Bab 11
"BU, SAMBELNYA HABIS."
Bukan Kevin Adhiaswara namanya kalau tidak melakukan hal bar-bar yang bisa membuat siapapun geleng-geleng kepala karena tingkahnya. Siapapun termasuk Kesya tidak mengerti jalan pikiran dan sikap cowok tersebut yang berubah-ubah. Level kebar-baran Kevin sudah berbeda dengan orang lain, dia tidak sembarangan ngegas jika tanpa maksud.
Teriakan Kevin ke ibu kantin untuk meminta sambal yang sudah habis diwadahnya benar-benar menarik perhatian sekeliling. Termasuk guru yang sedang lewat di depan kantin tersebut.
Wajah Kevin begitu sumringah usai mendapatkan sambal yang dia mau. Yang lebih heran, sebenarnya makanan Kevin berkebalikan cara makannya dari yang seharusnya. Sambal yang dituangkan ke atas pancake low calories dari pisang, tepung dan susu rendah kalori buatan Kesya membuat sang pembuat makanan tersebut menepuk jidat.
DARI MANA ASAL MULA SEKTE PANCAKE PISANG CAMPUR SAMBAL PEDAS DAN SAMBAL MATAH? Penemu pancake menangis melihat ulah Kevin.
"Kayaknya karena habis PTS, otak kamu tambah aneh-aneh aja deh, Vin." Kesya menatap kembarannya yang justru melahap makanan tersebut dengan nikmatnya. "Besok beneran gak ku masakin lagi. Makanan buatanku malah dijadiin bahan eksperimen yang aneh-aneh."
"Jangan atuh, makanan enak gini sekali-kali emang harus out of the box. Beneran enak, Sya. Sini dicoba dulu baru komen," kata Kevin lalu menyodorkan satu potong pancake yang sudah dibaluri sambal itu ke arah Kesya.
Kesya segera menolak dengan tegas. "Gak mau! Lupa ya? Aku 'kan gak boleh makan sambel dulu sama mama karena kemarin maag kambuh."
"Emang sambel bisa bikin maag tambah parah?" tanya Kevin tidak tahu.
"Lo dulu pernah kena maag, bego. Habis itu makan sambel lima sendok pas lagi perih-perihnya. Untung aja cepet ketolong tuh perut," timpal Julio.
"Masa sih?" Kevin tidak tau atau lebih tepatnya ia sudah lupa mengenai kejadian itu.
Julio berdecak. Padahal dulu Kevin betul pernah terkena maag karena belum mengisi perut selama 18 jam yang membuat perutnya mengeluarkan asam lambung berlebihan. Saat itu, Kevin belum sadar dan malah makan makanan pedas yang memicu maag tersebut bertambah parah.
Kalau diingat-ingat lagi, Julio hampir mengumpati kebodohan kawannya itu yang sudah akan sekarat di ruang UKS. Untung saja masih bisa tertolong.
"Dahlah. Lo antara beneran jadi pelupa atau beneran bego," kata Julio sudah tak tau lagi, ia enggan menceritakannya meski wajah Kesya yang ada di sampingnya terlihat penasaran.
"Sorry, gue 'kan emang pelupa." Kevin tak peduli jika Julio enggan menceritakannya.
Mereka kembali melanjutkan makan di gazebo sekolah, tempat yang kini menjadi andalan ketiganya makan siang bersama. Alasannya simple, kantin sekarang lebih ramai dan banyak gangguan di sana.
Lebih baik mereka makan di sini, jarang ada yang menggunakan gazebo jika hanya digunakan untuk tempat nongkrong saja. Biasanya gazebo akan menjadi tempat para tamu yang tengah menunggu atau sedang menikmati taman bagian depan di sekolah mereka.
"Sya, besok lagi gak perlu bawa kotak makanan," kata Julio membuat Kesya berhenti mengunyah makanan.
"Kenapa?" Kesya bertanya.
"Besok, aku yang kasih makanan ke kamu aja. Kayaknya kalau kamu bawa makanan sendiri kelihatan repot. Jadi, ini inisiatif aku sebagai bentuk dukungan buat diet kamu," jelas cowok tersebut diiringi senyum tipis.
Lah? kayak orang pacaran aja. Si Julio kek beneran suka sama adek aing. Itu yang ada dipikiran Kevin melihat perilaku Julio seperti itu. Dari tatapannya juga sih emang Julio naksir sama Kesya, cuman Kevin agak kurang yakin.
"Makasih. Kamu gak perlu repot-repot kayak gitu. Aku seneng kok bawa makanan sendiri, sekalian belajar masak," balas Kesya menolak dengan halus.
"Sama sekali gak merepotkan kok. Kamu harus terima dan gak boleh nolak!" tegasnya Julio, "soalnya aku udah pesenin makanannya buat sebulan penuh dan gak bisa dibatalin."
"Astaga ... ya sudahlah. Tapi aku terima pemberian kamu ini cuman sekali aja, ya? Habis itu aku tetep bawa bekel buatan sendiri." Pada akhirnya mau tidak mau Kesya menerima karena tidak enak jika Julio sudah terlanjur memesan.
"Meski aku pesen makanan pakai sistem cathering, nanti wadahnya pakai bekel makanan aja biar gak nambah sampah plastik," tambah Julio.
"Tumben-tumbenan lo kayak gini. Gak ada niatan kayak giniin gue juga gitu?" celetuk Kevin.
"Ogah. Lo aja biasanya embat gorengan gue kalau lagi makan baeng dulu," sahut Julio yang sangat menolak permintaan kawannya itu.
Kevin mendengus kesal namun dia tidak terlalu marah karena kebaikan Julio pada adiknya membuat hatinya senang. Julio menjadi teman pertama Kesya setelah kepindahan cewek tersebut ke sekolahnya, sehingga Kevin berterima kasih padanya karena sejak awal Julio tak pernah terlihat merendahkan Kesya sekalipun di belakang Kevin.
Rasa syukur juga Kevin ucapkan. Perubahan sikap Kevin juga berkat Julio yang menjadi bestie solidnya selama di sekolah. Fakta yang menunjukan bahwa Julio begitu tulus dalam berteman adalah bagaimana sikap cowok tersebut yang tak membuat Kevin semakin toxic dan justru selalu mengingatkan Kevin agar tidak berbuat hal yang seharusnya tak diperbuat seperti merokok atau membolos.
Kalau suatu hari nanti terbukti Julio menyukai adiknya maka Kevin maju paling depan sebagai pendukung. Tak perlu diragukan lagi, Julio adalah cowok yang sempurna dan beruntung jika berpacaran dengan Kesya.
Asalkan tidak berbuat macam-macam dengan Kesya maka kepalan tangan Kevin masih belum mendarat sempurna di pipi cowok yang membuat adiknya menangis.
***
Kesya sedang memutar playlist spotify lagu dari band asal korea bernama DAY6 (hangeul : 데이식스). Meski lagu-lagu mereka kebanyakan lagu galau yang cocok untuk mereka yang sedang patah hati, nyatanya Kesya tetap nyaman mendengarkan lagu mereka dalam keadaan statusnya yang masih jomblo.
Sebuah lagu berjudul 여뻤어 (Beautiful) menjadi sobat ambyar dan lagu kebangsaan Myday (nama fans DAY6) menjadi salah satu lagu kesukaan Kesya di band tersebut dan saat ini sedang ia memutarnya di kamar sambil membaca sebuah novel terjemahan berjudul Divergent.
Alunan nada yang indah dan lirik yang mudah diingat menjadi daya tarik utama lagu tersebut. Bahkan sampai Kesya terlarut dalam lagunya dan menjadi tidak fokus dalam novel yang tengah ia baca.
Tetapi, belum sampai mencapai bagian killing lagu tersebut, ada panggilan masuk yang membuat lagunya otomatis berhenti sesaat. Nama Julio tertera pada layar ponselnya, membuat ia otomatis melepaskan headset dan mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?"
"Sya, keluar cepet."
"Hah? Keluar?"
"Iya. Aku di luar rumah kamu nih. Kita sepedaan yuk, aku tunggu cepet."
"Tap— halo?"
Baru saja Kesya mau menolak, panggilan sudah diputus duluan oleh Julio. Akhirnya Kesya memilih untuk ikut ajakan Julio bersepeda dan bersiap-siap terlebih dahulu. Ia mengganti celana pendeknya dengan celana training dan memakai hoodie.
Sebelum keluar rumah, ia sempat minum air putih terlebih dahulu dan membawa botol tumblr agar tidak mengalami dehidrasi.
Sudah siap, Kesya pun keluar dan menghampiri Julio yang sedang duduk di kursi di teras rumah. Dan keduanya saling berpandangan melihat penampilan masing-masing dan terkejut sesaat.
"Ciyee, kita couplean."
"Gak sengaja aja kok."
Baju Julio dan hoodie Kesya serta celana keduanha memiliki warna yang serasi. Makanya, Kesya merasa ini sebuah ketidaksengajaan antara keduanya. Ini kalau ada Kevin bakal dicie-ciein mulu, untung anaknya masih les.
"Hahaha, iya tau kok. Ayo kita berangkat, pakai sepeda aku. Kebetulan sepeda tandem punyaku udah beres diperbaiki kemarin."
Sepeda tandem adalah sepeda sambung. Jadi, mereka akan menaiki satu sepeda yang sama dan sama-sama mengayuhi pedal sepeda tersebut. Padahal Kesya pikir mereka akan menaiki sepeda masing-masing, dia 'kan ada sepeda gunung.
Karena hari akan semakin sore, Julio meminta Kesya untuk segera naik agar mereka bisa pulang sebelum adzan magrib tiba. Kesya meletakan botolnya di bagian khusus untuk botol tersebut.
Usai meninggalkan halaman rumah Kesya, mereka mulai mengayuhi sepeda tersebut mengelilingi komplek perumahan tempat tinggal keduanya. Sambil sesekali menyapa tetangga, mereka menikmati angin kecil yang berhembus sore itu.
Perjalanan mereka berlanjut ke jalanan yang samping kanan kirinya ada lapangan dan kebun kecil yang menghubungkan komplek perumahan dengan sebuah desa di dekatnya. Di kota, meskipun mereka tinggal di sebuah komplek perumahan namun suasana desa masih tetap ada jika ada sawah maupun kebun di sana.
"Nikmat banget, Iyo. Kayaknya kalau pagi-pagi sepedaan lebih enak karena udaranya masih seger," ucap Kesya sedikit menaikan volume suaranya takut jika Julio tidak mendengar ucapannya.
Julio nyatanya masih bisa mendengar jika Kesya berbicara dengan volume biasa. Lantas, ia menyahut, "Kalau mau nanti lusa kita sepedaan lagi di sini pas pagi. Kamu tinggal chat aku aja. Aku sih udah siap selalu soalnya setiap pagi bangun jam 4."
"Wah, beneran? Makasih, Iyo." Kesya merasa senang ternyata Julio mau menerima permintaan sederhananya.
"Btw, Sya. Kamu mau kuliah jurusan apa?" tanya Julio.
"Jurusan Matematika atau Statistika," jawab cewek itu. "Kamu sendiri mau ambil jurusan apa?"
"Aku rencananya ambil hukum sama akuntansi. Mau kuliah di mana?" tanya Julio lagi. Ia kepo karena belum tau sang gebetan berencana kuliah di mana.
"Rencananya mau di Bogor. Ada rencana buat ikut sekolah kedinasan juga di Jakarta," jawab Kesya seketika membuat harapan Julio pupus. Mereka memiliki rencana tempat kuliah yang berbeda.
Julio sendiri ingin berkuliah di Surabaya atau Denpasar, karena di sana ia memiliki saudara sekaligus ada kampus impiannya. Rasanya berat jika LDR-an dengan sang pujaan hati meskipun masih satu negara. Berpacaran dengan Kesya saja belum namun Julio malah memikirkan LDR.
"Beda ya sama aku. Aku rencananya mau kuliah di Surabaya," ucap Julio. "Kukira kita bakal sekampus."
"Gak pa-pa kalau kita jauhan pas kuliah. Yang penting tetep saling kontak satu sama lain biar tau kabar masing-masing," sahut Kesya.
"Bener juga."
"Liburan kita pasti ketemuan kok."
Ayolah, Julio. Masa kayak gitu aja bisa galau? Ini 'kan masih baru rencana, kalau Tuhan berkata lain bisa saja mereka berkuliah dan satu almamater. No body know about God plan.
Mereka masih terus mengobrol seputar hal kuliah sampai beralih topik sambil mengayuh sepeda. Tak terasa, keduanya sudah mengelilingi komplek selama satu jam lamanya. Sinar lembahyung sudah jatuh dan sebentar lagi waktu malam akan tiba.
Setelah lelah mengayuh pedal tanpa henti, mereka berhenti ketika sudah sampai di rumah Kesya. Bertepatan dengan kepulangan Kevin usai dari tempat lesnya.
***
To be continue
•Matcha Shin
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro