhadap kakak atau adik.

"Mau pesen apa? Mumpung udah di sini," kata Kesya. "Kalau mau tanya alasannya apa, pesen makanan dulu baru kuberi tahu."

"Iya, iya."

Kevin memilih ice cream rasa coklat karena terlihat menggiurkan sedangkan Kesya memilih rasa matcha. Setelah memberikan catatan pesanan kepada kasir dan membayarnya, keduanya tinggal menunggu pesanan ice cream mereka diantarkan.

"Oke. Udah 'kan? Sekarang bilang ke Aa, kamu lagi ada apa sampai traktir gini? Terus— tumben amat gak ajak Julio," ucap Kevin.

"Aa tahu gak sih? Hari ini Pak Iskandar puji Kesya di depan temen-temen kelas setelah tahu kalau aku itu udah kurus. Seneng banget beliau puji aku bukan cuman cantiknya aja, tapi notice kalau aku diet dan olahraga buat dapetin ini semua. Beneran seneng banget aku A' karena temen-temen jadi pada diem. Terus emang sekarang jarang ada temen yang nakal ke Kesya apalagi panggil sebutan-sebutan dulu."

Itu berita bagus! Kevin pun pasti akan sangat senang jika ada yang memuji Kesya dalam berproses, entah itu diet maupun belajar. Poin penting yang membuat Kevin lebih senang saat mendengar teman-teman Kesya terdiam saja. Pasti mereka juga sadar dengan perubahaan tersebut dan sulit untuk tidak menjilat ludah mereka sendiri.

"Bagus dong! Akhirnya ada yang apresiasi dan puji lo yang udah susah payah sampai di titik ini. Lo gak boleh berhenti sampai semua tujuan tercapai," balas Kevin menepuk kecil pundak Kesya sambil tersenyum.

"Aku gak muluk-muluk lakuin diet hanya untuk dipuji cantik aja. Hidup tanpa ejekan aja udah cukup bagi aku, Aa. Karena kepintaranku masih kalah saing dengan siswa berwajah cantik—kalau dilihat dari circle pertemanan di sekolah ini."

Kevin setuju. Itu memang fakta yang ada, sekolah bergensi dan favorit ini memiliki sisi gelap yang ditutup apik.

Pesanan mereka datang ditengah pembicaraan. Kevin melahap satu sendok ice cream ke mulutnya dan ia merasakan sensasi dingin nan lembut lumer di dalam sana.

"Ah, iya—lupa bilang pas awal-awal dulu. Sebenernya, Aa juga aslinya mau bilang lo harus kuat sekolah di sini. Bullying di sini emang lumayan parah tapi sekolah kurang bisa menindaklanjuti perkara ginian. Mereka sibuk kejar prestasi," ungkap Kevin. "Tapi gak pa-pa, bentar kita lagi lulus. Aa yakin kita bisa dapat lingkungan yang lebih baik daripada ini."

"Semoga saja begitu."

***

To be continue

Matcha-Shin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro