Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DICE. 88

Dadu itu terkalung sempurna di lehernya. Ia ketatkan kerah kemejanya untuk menutup bandul kalung tersebut. Rambutnya ia rapikan karena merasa sudah terlalu panjang. Rahangnya yang ternyata sudah tumbuh banyak bulu tipis, sudah ia rapikan setelah mencuci wajahnya. Pedang yang tergantung tak jauh dari kantung tidurnya, ia ambil dan dipasang sempurna di punggungnya. Dua pedang yang selalu menemaninya saat bertarung dulu, kembali menemaninya. Pun pistol dengan amunisi penuh sudah ada di boots panjangnya serta ban pinggang. Semua yang pernah ia kenakan, kembali padanya. Utuh.

"Kau kembali, Xavier." Seth menyibak tirai tenda dan masuk tanpa izin membuat Xavier berdecak kesal. "Oh, melihat tampangmu yang tak suka itu aku merasa seperti masuk ke dalam kamar gadis tanpa izin."

Xavier tak menanggapi. "Aku belum mati, Seth." Ia kembali memastikan penampilannya yang agak ia rindukan. Terakhir kali ia ingat, sudah dalam keadaan yang sangat payah. Dan sepertinya mencari tau siapa penolongnya cukup bisa dimengerti karena siapa pun penolongnya kala itu, sungguh sangat membantunya.

Mendengar ucapan Xavier barusan memancing Seth untuk memukul bahu sahabatnya itu dengan pukulan yang cukup keras. Hal itu sontak membuat Xavier meringis namun setelahnya mereka tertawa bersama. "Aku cukup khawatir pertempuran kali ini, Xavier." Seth tetap saja mengemukakan apa yang ada di pikirannya. Sejak semalam di mana mereka berkumpul bicara dengan banyak basa basi tapi ternyata cukup menyenangkan, Seth tau, mereka semua merasakan ketegangan yang sama.

Gideon pasti akan mengerahkan semua kemampuannya lebih dari yang kemarin mereka hadapi. Itu saja bisa dibilang, pasukan mereka kalah telak. Sang penguasa itu masih memiliki pasukan di mana udara dikuasai dengan sangat baik sementara mereka semua, kalau harus bertempur di udara bisa dibilang, kemungkinan untuk bertahan sangat lah kecil. Bukan tak ingin mengambil risiko terlalu jauh hanya saja yang mereka butuhkan bukan sekadar bertahan. Ada lebih banyak pertimbangan dan itu semua harus diperhitungnkan dengan baik.

"Itu lah kenapa aku yang akan melawan Gideon. Kau tau harus berbuat apa, Seth."

Seth mendengkus pelan. matanya kembali mengedar pada bagian dalam tenda. "Kurasa anakmu pasti memikirkan cara lain."

"Kau benar." Xavier mengambil salah satu kursi yang tersedia. "Semalam ia banyak bicara denganku dan rasanya akan sangat menyenangkan kalau waktu kami habis untuk bicara apa pun di dalamnya."

"Gala anak yang menyenangkan, Xavier. Biarpun sedikit banyak mirip denganmu."

"Benar kah? Aku tak merasa hal itu. Lihat lah wajahnya. Lebih mirip Bellamie kau tau? Tapi setidaknya keberaniannya patut dicacungi jempol."

Seth setuju pada bagian ini.

"Dan kurasa banyak sekali bantuan Dice dalam hal ini."

"Mungkin. Aku tak terlalu banyak tau mengenai mereka berdua sampai aku melihatnya sendiri di kapal selam milik Maverick. Kau tau, saat mengantarkan dirimu ke sini untuk dibangunkan Kyler."

"Kau sudah cerita bagian itu."

"Dan aku tak sungkan untuk terus mengatakan betapa mereka berdua sangat cocok."

"Aku setuju."

"Apa kita nantinya akan makin akrab hubungannya, Seth? Aku curiga kalau gadismu sudah terpesona dengan anakku?"

"Tak bisa kah kau berpikir bisa saja anakmu yang terkagum-kagum dengan kepiawaian Dice? Kau ditemani anakku ratusan tahun, Xavier. kau tau, Cathleen-ku pintar dan cerdik."

Mereka saling menatap seolah tak ingin kalah namun, akhirnya mereka kembali tertawa bersama.

"Aku harap perang ini segera selesai dan keadaan jauh lebih baik setelahnya." Seth sangat mengharapkan hal itu. Ia tak menyangka perang melawan penguasa akhirnya terjadi juga. Tak ada ramalan yang mengatakan hal itu hanya saja ia mendadak ingat kata-kata Penasihat Lama. Di mana akan muncul satu penguasa baru dan kedamaian akan berlangsung sangat amat lama di tangannya. Apa itu adalah Gala?

"Setelah ratusan tahun mengembara dengan banyak peringatan di dalamnya untuk setiap wilayah Metro, aku merasa apa yang kau katakan sangat masuk akal. Aku pun sudah lelah untuk terus bersiteru dengan penguasa Metro lainnya. Aku lihat dengan mata kepala sendiri kalau mereka ternyata tak seburuk yang kukira."

Seth mengangguk pelan.

"Dan kurasa sudah waktunya mengakhiri perang dan menciptakan kedamaiannya yang baru. Seperti harapan Gala." Xavier pun berdiri diiring oleh Seth yang juga tampak sudah siap. Belum juga melangkah, tirai tenda itu kembali tersibak di mana Maverick muncul di sana.

"Apa kalian berkencan sekarang?"

"Tidak ada tuduhan yang lebih gila dari yang kau katakan, Mave?" decih Seth tak suka.

"Ah, kau memang tak seru jika diajak bergurau."

"Ada apa?" tanya Xavier segera. Semalam ia banyak mempelajari mengenai tingkah dua orang yang memang tak terlalu ia kenal kecuali pelanggaran yang sering mereka lakukan. Senjata legal maupun illegal yang diproduksi oleh Maverick memang membuat Xavier cukup kelimpungan untuk menahan lajunya. Belum lagi selain senjata, kokain yang beredar di masyarakat Metro Selatan dalam batas yang sangat tinggi. Di mana harga jualnya dengan harga yang sangat mencengangkan. Itu semua mengalir dalam perputaran di mana Maverick sebagai kepala yang menguasai itu semua.

Alasannya sangat klasik. Gideon meminta upeti setiap tahunnya makin tinggi dan itu cara yang bisa Maverick lakukan. Namun itu bukan alasan yang logis di mata Xavier. sektor usaha apa pun yang ada di Metro Selatan selalu lebih unggul ketimbang Metro Utara. Mereka berdua bersaing dalam hal kemajuan teknologi walau adaptasi masih dari Gideon tapi setidaknya mereka cukup jeli memenuhi minat pasar di sana. Apa hal itu cukup untuk membayar upeti? Dalam kalkukasi yang Xavier punya mengenai pajak tahunan di wilayah mereka, sudah dipastikan kalau itu semua lebih dari cukup tanpa perlu produksi banyak senjata juga peredaran narkoba lainnya

Akan tetapi, seperti yang diketahui bersama kalau baik Maverick juga Alexander Millian bukan orang yang cukup untuk satu bidang. Makanya mereka sering kali bersiteru dengan Xavier yang acap kali datang dengan peringatan dan pemusnahan. Tak peduli berapa banyak kerugian yang Maverick atau Alex derita, bagi Xavier penghancuran memang harus ada. berbeda halnya dengan Metro Timur dan Barat walau pun, Metro Barat dalam pengawasan tingkat tinggi seorang Xavier Horratio mengingat Kyler Lamont memiliki selera yang aneh mengenai hobinya. Terutama kesenangannya di ujung pisau bedahnya. Meskipun banyak sekali yang tertolong olehnya termasuk masalah obat-obatan yang beredar untuk kesehatan manusia.

Belum lagi desakan Gideon pada Xavier di mana menginginkan pemusnahan massal sejak lama yang tak pernah mau Xavier turuti. Yang melanggar hanya segelintir tapi yang akan terkena dampak cukup luas. Hal itu yang melandasi Xavier agar terus menerus menolak keinginan Gideon. Itu lah mengapa Xavier banyak diburu baik kawan yang menjadi lawan, atau memang lawan yang menginginkan kematiannya.

Kendati demikian, tadi malam ia merasakan aura yang sangat berbeda. Terutama pada Alexander yang meminta maa secara langsung terkait serangan terakhirnya yang membabi buta. Saat itu juga entah kenapa Xavier terlalu berat untuk mengangkat pedang dan ia sendiri tak tau alasannya. Atau mungkin karena perjalanannya yang terlalu melelahkan sehingga membuat tenaganya terkuras? Sampai detik ini ia tak pernah menemukan jawabannya.

"Aku baru tau kalau kau memiliki putra yang pandai memasak. Selama ini ia hanya tukang perintah," keluh Maverick sembari mengibas jubah besarnya untuk melangkah masuk namun ditahan Seth yang berada paling dekat dengan posisi Maverick sekarang. Hal itu membuat pria penggemar cerutu nomor satu itu mengerutkan kening serta sorot mata yang tak terima atas apa yang Seth lakukan. "Aku ingin bicara pribadi dengan Xavier sebenarnya. Jadi, kenapa kau menahanku?"

Seth menimbang sejenak dan melirik pada Xavier yang mengangguk kecil. Tangan yang tadi menahan gerak Maverick, ia lepaskan perlahan. "Kutunggu di luar, Xavier."

Maverick yang mendengar kata-kata barusan hanya berdecih lalu melanjutkan langkahnya mendekat. "Aku tak percaya kau berteman baik dengan pria kaku itu."

"Dan aku lebih tak percaya lagi kau menemuiku secara pribadi."

Maverick tergelak, mengangguk pelan sembari merogoh bagian dalam jubahnya. Diambilnya satu cerutu yang ia simpan di sana. Kemarin saat tenda telah berdiri tegak dengan usahanya tentu saja, Gala menghampirinya. Memberi satu kotak penuh cerutu yang ia suka. Ingin bertanya banyak tapi pemuda itu sudah keburu membantu ayahnya mendirikan tenda. Sial sekali. Dan juga ada rasa haru yang cukup tinggi Maverick rasakan terhadap Gala. "Kau benar. Itu terdengar sangat aneh." Dinyalakan cerutu itu dengan segera. Diisapnya agak kuat lalu diembuskan asapnya yang membuat kepulan putih memenuhi ruang di dalam tenda yang cukup luas ini. "Aku ke sini untuk memberitahukan kalau pasukanku sudah bergerak melalui pintu tenggara Metro Barat. Walau agak kesulitan tapi sepertinya apa yang kau mau bisa segera terpenuhi."

Xavier menoleh dan tersenyum kecil. "Bagus. Hanya menunggu pasukan udara Alex tapi aku tak banyak berharap."

"Kau salah, Xavier. justeru pasukan Alexander sudah berada di markas Kyler yang hancur. Menunggu perintah untuk kembali mengudara."

"Secepat itu?"

"Secepat itu." Maverick terkekeh melihat wajah Xavier yang terlihat terkejut sekali. "Walau kekuatan pasukan udara Alex tak terlalu mumpuni tapi setidaknya bisa untuk membantu menahan serangan yang nantinya bisa jadi makin meluas."

Xavier kembali mengangguk pelan. "Entah lah, aku harus mengatakan apa. Tapi bekerja sama dengan kalian adalah hal termusahil untuk kulakukan."

"Tapi sekarang semuanya ada di sini. Iya, kan, Tuan Horratio yang Hebat?"

"Apa karena anakku?"

Asap kembali mengepul kuat karena Maverick mengeluarkan asap dari cerutu yang cukup tebal itu. Gerak menggeleng yang samar namun Xavier bisa melihatnya dengan jelas. "Mungkin benar, mungkin juga tidak."

"Setidaknya aku harus tau maksud terselubung yang kau miliki dari peperangan yang tengah terjadi ini."

Lagi-lagi suara Maverick yang tertawa dan kali ini tawanya benar-benar lepas hingga ia merasa perutnya sakit hanya karena mendengar ucapan Xavier barusan. "Kau bilang apa? Niat terselubung?"

Xavier memilih memperhatikan Maverick yang bangun dari posisinya. Jubah besar itu bergerak pelan seiring langkah sang tuan yang mendekat padanya.

"Jikalau aku mau, sudah sejak awal saat anakmu naik beserta peti matimu itu, aku tenggelamkan di Laut Kontinel. Kau tau berapa kedalaman laut itu, kan? Aku melintasinya dan mematuhi semua ingin anakmu hanya untuk membantunya. Tapi yang kudapat? Dicuragai oleh sang ayah? Yang benar saja, Xavier!"

Pria itu tak gentar menghadapi Maverick yang terlihat tak suka. "Aku hanya ingin memastikan."

"Aku ingin segera selesai kekacauan ini. Kesenanganku tertunda banyak dan sepertinya akan butuh waktu lama pemulihan di pusat kota." Maverick memilih untuk keluar dari tenda ini. Ia ingat saat Russel mengatakan Falcy Building masih diduduki jenderal utusan dari Gideon yang Agung. Pasukan yang berjaga di Metro Selatan diperketat. Banyak aktifitas yang dilakukan di sana sangat lah terbatas. Maverick tak jadi soal yang terpenting sektor ekonomi penting tidak terlalu lama berhenti bergerak. Ia tetap memikirkan kesejahteraan penduduknya. Jangan sampai ia dituduh terlalu banyak memungut pajak juga berfoya-foya tapi tak memikirkan nasib mereka yang kini berada di ujung tanduk.

Sebelum pria berjubah hitam itu keluar dari tendanya, Xavier berkata yang segera saja membuat Maverick terdiam.

"Terima kasih."

Maverick menoleh dan terkekeh sembari mengangkat tangannya seolah memberi hormat kecil pada Xavier. Lalu ia kembali meneruskan langkahnya keluar tenda. Menyisakan Xavier yang merasa beban di bahunya bertambah namun bukan memberatkan. Ia merasa lebih hidup dan keinginannya untuk terus maju semakin besar. Dirabanya pelan kalung yang tersembunyi di balik kemejanya. "Dice, kau dengar aku?"

"bahkan pembicaraan tadi aku dengar dengan jelas, Tuan."

"Itu kebiasaan yang sangat buruk, Dice."

"Tapi Tuan Gala tak pernah melarangku."

Xavier tersenyum kecil. "Laksanakan apa yang Gala rencanakan."

Dice yang memang sejak saat di mana Gala serahkan dadu itu kembali pada sang ayah, berdiam di dalamnya. Merasakan detak jantung Xavier yang tak sekuat biasanya. Yang mana membuat Dice melakukan pemindaian menyeluruh terhadap sang tuan. Di mana ia dikejutkan pada satu fakta jikalau Xavier terlibat pertempuran hebat dengan Gideon bisa kalah telak dan nyawanya terancam. Namun Dice tak bisa banyak membantah apalagi ia diminta untuk bungkam sesaat setelah ia menanyakan mengenai hasil pemindaian tubuh sang tuan.

"Aku ... aku merasa ..."

"Jangan merasa berat untuk melakukan apa yang Gala perintahkan. Ini untuk kepentingan bersama, Dice."

"Tapi Tuan Gala menginginkan Anda, Nyonya Bellamie, beserta orang-orang yang kini ada di dekatnya terus hidup."

"Lantas dengan kau mengorbankan diri?" Xavier terkekeh. Di depannya cermin besar yang sejak tadi memantulkan bayangannya ia amati dengan cermat. "Hidupku sudah terlalu lama. Kau ... gadis yang akan mendampingi anakku hingga ujung usianya. Kau harapanku, Dice. Persis seperti keinginanku membangkitkanmu dulu."

"Tidak kah Anda berpikir mengenai Tuan Gala?"

"Tidak kah pertanyaan itu seharusnya untukmu?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro