Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 17

Jam pelajaran tampak berjalan normal bagi siswa tingkat akhir SMA Cakrawala Bangsa. Ketika biasanya mereka masih tampak gaduh, namun kini guru memperketat jam pelajaran. Kali ini, seluruh siswa kelas 12 MIPA 2 sedang berada di laboratorium fisika sehingga tidak ada satupun siswa yang berada di kelas tersebut sampai istirahat tiba.

Marsha tahu mengenai itu, dia sudah merencanakan sesuatu kepada Kesya dengan senyum liciknya. Sama sekali dia tak memperhatikan apa yang diterangkan oleh guru di depan.

Satu tangannya terangkat sambil berkata untuk meminta izin, "Bu, saya izin ke toilet sebentar."

"Baik, silakan." 

Teman sebangkunya hendak ikut menemani, namun Marsha menolaknya dan mencegah agar rencananya tidak diketahui oleh orang lain. Dia beralasan ingin pergi sendirian saja dan temannya tetap memperhatikan pelajaran karena minggu depan akan ulangan bulanan. Tanpa merasa curiga karena memang Marsha juga sering berkata demikian, temannya itu akhirnya tidak jadi ikut.

Begitu sudah keluar dari kelas, dia langsung pergi dengan mengendap-endap ke belakang kelas MIPA dan keluar dari kelas terdekat 12 MIPA 2. Marsha melihat isi kelas tampak kosong, tak ada orang di sana membuat cewek tersebut segera menjalankan rencana keduanya setelah rencananya kemarin berhasil.

Kali ini, dia hendak menukarkan produk skincare milik Kesya dengan produk yang sudah kadarluwarsa dimana ketika menggunakan produk tersebut akan membuat kulit menjadi iritasi sehingga rusak dan bisa menyebabkan bekas luka yang sulit dihilangkan. Berkat informasi yang diberikan oleh Heshi, dia tau produk yang dibawa oleh Kesya ke sekolah berupa sunscreen. Dengan merk yang sama dan isi yang berbeda.

Marsha mengingat-ingat loker tempat Kesya akan menyimpan barangnya ketika sudah sampai di kelas. Absen 18, seingat pikirannya. Merasa yakin, ia mendekati loker nomor 18 dan melihat kunci bergelantungan di sana.

Kesempatan bagus..

"Semoga muka lo yang udah jelek jadi tambah jelek. Jadi Julio gak akan deketin manusia jelek dan gendut kayak lo dan gue bisa sesuka hati deketin gebetan gue sendiri," gumamnya tersenyum licik. 

Tangannya mulai mengarah ke kunci loker. Saat sudah hampir mencapai kunci tersebut, suara seseorang membuatnya tercekat dan membeku di tempat.

"Heh! Siapa di situ?" seru seseorang dari luar kelas.

Marsha berdecak sebal. Tidak! Dia tidak boleh ketahuan dan tidak boleh gagal dalam rencananya ini. Apa daya, batinnya sudah sekuat tenaga menolak untuk menggagalkan rencananya, suara yang menyeru tersebut justru terdengar mendekati dirinya.

Bak maling yang tertangkap basah karena aksinya sendiri, Marsha masih diam di tempatnya dengan keadaan gugup. Tangannya masih memegang sunscreen kadarluwarsa yang hendak ia tukarkan.

"Lo ngapain? Mau ambil barang? Maling ya?"

"G-gue ... mau ...." Ia terlalu gugup.

"Lo-- heh! Mau kemana anying!"

Marsha langsung kabur, berlari keluar kelas ke sembarang arah dengan cepat dan tidak lupa mencoba menutupi wajahnya dengan rambut panjang dan tangan miliknya agar tidak diketahui identitasnya oleh siswa tadi.

Ia benar-benar berlari kencang, memutar jauh dari dengan gerakan cepat bahkan sampai ke kantin. Oke, rencananya kembali gagal dan dia harus segera kembali ke kelasnya agar tidak dicurigai oleh guru yang memberikannya izin.

Meskipun sebal karena tidak dapat membuat wajah Kesya semakin buruk, ia tetap harus menyeret kakinya dan mengkamuflase dari arah tadi dia pergi.

Kembali seperti tak terjadi apa-apa, Marsha kembali dengan senyum manis pada gurunya dan duduk di bangku sambil berdecak pelan. Sepertinya, ia harus memulai strategi baru untuk membuat Kesya jauh-jauh dari Julio.

Harus! Itu hukum mutlak dalam undang-undang yang dia buat untuk dirinya sendiri. Julio harus menjauh atau Kesya yang harus ia singkirkan. Keduanya lebih sulit dari yang ia duga sejak kedekatan Julio dan Kesya terekspos oleh seluruh penjuru sekolah.

***

Beruntungnya siswa kelas 12 sudah diizinkan untuk menggunakan ponsel selama jam pelajaran dengan catatan hanya untuk mencari jawaban jika tidak ketemu atau guru pun tidak paham. Jika waktu istirahat tiba, mereka bebas memainkan ponsel asalkan bukan di jalanan.

Waktu istirahat pertama ini, Kesya sedang berjalan dari koperasi siswa ke kelasnya. Sambil memutar sebuah lagu dari boy group dari Korea Selatan yaitu The Boyz berjudul The Stealer melalui headsetnya, nampaknya lagu tersebut membuat semangatnya kembali ada.

Ah, lagu yang bermakna seorang pencuri yang ingin mencuri hati seseorang dengan berbagai trick. Kesya senang jika ada lagu yang dia suka, maka dia pun akan mencoba mencari tau makna lagu tersebut meski terkadang ada beberapa lagu memiliki makna yang cukup mature untuknya.

I'm the Stealer Yah
simjang gajang gipsukhan got ga
That's right
umkyeo jwin sungan
Pull the trigger Yah
janinhage nal sseureoteurigo
neon tto sarajyeo

pureun saebyeok eoduun teum sae
nege beomjoecheoreom seumyeo deureoga
sojunghan geol humchyeo garyeo hae
Got me feeling so right
Got me feeling so right
Got me feeling so right

Sebagai fans The Boyz, rasanya ingin berfangirl ria saat itu juga namun ia ingat situasi. Masa iya dia harus loncat-loncatan seperti sedang konser, tidak mungkin dan tidak boleh.

Tepat saat lagu tersebut berhenti berputar, ia melihat tali sepatunya tidak terikat dengan baik. Kesya melepaskan headsetnya, lalu menepi dan berjongkok untuk membetulkan ikat tali sepatunya tersebut.

Ketika sedang membetulkan, ia mendengar suara orang-orang sedang menggosip di dalam kelas. Meski di kelas, suaranya terdengar jelas di telinga Kesya yang berada di dekat jendela kelas. Sebenarnya, mereka berniat menggosip apa memang suaranya terlalu keras untuk ukuran penggosip?

"Tadi ya, gue sebenernya ke kelas 12 MIPA 2 tau. Mau tuker skincare Emina dia pakai yang produk jelek biar muka dia tambah jelek."

Itu suara Marsha. Iya, Kesya paham betul suara cewek itu karena beberapa hari belakangan mereka sering berjumpa. Karena Julio tentunya.

Sambil menguping, Kesya menjadi penasaran apakah Marsha pernah menggosipkan dirinya atau menjelek-jelekkan dia di belakang seperti teman-teman kelasnya sendiri. Dan obrolan Marsha dengan teman gosipnya membuat Kesya sedikit terheran dan curiga. 

"Terus-terus? Tadi lo coba buka loker nomor berapa, Sha?" tanya teman Marsha jelas begitu kepo.

"Nomor berapa? Delapan belas lah! Gue kan emang tau nomoe lokernya dia, tadi usah hampir berhasil tapi malah keciduk anak sebelah. Anjir bener dah," kata Marsha yang mengumpat kemudian.

Tunggu— delapan belas? Nomor loker? Bukankah itu miliknya? Pikiran dan kecurigaan Kesya menjadi bertambah karena pemilik loker ber nomor 18 di kelas 12 MIPA 2 hanyalah dirinya sendiri.

Puk!

Kesya menahan diri untuk tidak berteriak setelah bahunya ditepuk Kevin dari belakang. Dia menoleh ke belakang dan nampak Kevin yang bingung dengan apa yang dilakukan Kesya di sana.

Wajahnya memberi pertanyaan dengan bahasa isyarat, "Lo ngapain di sini?"

Karena tidak mau ketahuan sedang menguping obrolan Marsha, Kesya menggelengkan kepala dan kabur dari Kevin dengan berjalan cepat. Kevin cengo, kelakuan Kesya aneh menurutnya. Dia kira mungkin karena ulahnya juga makanya cewek itu kadang bertingkah random akhir-akhir ini.

"Bener kata Abang, kalau Kesya aneh nanti gak ada yang normal anaknya Mama. Bang Devan aja kadang aneh banget," gumamnya lalu kembali berjalan menuju ke kelas.

***

To be continue

• Matcha-Shin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro