Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 18

"Tumben makananya beda. Lagi cheating day, ya? Emang weekend kemarin gak dipakai buat ini aja harusnya?"

Hari ini Julio melihat Kesya makan sedikit berlemak karena membawa daging rendang dari rumah. Ditambah dengan nasi yang tidak terlalu memenuhi kotak makan dan capcay menjadi lauk tambahan lain membuat Kesya terlihat membawa makanan yang berbeda dari biasanya.

Semenjak kejadian menimpa Kesya yang menyebabkan alerginya kambuh, Julio memutuskan untuk tidak memberikan makanan kepada Kesya. Tetapi, Kesya juga merasa tidak enak karena membuat Julio merasa bersalah. Jadi, ia memutuskan membawa makanan dari rumah sendiri beberapa waktu dulu.

Cheating day adalah hari dimana dia bisa makan makanan yang bebas dimakan, asalkan tidak terlalu tinggi lemak ataupun gula. Tidak boleh gorengan yang minyaknya belum ditiriskan atau jus dengan gula lebih dari 2 sendok.

"Sebetulnya sih, iya dan enggak. Kebetulan disuruh Mama buat bawa makanan ini biar aku gak melulu makanan yang rasanya hambar-kata Mama. Dan di rumah emang ada rendang banyak," ucap Kesya menjelaskan.

"Oh gitu, syukur deh. Lumayan tuh makan masakan mama sendiri, apalagi rendang. Masa masak rendang harus nunggu Lebaran Haji," tukas Julio.

Kesya terkekeh. Hari raya Idul Adha atau dikenal dengan Lebaran Haji sudah lewat beberapa bulan yang lalu, dan makan rendang tidak harus menunggu hari raya itu. Untungnya bumbu siap saji juga banyak terjual di swalayan.

"Oh iya, nanti habis ini ke kelasku dulu ya, Sya. Sore ini kamu gak ada jadwal les 'kan? Kita jalan-jalan ke kota sambil nikmatin angin sore. Kamu ambil helm cadangan di kelasku, pas pulang langsung ke parkiran aja," ujar Julio diangguki Kesya.

"Aku pakai pakai masker biasa. Kamu tunggu aja di jalan samping lapangan basket biar deket," timpal Kesya.

"Oke siap. Jangan sampai salah bonceng motor ya!"

"Iya, Julio."

Percakapan mereka tanpa disadari terdengar sampai ke telinga Marsha. Oke, dia ada rencana baru agar bisa bersama dengan Julio dan menggantikan posisi Kesya. Bayangan ketika berada diboncengan Julio sambil memeluknya dari belakang sudah dapat dia rasakan dalam pikirannya.

Gue gak bakal biarin itu!

***

K

esya langsung mengemasi buku-bukunya ke dalam tas setelah guru Bahasa Indonesia keluar usai dongeng panjang yang membuat sebagian anak tertidur tanpa sengaja. Dia mengecek ponselnya dan satu pesan dari Julio masuk untuk mengingatkannya agar tidak lupa mengenai jalan-jalan kali ini.

Julio
Jangan lupa ya, Sya
Ditunggu di lap. Basket

Selesai mengemasi seluruh buku dan perlengkapan, meja yang dia tempati sudah bersih. Dia sudah bersial untuk keluar dan mengambil helm Julio yang berada di bawah mejanya.

Begitu keluar dari kelas, bahunya tak sengaja menabrak Marsha yang tiba-tiba saja lewat di depannya dan mengaduh kesakitan. Kesya terkejut dan meminta maaf karena tidak melihat Marsha sehingga mereka saling bersinggungan.

"M-maaf, Sha. Aku gak sengaja," kata Kesya.

"Enak bener ya lo. Udah nabrak malah cuman minta maaf doang. Gue gak mau maafin lo," ketus Marsha enggan memaafkan.

Padahal Kesya benar-benar tidak sengaja menabrak bahunya, kenapa Marsha begitu keras hatinya? Setelah satu napas ia hembuskan, Kesya memberanikan diri bertanya"Gimana caranya biar kamu bisa maafin aku?"

"Helm Julio, masker, dan jaket lo," jawab Marsha.

"Hah?" Kesya bingung.

"Gue mau lo gak pergi sama Julio dan gue yang akan pergi sama dia. Maka dari itu, gue minta helm dia dan juga masker serta jaket punya lo biar gue bisa nyamar," jelas Marsha dengan penuh penekanan di awal-awal.

Permintaan Marsha cukup sulit. Tunggu- darimana dia tau kalau Kesya dan Julio akan pergi? Apa dia menguping percakapannya di kantin tadi siang? Tetapi, Kesya tidak melihat sosok Marsha di sana pada saat itu. Kalau Julio tahu pun, pasti akan berpindah tempat.

Kesya memeluk helm tersebut dengan erat. Ia tidak tega jika membohongi Julio saat cowok tersebut tahu bahwa yang diboncengnya nanti bukanlah Kesya, namun Marsha. Tetapi, jika dia tak menuruti permintaan Marsha, entah kenapa Kesya sedikit takut diapa-apakan oleh cewek itu.

Lama menunggu jawaban, Marsha merebut helm yang dibawa Kesya secara paksa. "Cepet kasih masker dan jaket lo. Kalau lo nolak, lo bakal tau akibatnya nanti," ancamnya dengan tatapan menindas.

Akhirnya Kesya menyerahkan masker miliknya dan jaket yang dia bawa. Tangan gemetar saat mengulurkan semua itu dan Marsha tanpa segan mengambilnya dengan cepat.

"Makasih. Dah sana lo pulang sendirian. Gak usah manja ke Julio! Dia gak pantes sama lo. Masih cantikan gue ya daripada muka lo yang jelek banget." Ucapannya begitu arogan, begitupun cara berjalannya melewati orang-orang dengan barang-barang tadi.

Dari jauh dan sembunyi-sembunyi, Kesya melihat Julio tidak menyadari bahwa yang sedang diboncengnya bukanlah dia melainkan Marsha.

Motor Julio pergi meninggalkan lapangan basket dan keluar dari gedung sekolahnya. Kesya memejamkan mata dan menghela napas. Kalaupun Julio tau jika yang dibonceng bukanlah ia, Kesya berharap Julio tidak akan memarahinya.

***

"Sya, ngomong dong. Biasanya kuajak ngobrol di jalan juga hayuh hayuh aja."

Marsha masih menutup mulutnya rapat-rapat, enggan bersuara untuk saat ini atau membuka kaca helm. Ia hanya mendengarkan Julio terus mengocehkan hal apapun sepanjang perjalanan. Lucu dan gemas, Marsha semakin dibuat suka dengan tingkah cowok yang satu ini.

Ngomong-ngomong, kenapa Julio masih belum tersadar bahwa yang dia bonceng sebetulnya adalah Marsha karena cewek tersebut benar-benar berkamuflase.

Jaket tebal Kesya membantunya menyembunyikan bentuk tubuh bagian atas, sedangkan bagian bawah ia mengenakan celana lumayan tebal sehingga terlihat lebih berisi. Ini cukup menyiksa dirinya dan rasanya tidak betah dengan pakaian berlapis tebal.

"Bentar ya, Sya. Mampir ke pom bensin dulu mau ke toilet bentar," kata Julio lalu motor dibelokan menuju PSBU terdekat.

Tiba di SPBU, Julio segera memarkirkan motor di depan toilet dan menuju ke salah satu toilet yang kosong.

Marsha membuka kaca helm dan menurunkan maskernya. Ia berdecak sebal dan mengumpati selera Kesya yang menurutnya jelek, ditambah ia menjelek-jelekan tebalnya jaket milik orang yang dibencinya.

Bodohnya Marsha, dia tidak tahu bahwa Julio telah mengetahui idenfitasnya dan terkejut saat sadar akan kekeliruan cowok itu. Dari tembok pembatas yang memiliki celah-celah bermotif, Julio melihat bagaimana Marsha mengusap keringatnya yang mengucur dari kening karena jaket itu.

"Bamsat," umpatnya.

Julio langsung menghampiri Marsha yang belum sempat menutupi identitasnya lagi dan terlanjur ketahuan. Matanya membulat dan air mukanya berubah pucat melihat kedatangan Julio dari toilet.

"Lepasin helm dan barang milik Kesya," titah Julio namun Marsha menggeleng, menolak dengan keras.

"Lo mau gue yang lepas paksa sampai kepala lo ikut lepas atau lo sendiri yang bakal lepasin? Pilih salah satu," imbuhnya menatap tajam dan marah kepada cewek tersebut.

Dengan takut-takut, Marsha melepaskan helm, masker dan jaket yang dia kenakan. Sesudah melepaskannya, Julio mengambil paksa semua itu dan memasukan masker serta jaket Kesya ke dalam tasnya.

"Turun."

"Gak mau, Iyo."

"TURUN!"

Marsha dari motor Julio, dan cowok tersebut mulai naik ke kendaraan miliknya. Mesin motornya kembali dia nyalakan.

"Berani-beraninya lo bikin ulah kayak gini. Gue benci banget sama orang yang sok, terutama lo. Pantesan aja gue ilfeel, selain akhlak lo yang jelek ternyata muka lo lebih jelek daripada Kesya. Dia jauh lebih cantik daripada lo," tandas Julio.

Marsha mengepalkan tangannya. "Iyo-"

"Stop! Gue jijik dipanggil gitu sama lo."

Julio langsung pergi dari sana dengan kecepatan tinggi. Sengaja ia tinggalkan Marsha di sana karena ia benar-benar risi bersama cewek itu. Marsha tak bisa mencegah kepergian Julio yang mendadak dan ia semakin mengepalkan tangannya dengan erat.

Rencananya gagal lagi!

"Gue benci sama lo, Kesya!"

***

To be continue

• Matcha-Shin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro