Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 21

Kemarin

Kevin terbahak-bahak mendengar lelucon dari Izul tentang DPR, walau itu dark jokes tentang pemerintah tetap saja bisa mengundang gelak tawa. Apalagi dengan santainya, Izul tetap melanjutkan lawakan miliknya di depan teman-temannya. Bak sudah biasa menjadi hiburan, Izul tidak pusing jika ada temannya yang menanggapinya dengan kata-kata kasar.

"Bangke! Hahahaha lu kalau ikut Lawak Bersama DPR, DPR gak jadi ngusir tapi tetap aja mereka ketawa sambil kesindir," kata Kevin.

"Bener, Njir. Diangkat jadi pelawak pribadi salah satu anggota malah," timpal Kamal menggeplak teman di sebelahnya hingga temannya tersebut berteriak sambil mengumpat.

"Daripada diangkat sama sugar daddy," celetuk Jio dengan entengnya.

"Hahaha, sugar daddy dong. Gila lo Ji, sekali ngomong suka gak ketebak bener kayak Kepin," ucap Kamal masih tertawa.

Masih bercanda dengan teman-teman kelasnya, Kevin tidak sadar akan kedatangan Julio yang diseret paksa oleh Marsha karena posisinya membelakangi kawannya tersebut. Julio pun tidak tahu ada Kevin di sana karena Kevin mengenakan hoodie baru yang dibelinya kemarin.

Julio meruntuki kelakuan Marsha dan berharap ada Kevin di tempat yang sama dengannya. Sayangnya, dia hanya tahu teman-teman Kevin tanpa tahu ada kawannya itu yang sedang berkamuflase.

Ponsel milik Kevin bergetar dan mengeluarkan suara notifikasi yang berbeda. Ada pesan masuk yang tidak begitu penting untuk dibaca karena itu dari tempat les mengenai pelaksanaan tryout rutin. Lalu, ia memilih untuk memasukan ponselnya ke dalam saku hoodie dan kembali mengobrol dengan teman-temannya.

Berbeda dengan Kevin, Julio justru salah fokus saat mendengar suara notifikasi dari ponsel Kevin tersebut. Ia merasa ada Kevin di sekitarnya.

Tapi, dimana?

"Gue lempar lo pake buku adek gue," celetuk Kevin membuat Julio terkaget-kaget dan langsung menoleh ke belakang. Tidak salah lagi, orang yang memakai hoodie ini adalah Kevin dan suara tawa susulan menjadi ciri khas cowok itu.

Tangan Julio baru akan menepuk pundak Kevin, namun Marsha sudah datang dengan dua piring ayam geprek yang dipesan cewek itu tanpa meminta pendapat Julio sebelumnya. Sebelum disuruh makan, Julio mengirimkan pesan diam-diam kepada Kevin untuk menoleh ke belakang dan mengatakan bahwa ia ada di belakangnya tanpa sadar.

Setelah mendapatkan pesan tersebut, otomatis Kevin menoleh ke belakangnya. Hanya satu meja yang menjadi pemisah keduanya dan dari kursi yang ia duduki, Kevin melihat Julio sedang makan dengan Marsha dan bukannya dengan Kesya.

Kevin langsung kesal dan mengirimkan pesan balasan kepada Julio secepat angin.

Kevin
Maksuddddd? Jelasin gue kenapa lo sama dia???? TERUS KESYA DIMANAA??

Julio
Di gazebo sendirian.
Gue ditarik ini orang anjir
Tolongin gue Vinnn

Kevin langsung berdiri tiba-tiba dan hampir membuat teman sebelahnya terjungkal. Ia langsung keluar dari tempat duduk dan menghampiri meja Julio dan Marsha dengan raut datar.

"Punten ini mah, gue mau bawa Julio dulu ke suatu tempat." Kevin berucap begitu tiba di sana tanpa diminta sebelumnya. "Kalau gak diizinin, gue bakal tetep bawa dia karena ini urusan penting antara kita berdua aja."

Tanpa menunggu respons dari Marsha, Kevin langsung menarik tangan Julio dan membawanya ke tempat yang sepi. Satu-satunya tempat yang aman adalah perpustakaan sekolah karena Marsha tidak akan tahu kalau Julio berada di tempat tersebut. Karena biasanya dia tahunya Julio suka ke kantin, lapangan basket atau ke gazebo saja.

Kevin sudah melipat tangannya di depan dada, bersiap mendengarkan penjelasan Julio mengenai apa yang terjadi. Sejujurnya, dia kecewa karena Julio tidak bisa menepati janjinya kali ini.

"Sumpah, Kev. Ini bukan maksudnya gue gak mau bareng Kesya, gue diseret terus sama Marsha sampai gak bisa apa-apa," kata Julio.

"Lo cowok, masa kalah?" Kevin bertanya, heran.

"Masalahnya, tuh cewek licik banget kek nenek sihir. Mana pakai ancaman segala lagi," imbuh Julio. "Sekarang, gue makanya minta lo buat temenin gue lagi. Paling gak sebentar aja karena Marsha bakal gak berkutik sama bacotan dari lo."

"Terus, lo udah minta maaf belum sama adek gue? Gue gak mau ya Kesya sampai kenapa-napa, lo tahu sendiri kan anak sekolahan kita tuh bullying banget terutama ceweknya." Kesal, Kevin tidak menduga akan terjadi ini.

Julio mengangguk. "Udah, makanya gue nanti sore juga mau minta maaf lagi ke dia."

"Bagus."

"Lo ada rencana gak buat hal ini?"

"Ada lah. Gue sebel sama dia."

"Apa rencananya?"

"Besok lo bakal tau."

***

Hari normal telah kembali.

Kesya bersama Julio dan Kevin bisa makan bersama setelah beberapa waktu belakang mereka tak bisa melakukannya. Makanan Kesya aman bersama dengan Kevin sehingga dia tidak mungkin akan diisengi dengan tambahan kacang di dalamnya yang bisa menyebabkan alergi.

Obrolan biasa dibincangkan. Senang melihat Kesya bisa tersenyum seperti biasa tanpa ada rasa risau. Kevin merasa dia belum bisa mengawasi adiknya secara benar setelah keluar dari rumah sakit.

Hal-hal lucu kini menjadi topik yang tengah mereka obrolkan di meja panjang kantin. Salah satunya mengenai Millo yang tiba-tiba suka mengeong dan rupanya kebelet ingin menikah. Itu hanya guyonan dari Julio karena selama ini ia merawat Millo dari anak kucing hingga sudah beranjak besar.

Senyum di bibir Julio sedikit memudah setelah mendengar suara yang tak ingin dia dengar—suara Marsha yang sedang datang ke arah mejanya.

Hah, Julio harus menyiapkan diri.

"Julio ...," panggil Marsha, "ternyata udah ada di sini. Tadi aku cari di kelas gak ada loh."

Tatapan tidak ramah menjadi sapaan bagi Marsha yang justru memberikan senyum terbaiknya untuk Julio seorang. Sedangkan kepada Kesya maupun Kevin, ia sama sekali tidak bisa menunjukan wajah ramahnya.

"Temenin aku makan yuk?" pinta Marsha dengan puppy eyes yang dia tunjukan.

Rasa geli menggelitiki tubuh Julio karenanya, ia menjauhkan tubuhnya dari Marsha. "Apaan, gue gak mau. Sana pergi!"

"Ihhh, Iyo kok jahat." Cewek itu mempoutkan bibirnya.

"Lo kek gak punya temen aja di kelas. Padahal lo 'kan ratu di circle lo sendiri. Kemana mereka? Kabur? Bagus deh, mungkin udah ogah temenan sama orang gak ada akhlak kek lo," celetuk Kevin.

"Sok tahu banget sih. Gue gak ngomong sama lo, tapi sama Julio." Ia menahan kesalnya pada Kevin, lalu kembali tersenyum saat menatap Julio. "Ayo, Iyo. Temenin aku makan di gazebo."

"Gak mau!" tolak Julio tegas.

"Harus mau!" Marsha tidak mau mengalah.

"Maksa banget jadi cewek. Pergi aja sono. Lo buta apa gimana? Si Julio jelas-jelas gak mau ikut kenapa dipaksa banget harus ikut. Dah gitu lo gatel banget, centil pisan. Pantesan aja temen gue yang satu ini kek jijik lihat kelakuan lo," semprot Kevin tanpa ampun dan tanpa mempedulikan reaksi dari Marsha sendiri. "Muka lo udah macem bahan di sayur. Asem."

Dua jempol dari Julio. Memang semua itu begitu tepat sasaran. Dan lihatlah bagaimana Marsha tampak sangat kesal atas ucapan Kevin yang terang-terangan dan tidak peduli suaranya begitu keras hingga jelas terdengar oleh orang lain.

Marsha masih berdiri di tempat dalam waktu yang cukup lama, menunggu Julio agar mau ikut dengannya daripada bersama si anak kembar.

Sudah jelas Julio tidak mau dan dia meminta Kevin serta Kesya untuk berpindah tempat dan sengaja berbicara dengan dua orang tersebut di hadapan Marsha bahwa ia tidak nafsu makan karenanya. Ketiganya menjauhi Marsha dan menuju ke bagian depan sekolah.

Benci. Hati Marsha semakin membenci Kesya dan juga Kevin—pengganggu lain. Kegagalannya hari ini berlanjut hingga keesokan hari dan hari-hari selanjutnya.

Julio semakin menghindarinya entah dengan alasan apapun sampai berlari kabur saat didekati. Rasanya Marsha sudah mulai frustasi dengan hal tersebut dan tidak bisa memikirkan hal lain—termasuk pelajaran—selain Julio saja.

Lama-lama dia bisa gila.

***

To be continue

• Matcha-Shin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro